Sejak pintu café dibuka oleh seorang lelaki cantik nan modis, café Manda menjadi riuh. Banyak yang melihat kearah lelaki cantik itu sambil berbincang-bincang. Manda tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena saat ini ia bertanya-tanya 'kenapa lelaki cantik itu berada di café miliknya?'. Jika ditanya apakah Manda mengenal lelaki cantik itu jawabannya Manda sangat mengenal lelaki cantik itu. Makanya ekspresinya sangat terkejut. Ketika lelaki cantik itu sampai didepan meja bar dan duduk dikursi yang ada didepannya, Manda menatapnya dengan ekspresi bertanya.
"mereka menyuruhku membeli disini, jadi ya aku pergi" kata lelaki cantik itu ketika melihat ekpresi wajah Manda. Lelaki tampan itu hanya beroh ria dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"ini pesanan mereka" lelaki cantik itu memberikan kertas kepada Manda dan diterima oleh lelaki tampan itu. Manda membaca pesanan tersebut sekilas sebelum memberikannya kepada bartender yang ada disebelahnya.
Setelah kepergian karyawan itu, Manda duduk didepan lelaki cantik itu.
"sebenarnya kau bisa menghubungiku dan aku akan mengantarnya ke kantormu, Haruki" kata Manda.
"ah tidak apa-apa, aku hanya tidak ingin merepotkan" Haruki sedikit memajukan dirinya dan hal itu membuat Manda mengerutkan keningnya "..kekasihku" bisik haruki yang membuat Manda mengalihkan tatapannya kearah lain, asal tidak menatap Haruki. Tapi, siapa sangka jika ia mengalihkan tatapannya kearah yang salah. Bagaimana tidak salah jika kau menatap tepat dimana ada empat pasang mata yang melihatmu dengan tatapan tajam. Manda menelan ludahnya dengan susah payah ketika melihat tatapan mereka.
"oh tidak!" gumamnya.
"kenapa?" tanya Haruki yang mendengar gumaman Manda. Lelaki cantik itu akan menoleh kearah yang Manda lihat, tapi hal itu diurungkan oleh Manda dengan tangan lelaki tampan itu tidak memperbolehkan kepala Haruki menoleh.
"tidak ada apa-apa…abaikan saja" kata Manda.
"ini pesanannya" kata seorang bartender yang tadi disuruh oleh Manda untuk menyiapkan pesanan dari Haruki.
"oh terima kasih…totalnya" kata Haruki sambil menerima pesanannya dan menunggu Manda menghitung pesanannya.
"112.000 ribu" kata Manda. Haruki mememberikan uangnya kepada Manda dan diterima oleh lelaki tampan itu.
"terima kasih, aku kembali dulu" kata Haruki.
"hati-hati dijalan" Manda tersenyum kearah haruki sambil melihat lelaki cantik itu pergi dari café-nya.
Setelah kepergian Haruki, Manda menghela nafas lega. Kemudian ia masih dapat melihat keempat sekawan yang duduk dipojok café miliknya itu menatapnya dengan ekspresi yang masih sama. Manda hanya tersenyum kepada mereka dan menyuruh keempat lelaki itu tidak memandangnya seperti itu lagi.
Keempat lelaki yang masih menatap Manda dengan ekspresi yang sama itupun kembali duduk dengan benar sambil membicarakan tentang Manda dan lelaki cantik yang beberapa menit lalu keluar dari café tersebut. Mereka masih penasaran dengan lelaki cantik itu sampai sekarang, tapi melihat Manda yang tidak ada niatan untuk menceritakannya membaut mereka sedikit kesal.
"eh sudah sore, ayo kita pulang" ajak Gilang ketika melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya menunjukkan pukul 16.07 wib. Mendengar hal itu, ketiga lelaki lainnya melihat jam tangan masing-masing dan menganggukkan kepalanya. Setelah itu, mereka mulai beranjak dari tempatnya dan memeriksa barang bawaan mereka, ada yang tertinggal atau tidak. Setelah memastikan hal itu, mereka berjalan menuju meja bar atau lebih tepatnya kemeja kasir dimana ada Manda disana yang menjaga tempat itu.
