webnovel

Ka, Aku Mencintainya!

Seorang gadis cantik bernama Nara yang memiliki kepribadian ceria, tidak pernah menyangka bahwa apa yang ia inginkan ketika ia asal bicara dapat terjadi begitu saja. Mungkin beberapa orang akan menyukainya jika hal yang mereka inginkan menjadi kenyataan! Tapi ... Dia tidak menginginkannya! Hal-hal gila terjadi padanya. Bagaimana perasaanmu jika jiwamu tertukar dengan jiwa kembaranmu sendiri? Apa yang harus Nara lakukan? Dan bagaimana dengan cinta pertamanya?

Gldseya · Fantasia
Classificações insuficientes
228 Chs

Kecelakaan

Nara yang kini telah berada di pesawat pribadi sang ayah bersama yang lainnya tampak menekuk wajahnya.

Ia sedikit kesal lantaran sebelumnya ia tak di beritahu mengenai perjalanan tersebut, sehingga tak ada celah untuknya menolak pergi bersama yang lain ke Jerman.

Pikirannya masih kesana kemari. Ia merasa bimbang dan tak enak pada Louis yang ia tak beri kabar akan kepergiannya hari ini. Seolah lagi lagi ia menghindar kembali dari Louis.

"Nar, bisakah kau tersenyum, coba kau lihat baik baik disini, Ka Ed dan Ka Dru memerhatikanmu dari tadi Nar," ujar Nate berbisik di telinga Nara.

Nara yang sebelumnya melamun, baru tersadarkan saat ucapan Nate padanya tersebut.

"Ah... maafkan aku Nate, aku tak enak pada Louis," ujar Nara kembali berbisik membalas ucapan Nate.

Nate menggenggam tangan Nara, dan mengatakan pada nya bahwa semuanya baik baik saja.

di sisi lain....

"Ed, apakahkau memberitahu pada Nate dan Nara bahwa Dad di rawat disana sehingga kita berangkat kesana menyusul Dad?" tanya Dru yang sedari tadi memerhatikan wajah Nate dan juga Nara.

"Aku tak mengatakan apapun pada mereka Ka, justru itu aku bingung apa yang sedang mereka bicarakan sedari tadi, dan mengapa wajah Nate tampak sedih seperti itu, apakah mereka memiliki batin dengan Dad?" ujar Ed yang tak kalah bingung dengan Nara dan juga Nate.

Dru mengerutkan dahinya, ketika sang adik justru menjawab tak sesuai dengan pemikirannya.

'Apa yang mereka bicarakan dan pikirkan jika bukan mengetahui bahwa Dad di rawat di sana lantaran kecelakaan?' benak Dru bingung.

"Apa kita sudah sampai?" tanya wanita paruh baya yang tiba tiba saja menghampiri Dru, dan Ed.

"Ah Mom, kau sudah bangun?" tanya Ed yang langsung memegangi ibunya.

Wajah sang ibu terlihat pucat. Rasa cemas dan kekhwatiran sangat jelas terbaca dalam raut wajah Lauren mengingat kondisi sang suami yang sebelumnya masih dalam kondisi yang belum dapat dipastikan.

Apa yang terjadi dengan suami Lauren atau ayah dari Dru, Ed, Nate, dan Nara?

Ayah dari keempat anak tersebut mengalami kecelakaan tak terduga saat perjalanan nya menuju kantor, setelah pulang dari rapat rekan bisnis.

Sebuah mobil melaju kencang menghantam mobil Craige. Supir yang membawa Craige masih dalam perawatan intensif di rumah sakit, tetapi tak separah Craige yang berada di kursi belakang.

Craige dalam keadaan koma kali ini, bahkan rumah sakit yang menangani Craige tak dapat memastikan kondisi Craige, untuk itu Lauren yang tak mau mengambil resiko lebih lanjut, dan lama, berakhir menghubungi Hence yang berada di Jerman.

Hence sendiri adalah sepupu Craige pemilik rumah sakit di Jerman. Paling tidak dalam pikiran Lauren, Hence tentu saja akan memberikan pelayanan terbaik untuk Craige.

"Ada kabar dari Hence?" tanya Lauren pada Dru setengah berbisik agar Nate dan Nara tak terlalu mendengar percakapan mereka.

Dru dengan cepat menggelengkan kepalanya.

Ed yang menyadari wajah sang ibu semakin tersiksa, langsung mengulurkan tangannya menggenggam tangan Lauren erat.

"Mom, percayakan pada uncle Hence, semuanya akan baik baik saja, dan kita harus percaya bahwa Dad baik baik saja."

