Akhirnya Setelah beberapa bulan yang melelahkan dengan bisnis yang kami sepakati kini resto kami akhirnya buka, dengan kemampuan Dan kesukaan kamu dalam bidang kuliner, kami sepakat untuk membuat rumah makan, tidak besar memang, Karena kami menyewa tempat yang sesuai dengan kantong kami.
sebenarnya bukan murni uang kami, karena kami minta pada orang tua kami juga...hehehehe...seperti kata Sinta, mumpung orang tua kami masih dalam ekonomi yang baik.
untuk pembukaan usaha kami ini tentu saja orang tua juga saudara juga teman - teman kami datang untuk mencoba makanan, juga mengucapkan support mereka pada kami. Namun dari semuanya aku tidak mendapati kekasihku diantara mereka semuanya.
"sayang, pacar kamu tidak datang?" Tanya mama padaku. "tidak ma, Vino lagi sibuk, anak kedokteran memang gitu ma, apalagi ini kan semester - semester akhir" jawabku pada mama.
"tapi ini kan pembukaan usaha kamu sayang, apa, tidak bisa sempatkan waktu?" Tanya mama lagi."tidak apa- apa ma, mungkin nanti- nanti Vino akan datang,mama tidak perlu kuatir" kataku menenangkan mama.
sejujurnya....karena kesibukanku bersama kedua sahabatku, aku melupakan kalau aku punya pacar, saat pembukaan inilah aku merasa ketidak hadirannya. bahkan entah sudah berapa lama aku tidak melihat juga tidak mendenagra suaranya. karena semenjak kami fokus mendirikan usaha ini, tenaga ku habis untuk kuliah, tugas kuliah juga usaha kami, hingga akhirnya aku tidak menelpon juga tidak video call dengan vino.
'Ya Tuhan....bagaimana aku bisa melakukannya, Vino pasti sangat merindukanku' batinku getir.
"semoga usaha ini bisa sukses Dan kedepannya kami bisa membuka restoran yang lebih besar lagi tempatnya, juga bisa buka di daerah lain, aamiin" kata Sinta yang mewakili kami.
kini kami sedang menghitung pendapatan kami Hari ini. lumayan banyak ternyata yang terkumpul padahal tadi baru opening,,hehhehe....tidak wajar memang kalau baru opening langsung buka harga normal,,kami masih menerapkan promo hingga Dua Minggu kedepan.
"wah....lumayan ya, untuk Hari pertama jualan" kata Dena. "kan...apa ku bilang, uang ini memang tidak seberapa, tapi Kita akan merasa semakin puas karena ini uang yang Kita hasilkan sendiri" kata Sinta. kami hanya menganguki setuju karena apa yang dikatakan Sinta memang benar adanya.
"uang ini belum Kita bagi dulu, Kita kumpulin dulu untuk mengembalikan modal yang Kita pinjam dari orang tua Kita dulu ya , baby- baby" imbuh Sinta lagi.
"ah...sin...sebenarnya papaku tidak minta aku untuk mengembalikan modalnya,," kata Dena. "mama juga " imbuhku. "memang, tapi....bagaimanapun Kita harus mengembalikan pada mereka, biar mereka bangga anak mereka sudah bisa menghasilkan uang sendiri, ayahku juga tidak meminta, tapi....bagaimanapun Kita harus mandiri, ok teman- temanku semua" kata Sinta sambil merangkul bahu kami. mendengar Sinta berceloteh kami kembali hanya menganguk, karena kami juga sadar bahwa apa yang dikatakan Sinta memang benar adanya.
"oh...iya...sebenarnya Ada yang mau aku tanyakan nih, cuma kemaren - kemaren aku merasa tidak enak, tapi melihat Hari ini...aku jadi penasaran" kata Sinta sambil mengurai pelukannya. " masalah apa?" Tanya Dena langsung merespon. " sebenarnya sih, bukan masalah kamu De, tapi....Tasya" kata Sinta pelan. "aku..??..katakan saja Ada apa?,, kalau tentang papaku, beliau lagi di Singapura jadi tidak bisa hadir,,kan kamu tahu sendiri, papaku jarang Ada dirumah...eh salah...maksudku orang tuaku jarang dirumah, ini aja mama Bela - belain datang ninggalin papa tercinta demi anaknya yang dicintainya tapi hanya 20% saja" kataku pada mereka. "lalu yang 80% untuk siapa?" Tanya Dena tidak mengerti mungkin dengan bahasa ku yang lebai ini. " buat papa tercinta" kataku lagi Dan disambut gelak tawa oleh mereka.
"masalah....kamu dan Vino, bagaimana hubungan kalian sebenarnya?" Tanya Sinta. sebenarnya aku cukup kaget dengan pertanyaannya. "kenapa Tanya begitu?" kataku menjawabnya dengan pertanyaan kembali. " sejak berbulan- bulan lalu...kamu tidak lagi bercerita tentang Vino, entah sejak kapan aku juga tidak menyadarinya, yang jelas kamu memang meluangkan banyak waktumu bersama kami, atau mungkin semua waktumu, lalu saat opening tadi aku menyadari Vino tidak Ada datang sama sekali, jadi....apakah kamu masih pacarnya atau....sudah putus" kata Sinta lagi.
"Dan....aku kembali melihat Vino akrab dengan cewek...ups" kata Dena sambil membekap mulutnya sendiri, aku rasa dia keceplosan. Namun perkataan Dena tidak bisa aku abaikan begitu saja. "cewek....yang Mana De?" tanyaku pada Dena.
"mungkin aku hanya salah lihat saja Kali, tidak usah dipikirkan" kata Dena buru - buru.
"sebenarnya...aku lupa kalau aku pacar Vino" kataku pelan sambil melihat ekspresi kedua sahabatku ini. "LUPA" kata Dena dan Sinta bebarengan " bagaimana kamu bisa lupa" kata mereka bebarengan lagi. " entahlah....sebenarnya hubungan kami sih baik - baik saja, sejak terakhir kami bicara, tapi karena sibuk untuk pembukaan resto Kita, aku capek juga dan aku lupa untuk menghubungi dirinya, bahkan aku juga lupa kalau aku pacar dia" kataku lagi.
"kamu sebenarnya cinta ngak sih sama Vino, kok bisa sampai lupa, padahal kan kalian pacaran hampir tiga tahun" kata Dena heran. "ya cinta lah...tapi kan kamu tahu Selama kami pacaran, pernahkah kalian lihat kami jalan berdua aja, akan tidak, Kita hanya pergi ke perpustakaan, ke toko buku, dll...hingga aku juva mendapatkan beasiswa juga" kataku lagi.
"kalau dipikir lagi memang kamu tidak pernah kencan, atau makan atau jalan - jalan dengannya, yang benar - benar untuk jalan,,kalian pasti belajar"kata Sinta . "Dan jika kalian tahu...bodohnya aku,,baru ngeh....kalau harusnya kamu tidak perlu beasiswa" kata Dena lagi sambil mengeleng kepala. "kan....aku juga heran sendiri" kataku lagi