Mereka membayar tanpa mengatakan atau bertanya sesuatu yang jelas ekspresi mereka terlihat kesal kepada Manda. Lelaki tampan itu tahu jika keempat lelaki didepannya itu kesal padanya, tapi ia diam saja dan tidak mengatakan apapun. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya kepada mereka meskipun mereka dekat dengannya, bukan berarti Manda menceritakan banyak hal kepada mereka begitu saja tanpa dipertimbangkan terlebih dahulu.
Setelah membayar pesanan mereka, keempat lelaki itu pergi dari café milik Manda.
"aku akan mengantarmu pulang, San" kata Gilang ketika mereka sudah keluar dari café tersebut. Sandi menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari tawaran Gilang tersebut. Mereka berpisah didepan café Mx karena arah pergi mereka berbeda. Gilang harus mengantar Sandi terlebih dahulu dan Aldi searah dengan Lian jadi mereka selalu pulang bersama.
♠
Gilang dan Sandi hanya diam saja tanpa mengatakan sesuatu sama sekali. Gilang berkonsentrasi dengan penuh karena jalanan mulai agak ramai dijam-jam seperti ini sedangkan Sandi memilih untuk diam sambil melihat jalanan yang ada dikanan kirinya. Ia tidak perlu berpegangan kepada Gilang karena lelaki itu tidak akan mengebut jika memboncengnya. Pernah suatu hari Gilang mengantar Sandi pulang dengan kecepatan tinggi dan hal itu membuat Sandi marah besar padanya selama beberapa hari. Sejak saat itu, Gilang tidak berani melakukan hal itu lagi, baik disengaja atau tidak disengaja.
Saat sedang asyik melihat jalanan yang ada dikanan kiri, mata Sandi tidak sengaja melihat motor, helm dan orang yang familiar untuknya yang berjalan berlawanan arah dengannya dan Gilang. Sandi melihat motor tersebut untuk memastikan dan ternyata itu benar motor seseorang yang ia kenal yang sedang membonceng seorang gadis dibelakangnya. Hal itu membuat Sandi merubah ekspresinya menjadi tidak senang dengan apa yang baru saja ia lihat meskipun ia dengan jelas melihat bahwa gadis itu tidak berpegangan dengan lelaki tadi, tapi hal itu cukup membuat Sandi merasa kesal. Entah kenapa ia merasa sepert itu. Sandi masih bingung dengan dirinya sendiri dan apa yang terjadi dengan dirinya.
Setelah melihat hal itu membuatnya tidak bersemangat untuk melihat jalanan yang ada dikanan kiri. Sandi hanya diam menatap jalanan yang ada didepannya. Oh motor Gilang itu adalah motor sports jadi Sandi masih bisa melihat jalan didepannya karena bagian belakang yang agak keatas.
"San, sudah sampai" kata Gilang ketika mereka sudah sampai didepan rumah Sandi.
"oh, ya..terima kasih" ucap Sandi sambil turun dari atas motor Gilang dengan dibantu oleh lelaki itu.
Sandi melepas helm milik Gilang dan memberikannya kepada lelaki itu.
"aku masuk dulu" kata Sandi yang diangguki oleh Gilang. Lelaki itu merasa sedikit ada yang aneh dengan Sandi.
"kenapa dengan lelaki itu?" tanya Gilang pada dirinya sendiri sambil melihat Sandi yang masuk kedalam rumahnya. Ia merasa ada yang berbeda dari lelaki imut itu. Tadi ia mersa bahwa lelaki imut itu tidak bersifat seperti itu, tapi kenapa sekarang terlihat sangat berbeda. Entah firasat Gilang atau memang Sandi terlihat murung seperti telah melihat sesuatu yang membuatnya seperti itu. Tidak mau memikirkannya dengan keras, Gilang mengedikkan bahu dan mulai menyalakan motornya kembali dan mulai meninggalkan rumah Sandi untuk pulang ke rumahnya sendiri. Lelaki itu hanya bisa berharap jika Sandi akan baik-baik saja.
Re kembaliiii :)
maaf lama ya...otaknya Re agak mampet :(
semoga selalu suka sama critanya :)