webnovel

Bulan Tiga 3

Dia berbaring di samping ku sambil menikmati sisa sisa kenikmatan itu, kini hatiku gundah, tiba tiba rasa takut menyelimuti. Ada kesal, menyesal, namun bahagia,.

Aku menyesal telah melakukan ini, aku takut bagaimana jika aku hamil dan apa yang akan ku katakan pada ayah nanti, aku takut menyakiti hati ayah. Mengingat itu kupakai semua pakaian ku, terlihat dia yang terbaring pulas disana.

"Sakit... Perih... sangat perih "

Organ di bawah ini sangat peeih, saat ku coba melangkahkan kaki dari kamar ini, kamar yang memberiku kebahagiaan, bahkan penyesalan yang tak akan pernah terlupakan

Aku pergi tanpa pamit, tanpa ku menoleh lagi padanya, bahkan tanpa kusadari anting ku jatuh di seprei tempat tidurnya. Tatapan kosong yang terpancar ketika ku melangkahkan kaki, langkah demi langkah terasa berat kali ini,ku stop kan angkutan umum itu dan ku naiknya.

sesampai nya di kosan ku baringkan tubuh ini, masih dengan tatapan kosong kulihat langit langit itu, tiba-tiba air mata ini berderai, entah aku harus apa, ada penyesalan dan takut yang ku rasakan kini, aku takut jika ayah tau bahwa aku telah tidur dengan seorang laki laki, aku takut ayah kecewa, aku takut dia akan sangat marah karena aku mengingkari janjiku sendiri, janji yang pertama ku ucapkan ketika pertama kali aku akan pergi.

"maafkan aku ayah... maaf..."

Air mata berderai tanpa henti hingga aku terlelap kini.

***

"tinggg...tringgg.. tringgg..."

, tiba tiba suara ponselku berdering begitu keras

"astaghfirullah... sudah jam segini... aku blm mandi dan sholat juga... ya Allah maafkan aku ..."

akupun berlari ke kamar mandi, sambil membersihkan badan dan mandi wajib karena telah berhubungan badang tadi, ketika cebok ku rasa area vagina ku begitu sakit

"awww... sakit sekali.."

mengingat kejadian itu air mata ini membasahi pipi untuk kesekian kali.

Ku ambil wudhu dan ku bergegas melaksanakan sholat, berderai air mata ini tanpa henti, rasanya aku jijik sekali terhadap diri ku sendiri, aku meminta ampunan atas dosa besar yang ku perbuat kali ini.

Aku menyesali perbuatan itu, aku malu dengan ini semua, aku malu. Handphone ku berdering kembali, setelah dua belas panggilan tak terjawab dari Mas Fatih tak ku angkat, aku sangat marah padanya, dengan semua kejadian tadi, aku tak ingin berkata ataupun hanya sekedar membaca pesan nya.

***

Hari ini sudah satu Minggu dari kejadian itu berlalu, dan sudah satu Minggu aku menjauhinya tanpa memberi alasan, aku yang setiap hari sibuk dengan pekerjaanku menjadi guru, tak pernah memperhatikan apapun di sekitar ku, bahkan aku tak tau kalau mas Fatih sudah lama memperhatikan dan menunggu ku di gerbang itu.

Aku yang tengah berjalan sambil memainkan handphone tiba tiba terhenti, karena sebuah tangan memegang tangan ku.

"De..."

suara itu terasa tak asing di telinga ku, ku menoleh pada sumber suara itu, dan benar, mas Fatih, melihat itu ku tarik kembali tanganku dan dengan cepat ku berjalan dengan sangat.

"De... de.. tunggu..."

"de... "

tanpa menoleh ku terus berjalan hingga dia menarik dengan keras tangan ku kembali.

"de... kenapa... kenapa kamu hindari mas, mas salah apa?"

"lepas... sakit..."

"mas akan lepaskan asal kamu jawab dulu pertanyaan mas!!"

"lepas... ini sakit tau... atau aku teriak"

"silahkan kamu teriak... mas nggk takut, paling orang orang akan memukuli mas... kalo kamu tega melihat mas di pukul silahkan teriak"

"lepas mas.... lepas..."

"jawab dulu !!!" (bentak nyaendengar bentakannya aku benar benar takut, bahkan untuk menatap wajah nya pun aku tak sanggup, dia terus memaksa ku untuk berbicara, namun aku tetap diam hingga dia menarik ku dan memaksa untuk menaiki motornya, walau dengan terpaksa aku ikuti perintahnya.

