"Tentang Rasa Suka, siapapun pasti mempunyai sesuatu rasa ketika melihat lawan jenisnya dan malah jatuh hati disaat pandangan pertama. Hanya saja terkadang, seseorang salah mengungkapkan hal tersebut."
•••
Setelah menemukan supir pribadi tersebut, Fitra menyuruh supir itu membawakan tas mereka bertiga ke dalam rumah dan langsung membawanya ke lantai atas. Mereka akan mencari kamar yang cocok untuk beristirahat, termasuk untuk supir juga.
"Nadia!"
"Iya, Ma. Nadia disini, ada apa, Ma?" jawab sang putri yang baru saja mendekati ibunya.
"Ayo kita ke atas, kita cari kamar untuk Nadia terlebih dahulu, setelah itu baru kamar untuk Mama dan papa," ajak Fitra lalu melangkah mendahului putrinya.
Merekapun naik ke atas, sementara papanya sedari tadi masih sibuk memeriksa semua pekarangan rumah termasuk ke halaman belakang juga.
•••
Di rumah Nyonya Fatima, kedua putranya menyambut ibunya begitu antusias hanya untuk menanyakan perihal soal gadis yang baru saja mereka lihat barusan.
"Bang Nathan kenapa, hah?" tanya Fatima karna melihat putranya sedang tersenyum tipis dengan kumis tipisnya tersebut.
"Gak ada kok, Ma. Ouh iya, tadi Abang lihat ada tetangga baru, kayaknya yang gadis itu seumuran sama Fathir deh kalau dilihat-lihat," balas Nathan berusaha kepo dengan pertanyaan biasa.
"Hum, ouh iya tumbenan bang Nathan kepo, apa ada yang Bang Nathan sembunyikan dari mama?" goda Fatima karna merasa putra sulungnya sangat ingin tahu soal gadis yang akan menjadi tetangga baru mereka tersebut.
"Nah Lo, Fathir juga kenapa diam aja dari tadi, ada masalah, kah?" tanya Fatima pada putranya yang lain.
"Hehe, enggak kok. Fathir duluan ke kamar," ucapnya menghindari pertanyaan sang mama karna dia tidak ingin mamanya tahu bahwa ia juga tertarik pada gadis itu walaupun masih dalam cinta remaja biasa.
Putranya yang bernama Fathir tersebut pergi dari sana sambil menyembunyikan senyumnya yang barusan dia tahan.
Wajar saja, karna usia Fathir sudah menginjak usia 15 tahun, karna itulah dia sedang mengalami masa-masa tertarik pada lawan jenisnya.
"Daripada kepo, mending tunggu aja karna bentar lagi mereka sekeluarga akan datang kemari," lanjut Fatima lalu melangkah menuju dapur.
Nathan merasa ada yang aneh dengan hatinya, padahal dia masih sangat kecil baginya tapi perasaan tidak bisa ia tutupi sama sekali.
Dia benar-benar merasa gadis itu telah berhasil merebut hatinya, saat pandangan pertama. Nathan melangkah ke arah tangga, karna dia baru saja ingat bahwa sekarang ada jadwal ekstrakulikuler di sekolahnya.
°°°
"Ma, sepertinya Nadia pengen kamar yang ini saja karna bisa langsung menatap ke rumah sebelah yang terlihat bagitu indah dari sudut manapun, termasuk halaman samping rumah tersebut yakni rumah pak RT.
Nadia membuka jendela kamar dan menatap sekitar di depan jendela tersebut, entah kebetulan atau apa disaat bersaman ternyata Nathan juga menatap keluar kamarnya setelah selesai bersiap-siap.
Matanya tak sengaja menangkap sosok yang begitu ingin dia lihat tadi, dengan senyuman yang sama, Nadia melambaikan tangannya ke arah Nathan.
Nathan hanya tersenyum menanggapinya, karna dia tak mengira bahwa gadis itu cukup ramah sekali. Nathan memberikan isyarat bahwa dia akan pergi.
Nadia menutup kembali kamarnya, sekarang sudah menunjukkan pukul empat sore dan rasanya Nadia sangat mengantuk. Rumah tersebut memang sudah dibersihkan sebelum mereka datang kesana.
Sementara Nathan baru saja turun dari kamarnya, lalu berpamitan pada sang ayah dan ibunya. Lalu memegang pundak adiknya, kemudian melangkah menjauhi mereka semua.
Nathan melajukan motornya sementara itu pula, Nadia sudah memejamkan matanya untuk istirahat karna dia sudah mengatakannya pada ibunya sebelum istirahat tersebut.
Malam pun tiba, Nadia sudah terlelap sedari tadi. Dan dia baru saja dibangunkan oleh ibunya untuk makan malam.