Lauren terdiam. Ed benar, seharusnya ia tak boleh ragu dengan keputusan yang baru saja ia ambil.

"Apa yang terjadi Mom?" tanya Nara yang sedari tadi memerhatikan ketiganya, bahkan ketiganya pun tak menyadari bahwa Nara telah berada di tengah tengah dekat mereka.

Dru, dan Ed terdiam seribu bahasa. Ed saja mencoba mengalihkan wajahnya pada yang lain tak ingin beradu pandang dengan Nara.

"Mom?"tanya Nara sekali lagi memastikan apa yang tengah terjadi.

Nate yang sedari masih duduk hanya memerhatikan, akhirnya juga beranjak dari bangku nya, ikut menanyakan hal yang sama seperti Nara.

Hening....

Dru, Ed, dan Lauren seakan bekerja sama menutup mulutnya rapat rapat

"Ka ... tak bisakah kau menjelaskan nya?"

Dengan penuh pertimbangan Dru akhirnya memutuskan mengangkat bicara mengenai hal yang tengah terjadi, walaupun Lauren tengah susah payah menggelengkan kepalanya.

"Dad, kecelakaan, dan saat ini berada di rumah sakit Uncle Hence, untuk itu kami bersama sama menyusul kesana."

Seketika Nara mematung. Tubuhnya seperti tak berada dalam raganya.

Nate yang menyadari apa yang terjadi pada Nara langsung merangkulnya.

"Nar, kau harus sadar, saat ini kita di medan perang, kau tak ingin semuanya mengetahui bahwa jiwa kita tertukar bukan?"

Nara yang hampir saja ambruk, langsung berusaha berdiri tegap, dan tak memperlihatkan kecemasannya pada sang ibu beserta kakaknya.

"Antarkan aku ke kabin belakang setelah ini Nate," ujar Nara setengah berbisik pada Nate.

Nate tak membuat pergerakan yang akan mencurigakan, pemuda itu hanya menepuk pundak Nara pelan.

"Ikuti permainan ku," ujar Nate pelan berbisik di telinga Nara.

Nate yang sebelumnya tak berekspresi apapun tiba tiba melepaskan tangannya dari rangkulannya pada Nara, dan tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang.

Dru yang sebelumnya ada di bangku langsung beranjak memegang Nate.

"Nar, kau baik baik saja?" tanya Dru pada Nate.

Nate memijit kening nya pelan.

"Bagaimana keadaan Dad?" tanya Nate dengan suara nya yang terdengar serak.

"Kau tenang saja Nar, percayakan pada uncle Hence."

Nate menghela nafasnya panjang. Perlahan manik Nate tampak berkaca kaca, sedangkan Nara tampak linglung. Ia sebisa mungkin tampak tegar di hadapan yang lain, selagi semua konsentrasi teralih pada Nate yang mereka kira adalah Nara.

"Nate, bisakah kau membantu ku ke kabin belakang? Aku ingin istirahat."

"Mau aku bantu Nar/Denganku saja Nar," ujar Dru dan Ed berbarengan.

Jujur keduanya merasa tak enak dengan Nara. Keduanya beserta ibunya tau jika Nara memang sangat dekat dengan sang Ayah, dan karena alasan itu pula sang ibu tak memberitahukan pada Nara mengenai kondisi sang ayah, sedangkan alasan Nate tak di beritahu lantaran belakangan ini keduanya semakin menjadi dekat seperti dulu saat mereka sekolah, dan mereka takut Nate pada akhirnya memberitahu pada Nara.

"Tak usah, Nate saja yang akan menemaniku, aku tak apa apa."

Nate sebisa mungkin meyakinkan kedua kakaknya.

Setelah yang lain menganggukan kepalanya, Nate langsung menggandeng Nara.

"Nate ayo kita ke belakang."

Nara hanya menganggukan kepalanya dan berusaha tersenyum tipis.

"Tunggu sebentar lagi Nar," bisik Nate sangat pelan.

Langkah kaki keduanya tampak perlahan menuju kabin belakang, dimana terdapat kamar kecil untuk dapat menyamankan diri nya.

.

.

"Kau baik baik saja Nar?" tanya Nate hati hati saat sudah berada di kabin yang berbeda dengan keluarga nya yang lain.

Suara isakan kecil lolos dari belah bibir Nara.

"Na..-Nate bagaimana keadaan Dad?Apakah baik baik saja? Dad tak akan meninggalkan ku kan? Daddy sudah berjanji padaku akan menemaniku selama nya Nate," isak Nara.

Dengan cepat Nate memeluk Nara berusaha menenangkan sang adik.

"That's okay Nar."

———

Leave a comment, vote and gift