Entahlah... entah dia akan membawa ku kemana, kini hari sudah mulai sore bahkan langitpun terlihat sangat mendung, aku takut hujan akan segera turun, namun dia tetap melajukan motornya tanpa melihat cuaca, tanpa saling bicara, tanpa sedikitpun kata, dia tetap melaju entah kemana, dia melaju sangat kencang hingga aku takut, tanpa kusadari ku peluk tubuhnya dari belakang, ku pejamkan mata ini aku benar benar takut, karena untuk pertama kalinya aku di bawa kebut kebutan seperti ini.

Tampaknya dia benar benar marah dengan ku, aku takut dia nekad dan berbuat yang tidak tidak, seperti yang sering aku lihat di berita TV, gara gara di putusin pacar, si ceweknya di bunuhlah, ada yang di cekik lah, ada yang di siram air keras lah, uuuh mengingat itu aku benar benar takut.

Sepanjang jalan hanya itu yang ada di pikiran ku, kini laju motor pun terhenti, entah dimana aku sekarang, yang pasti ini sangat jauh dari kosan ku, dua jam perjalanan tak terhenti bahkan tubuh kami pun sudah basah karena hujan tadi, langit kini berubah menjadi gelap, dia memarkirkan motornya di sebuah villa yang entah dimana, aku tak berani bertanya karena ku lihat dia masih tetap dengan wajah dingin nya.

"Turun..."

Suara tegasnya membuat bulu kuduk ku merinding, aku pun menuruti perkataan nya, dia yang berjalan lebih dulu dari ku menghampiri seseorang di sana tiba tiba menoleh ke arah ku, mengingat berita di tv tentang banyaknya penculikan wanita di bawah 25 tahun dan dijadikan mucikari aku jadi takut, aku takut mas Fatih akan tega menjual ku.

"aaahhh... tidakkk..."

aku yang masih melamun tiba tiba di kagetkan oleh gandengan tangan nya.

"ayo..."

dia menarik tangan ku ke dalam sana, terlihat villa ini begitu indah dengan nuasa Sunda banget, dia meletakan jaketnya diatas kursi tepat di depan sana.

Dan terlihat satu orang laki laki menghampiri nya, mereka pun berbincang, entah apa yang di bicara kan, yang pasti serius sekali, aku takut, bahkan sangat takut, takut jika memang aku akan di jual pada orang itu.

Mas Fatih pun pergi ke sebuah ruangan di belakang sana, masih tanpa kata dan bicara, akupun mengikutinya, karena aku takut ditinggal oleh nya. Ku lihat dia tengah membuat sebuah teh hangat, ya.. karena udara disini begitu dingin, ditambah dengan cuaca di luar sedang hujan.

"Ma...Mas..."

"Iya..."

"Mas marah ya sama aku..."

tak ada jawaban sedikitpun darinya, ku balikan badan ku dan tiba tiba, tangan itu memeluk erat tubuhku dari belakang.

"Mas..."

"iya sayang... mas kangen sama kamu"

dia mengecup kening ku dan terus memeluk ku, aku hanya bisa terdiam tak bergeming, lalu dia berbisik pada ku.

"Malam ini kita akan bersenang senang.... "

" Maksud mas..."

"kita akan lanjutkan permainan kita yang sempat tertunda, kamu pergi tanpa pamit ketika mas tidur dan menginginkan kamu lagi, dan setelah itu kamu jauhin mas dan tak mau berbicara kenapa hah?"

"AA...aaa...ku..."

"karena itu hari ini kamu harus membayar semuanya, membayar kerinduan mas selama ini"

" tapi...ta...api"

"nggak ada tapi tapian, mas sudah minta izin ke pihak sekolah, bahwa untuk satu Minggu kedepannya kamu nggak bisa masuk, jadi kamu nggak perlu khawatir ya sayang..."

dia tersenyum nakal dan sontak mencumbu ku, berkali kali kutolak ciuman itu namun dia terus memaksa bahkan merangsang ku, dia meremas payudara ku dari belakang sambil terus mencumbu ku hingga aku tak tahan, dia pun berbalik posisi ke depan dan mencumbui ku terus menerus, dengan spontan ku dorong dia.

"berhenti mas..."

" kenapa?...bukan nya kamu suka"

"iya aku suka, tapi itu dulu... dan nggak untuk sekarang"

"kamu ini kenapa si de... kamu tinggalin aku pas kita tidur, tanpa pamit abis itu kamu nggak ada kabar, berkali kali mas telpon kamu nggak angkat, mas WA jangankan di balas di baca aja nggak, kamu ini kenapa"

Tanpa ada jawaban aku pun pergi, dia mengejar ku yang baru melangkah sampai ruang tamu, lalu menarik tanganku hingga aku terjatuh di peluknya.