Sementara itu juga, Nadiapun ikut makan malam lalu kembali ke dalam kamarnya kembali setelah beberapa jam berada di bawah.
***
Di pagi harinya...
Nadia sedang menikmati sinar mentari pagi dengan tiupan angin sepoi-sepoi yang sangat nyaman memasuki tenggorokan. Disaat bersamaan, Nadia melihat Fathir dan Nathan keluar dari rumahnya untuk ke sekolah.
Mereka berpakaian seragam yakni SMP dan SMA, jika Nada sekolah mungkin Nada juga akan memakai seragam SMPnya. Tapi, karna baru saja pindah jadi belom ada waktu untuk mengurus sekolah barunya.
Fathir hanya melirik ke arah gadis tersebut, begitu juga Nathan dan merekapun menaiki motor, lalu berangkat ke sekolah segera mungkin.
Nada masuk ke dalam rumahnya, dia menemui mamanya dan papanya untuk menanyakan perihal pindah sekolah tersebut.
"Ma, Pa!" panggil Nadia sambil berlari kecil.
"Iya, sayang. Ada apa, Nadia?" sahut mamanya sambil merapikan meja makan sedangkan papanya hanya menaik-turunkan alisnya tidak mengerti.
"Nadia tadi lihat tetangga kita, mereka pergi ke sekolah dan Nadia mau nanya soal sekolah Nadia. Papa dan Mama udah daftarin Nadia ke sekolah baru, kan?" tanya Nadia saat itu juga sambil bergantian menatap mereka berdua.
"Iya sayang, nanti yah. Kita harus ngurus berkas sama pak RT dulu baru urusan sekolah karna persetujuannya juga dibutuhkan, sabar yah Sayang! Ntar kita ke pak RT biar semuanya siap yah, terus baru ke sekolah baru. Oke?" ucap Fitra sambil menuntun putrinya duduk di kursi.
Nadia mengangguk sedangkan Harish selaku papa dari Nadia hanya tersenyum sambil menatap putrinya yang terlihat sangat serius dengan pertanyaan barusan.
Haris tau bahwa Nadia tidak bisa lama-lama tidak berdekatan dengan buku dan tugas kran dia anak yang sangat rajin dan juga pintar.
Jadi dia selalu ingin belajar bahkan di usianya yang masih 15 tahun sudah kelas tiga SMP, sepertinya nanti dia akan sekelas dengan Fathir.
°°°
Setelah Fitra mempersiapkan berkas-berkas untuk ke rumah pak RT, mereka sekeluargapun pergi ke rumah tersebut dengan membawa semua yang dibutuhkan.
Tidak jauh, rumah tersebut berada di samping rumah baru mereka seperti yang dilihat Nadia tadi malam. Nadia mencari keberadaan dua remaja laki-laki yang sempat dia lihat tadi pagi.
Tidak ada siapapun dan mungkin mereka belum pulang karna masih sangat siang, sementara sekolah biasanya akan berakhir satu jam lagi.
"Assalamu'alaikum!"
"Waalaikumussalam! Eh kalian, ayo masuk dan suami saya udah menunggu di ruang tamu." Fatima mengajak mereka masuk sementara mereka mengikutinya dari belakang.
Nadia melihat kanan dan kiri, kebetulan sekali Fathir kelihatan baru saja pulang. Fathir tanpa basa-basi menyalim kedua orangtuanya, lalu tanpa basa-basi juga mengajak Nadia mengikutinya.
Sebelum itu dia meminta izin pada orangtuanya dan orangtua Nadia, karna mereka akan pergi ke taman belakang.
Fathir sudah dari kemaren ingin mengajaknya kenalan dan baru kali ini mendapatkan kesempatan untuk itu.
Nadia mengikut saja, merekapun menuju taman belakang. Fathir menyuruh Nadia duduk, Nadia tidak mengira bahwa tamannya sangat indah dan juga asri.
Bahkan ada kolam ikan disana, Fathir meletakkan tasnya di meja yang ada lalu mengikuti Nadia dari belakang. Nadia mendekati kolam tersebut dan berjongkok disana.
Mereka menatap satu sama lain, dengan itu pula Fathir memintanya untuk duduk saja karna sudah biasa Fathir dan abangnya lakukan disana ketika waktu bermain tiba.
"Apakah ak--"
"Ak--"
"Iya?" jawab Nadia keheranan karna Fathir gagap sekarang yang awalnya hendak mengajak kenalan.
Fathir benar-benar tidak mengira bahwa dia segugup ini ditambah Nadia menatap dirinya, sehingga Fathir seakan terhenti dan gugup seketika.
#to be continued