webnovel

Kamu Seperti Kekasihku

Setelah kehilangan kekasihnya sekaligus calon suaminya yang bernama Arkana, Nindya harus menghadapi banyak masalah. Dia harus rela menikah dengan pria bernama Ray karena dia harus melakukan sebuah pernikahan bisnis. Namun, disaat Nindya berada di jurang keputus asaannya. Dia bertemu dengan pria yang 'mirip dengan Arkana.' Akankah Nindya meneruskan pernikahan dengan Ray? Atau mungkin dia memilih untuk bersama dan memperjuangkannya cintanya bersama pria yang mirip dengan Arkana? Lalu, Akankah kematian Arkana mengungkapkan banyak misteri yang tersembunyi selama ini?

Dhini_218 · Urbano
Classificações insuficientes
51 Chs

wanita yang menyukainya

Setelah menemui Nindya.

Axcel tidak langsung pergi meninggalkan tempat itu.

Dia mencari tempat yang aman untuk menatap Nindya dari jauh.

Dan ternyata, dia mendapatkan tempat yang pas untuk melihat Nindya yang saat ini sedang melakukan sesi foto prewedding.

Axcel tersenyum sendiri saat melihat wajah cantik Nindya yang sedang tersenyum menatap kearah kamera.

"Cantik, sangat cantik! Aku semakin menyukai kamu Dya, andai saja aku datang lebih cepat. Mungkin si brengsek itu tidak akan merebut kamu dariku," ucap Axcel, dia tersenyum sendiri dan tangannya mengetuk-ngetuk meja dengan lembut.

Dia kini membayangkan jika pria yang ada disamping Nindya adalah dia dan itu bukanlah Ray, pasti itu sangat menyenangkan untuknya.

"Tunggu saja Ray, aku akan menggantikan kamu sebentar lagi. Kamu nikmati saja masa-masa kemenangan kamu hari ini karena sebentar lagi, akulah yang akan memilikinya bukan kamu," ucap Axcel, dia tersenyum misterius dan merasa sangat yakin jika dirinya pasti akan berhasil mendapatkan Nindya dan menjadikannya wanita miliknya.

Saat Axcel sibuk dengan pikirannya, dia tanpa sengaja melihat kearah yang tidak jauh dari dirinya saat ini.

Axcel melihat wanita yang juga menatap kearah Nindya dan Ray seperti dirinya.

Wanita itu terlihat sangat marah bahkan dia terus mengumpat tiada henti.

"Sial! Kenapa Ray mau menikahi wanita semacam Dya, Kenapa?! Bukankah dya sudah tidur dengan pria lain dan aku? Dia malah menyalahkan aku dan sekarang Ray semakin membenci aku!" Umpat wanita itu dan tidak lain dia adalah Fera.

Axcel mendengar semuanya dan dia kini mengerti jika wanita itu adalah wanita yang Nindya temui di hotel hari dan membawanya bertemu dengan Nindya dan melewati sebuah hubungan yang panas diantara keduanya.

"Haistt … jadi dia wanita selingkuhan Ray? Sungguh tidak pantas jika ingin bersaing dengan Dya, hehehehe …," ucap Axcel sambil terkekeh sendiri.

Axcel memalingkan wajahnya dan kembali menatap kearah Nindya yang kini dia di foto sendirian tanpa ada Ray disampingnya.

Axcel kembali tersenyum sendiri dan terus memandangi wajah Nindya.

Namun tiba-tiba Axcel merasa terkejut saat mendengar wanita yang tadi dia lihat yang tidak lain adalah Fera bangun dari tempat duduknya dan menelpon seseorang.

"Halo, apakah rencana kamu akan berhasil hari ini? Aku menginginkannya pergi sejauh-jauhnya dari Ray. Bila perlu lenyapkan dia selama-lamanya karena aku sangat membencinya," ucap Fera, terdengar dari nada suaranya jika dia benar-benar sangat membenci Nindya. Padahal dahulu Nindya adalah sahabat terdekatnya dan selalu membantunya saat dalam keadaan susah. Namun kini, dia berubah menjadi kejam karena seorang pria. Pria yang sangat dia cintai membuat mata dan hatinya tertutup awan gelap untuk menyingkirkan Nindya dari jalan hidupnya.

Mendengar hal itu, Axcel langsung merasa panik. Dia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Nindya. Terlepas dari suara hati yang terus mendorong dirinya untuk melindungi Nindya dan dari lubuk hatinya yang sesungguhnya juga pun mengatakan jika dia harus menyelamatkannya.