"mau pergi kemana lagi ... mau pulang hah... ini jauh dari Indramayu dan Sukabumi, kamu mau naik apa pulang?"

mendengar itu aku terkejut, ku coba lepaskan pelukannya, hingga ku gigit pundaknya begitu keras sampai dia melepaskan pelukan itu.

"awwww...."

itu pasti sangat sakit, karena aku menggigit dengan benar benar keras, namun aku harus melakukannya demi menepati janji ku pada ibunya untuk menjauhi dia.

" Kamu ini kenapa si de..."

"Sakit kan?... itu belum seberapa mas..."

akupun melangkah kembali menuju pintu yang ternyata sudah di kunci dari luar.

"kamu nggak akan bisa kemana mana sayang... mas sudah sewa villa ini dan sudah mengunci semua jendela juga pintunya, jadi kamu mau kemana sekarang?"

"kamu jahat ya mas... jahat..."

ku hampiri dia dan ku pukul dadanya

" kamu jahat... jahat... kamu sama seperti ibu kamu"

" maksud kamu"

" ya... kamu sama kaya ibu kamu, mang mengancam aku hanya untuk menjauhkan kamu dari aku"

ku ceritakan semua alasan ku mengapa aku menjauhinya selama ini, karena jauh di lubuk hatiku aku masih mencintainya, namun keadaan lah yang membuat diri ku harus pergi menjauh, ku ceritakan tentang ibu nya yang menemukan seprei yang bernodakan bercak darah keperawanan ku dan juga sebuah anting yang mengait di sana, bahkan ibunya mengancam ku, jika aku tak menjauhi mas Fatih dia tak akan segan segan memberitahu pihak sekolah bahwa aku sudah berhubungan badan dan melakukan sekandal dengan anak nya , dan dia pun akan mencari bukti tentang itu.

mendengar semua cerita ku mas Fatih hanya bisa dia terpaku , seakan dia tak menyangka ibunya bisa berbuat itu, namun cintanya pada ku tak membuat hatinya getar dengan ancaman ibu nya, dipeluknya aku dan kecupan nya menenangkan, dan meyakinkan ku bahwa semuanya akan baik baik saja.

"aku takut mas..."

"jangan takut sayang... mas ada di sini"

"kalo ayah sampe tau gimana?"

"mas janji... ayah nggak akan tau, kamu nggak usah khawatir kan apapun, karena nanti mas akan lamar kamu ke ayah"

"tapi ibu nggak suka dengan aku mas"

"ya biarin ibu nggak suka, lagipula kamu nikah sama mas, bukan sama ibu kan"

"tapi mas..."

"hussst... sudah kamu percaya sama mas, semua akan baik baik saja, sekarang kamu minum tehnya ya, abis itu kamu mandi, baju kamu basah, kalo nggak langsung di ganti nanti takut sakit"

"tapi aku nggak bawa ganti mas..."

"mas bawa kok...ini" (dia menyodorkan tiga baju yang masih terbungkus)

"hah dari mana?..."

" dari mana ya....." (menggoda)

"ah mas mah"

" tadi sebelum mas jemput kamu, mas mampir dulu ke toko baju dan mas beli deh... dipake ya..."

akupun mengangguk, "seniat itukah dia sampai sampai dia membelikan baju untuk ku", kata batin ku.

Ku teguk teh manis hangat ini, namun rasanya teh ini sedikit berbeda baunya "aaaahhh... ini hanya perasaanku saja", ku teguk sampai habis tak tersisa, dia hanya tersenyum melihat ku, akupun bergegas untuk mengganti baju dan mandi terlebih dahulu.

Dia mengantar ku ke sebuah kamar yang sangat luas dan indah, dengan aroma terapi dan taburan bunga yang begitu banyak, terlihat ranjang itu di hiasi kelambu dan banyak bunga mawar diatas nya.

"kamu mandi di situ ya, disitu ada sabun dan sikat gigi juga mas baru beli... oh iya ini bajunya"

dia memberikan baju yang masih di bungkus tadi, akupun masuk ke kamar mandi itu dan terlihat banyak sekali parfum mandi yang sangat wangi dan sabun disana, ku buka pakaian dan mulai memberikan badan, ketika ku lihat ke arah sana aku sangat syok, yang membuat ku terheran ketika ku lihat mas Fatih tegah duduk menghadap ke arah ku dengan ekspresi yang begitu menjijikkan.

tanpa ku sadar ternyata tempat mandi ini terbuat dari kaca dan transparan, ternyata sendiri tadi dia melihat dan memperhatikan ku, aku benar benar malu, namun mengingat kejadian itu, akupun pernah telanjang bulat di depan nya bahkan berhubungan dengannya.

ku pejamkan mataku ketika itu, namun ketika kubuka kembali mata ini mas Fatih sudah tak ada di sana lagi...