Axcel langsung bangun dari tempat duduknya dan mengikuti Fera yang sudah pergi dari tempat itu.

Axcel ingin tahu rencana macam apa yang sudah Fera siapkan untuk Nindya.

****

Di kediaman rumah Axcel.

Seorang wanita cantik datang untuk menemuinya.

Hari ini, dia baru saja kembali dari Australia karena sudah tiga tahun dia pergi kuliah disana.

Dia menyukai Axcel sejak masih kecil namun Axcel tidak pernah menyukainya sama sekali, bahkan Axcel tidak mau didekati olehnya sedikit pun, jangankan mengobrol. Menatap wajahnya pun Axcel tidak mau melihatnya dan itulah Axcel, si pria dingin tanpa ekspresi.

Wanita cantik itu tidak pernah mau menyerah walaupun dia sudah ditolak hingga ribuan kali, tapi dia tetap tidak mau mundur sedikitpun. Karena dia pikir jika Axcel pasti akan menyukainya, entah kapan tapi dia yakin jika suatu hari nanti, Axcel pasti akan menerimanya.

Di depan pintu rumahnya. Wanita cantik itu berdiri dengan senyuman tercantik yang dia miliki.

Menekan bel rumah itu, wanita cantik itu menunggu dengan sabarnya.

Tidak lama kemudian, pintu pun terbuka dan muncullah sosok wanita paruh baya yang ternyata dia adalah ibunya Axcel.

Wanita cantik itu pun tersenyum ramah dan sangat menghormatinya.

"Halo Tante, apa kabarnya?" Sapa wanita cantik itu. Dia meraih tangan ibunya Axcel dan mencium punggung tangannya.

Ibunya Axcel pun tersenyum bahagia karena ada wanita yang mau mendekati putranya.

"Ehhh … kamu siapa? Apakah Tante pernah mengenal kamu?" Tanya ibunya Axcel, dia menatap wanita cantik itu dan mengingat-ingat wajahnya.

Setelah berpikir sejenak, ibunya Axcel pun langsung mengingatnya.

"Ahhh … kamu … kamu Cintya kan? Benarkah kamu Cintya?" Tanya ibunya Axcel, dia merasa yakin dengan ingatannya.

Karena hanya ada satu wanita yang terus gigih mengejar putranya dan itu hanyalah Cintya.

Cintya tersenyum dan dia pun menganggukkan kepalanya.

"Hehehehe … iya tante, ini aku Cintya, apa kabarnya Tante? Aku minta maaf karena baru bisa kemari lagi, karena aku selalu sibuk selama ini," ucap Cintya. Dia menyerahkan paper bag besar uang berisi banyak barang-barang yang dia siapkan khusus untuk calon mertuanya di masa depan.

"Tidak apa-apa Cintya, Tante mengerti, kamu pasti sibuk dengan pendidikan kamu jadi tidak perlu meminta maaf seperti itu," ucap ibunya Axcel yang bernama cahaya yang biasa dipanggil Aya.

Cintya tersenyum dan dia menyerahkan paper bag itu kepada Cahaya.

"Tante, ini oleh-oleh dariku. Semoga Tante menyukainya," ucap Cintya, dia tersenyum dan terlihat sangat malu-malu.

Cahaya meraihnya dan menarik tangan Cintya untuk mengajaknya masuk ke dalam.

"Terima kasih Cintya, kamu repot-repot membawa ini untuk Tante. Tante merasa malu sama kamu," ucap cahaya. Dia merasa senang karena ada wanita yang masih mau dengan putranya. Dia sudah melakukan banyak usaha agar putranya mau memilih satu wanita untuk menjadi calon istrinya tapi Axcel terus menolak dengan alasan dia tidak mau menikah dan hanya ada ibunya saja wanita dalam hidupnya.

Cahaya merasa sangat kesal dengan putranya tapi dia merasa sangat bersyukur karena putra satu-satunya yang dia miliki begitu mencintainya walaupun jauh di lubuk hatinya dia merindukan putra yang lainnya.

Cahaya tersenyum dan dia langsung menarik tangan Cintya untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Ayo, masuk dulu Cintya. Kamu pasti sangat lelah. Kita minum dulu didalam," ucap cahaya, dia tersenyum lembut kearah Cintya dan Cintya merasa sangat senang karena dia mendapatkan sinyal bagus dari calon ibu mertuanya.

Dia pun menyeringai dan dengan perasaan yang super bahagia. Cintya pun masuk dan mengikuti cahaya ke dalam rumahnya namun matanya terus mencari ke segala arah. Karena tujuan utamanya adalah menemui Axcel, pria yang dia sukai selama ini.