webnovel

Gosip

Hari-hari selanjutnya dijalani Naura sesuai dengan kebiasaan sehari-hari. Setiap pagi berangkat kerja dengan naik bus kota, demikian pula dengan pulang kerja. Tidak ada yang berubah dengan rutinitasnya, hanya gadis itu berada di lantai satu sering mendapatkan tatapan sinis dari para karyawan yang mendapatkan penempatan kerja di tempat itu. Hal itu dikarenakan, kejadian saat dari depan pintu lift, Naura dicekal pergelangan tangannya oleh CEO dan menghempaskan tangan CEO di depan para karyawan.

"Hati-hati nih dengan karyawan yang suka memanjat tempat tidur para pemimpin! Terkadang untuk menutupi kekurangannya, di depan umum malah mempermalukan dirinya sendiri." terdengar perkataan dari beberapa karyawan, ketika Naura menuju pintu lift lewat pintu lobby. Tetapi mereka hanya sebatas di perkataan saja, secara fisik mereka tidak berani berurusan dengan gadis itu. Ada kekhawatiran jika Naura akan mengadukan perbuatan mereka pada CEO dan wakil CEO.

Mendengar perkataan itu, bagi Naura semua hanya dianggapnya sebagai angin lalu, karena dia sendiri memang tidak menganggap ada sesuatu yang lebih, dan layak untuk dibanggakan, dengan mengenal dekat CEO dan wakil CEO. Seperti biasanya, hari ini gadis itu juga melewati zona tempat kerja di lantai satu. Ketika mendengar sindiran itu secara langsung, tidak diduga Naura malah berhenti dan menganggukkan kepada di depan mereka. Seketika karyawan itu terdiam dan menatap Naura dengan wajah penuh rasa malu.

Melihat hal tersebut, Naura tanpa bicara langsung meninggalkan mereka. Begitu pintu lift terbuka di depannya, Naura terkejut melihat wakil CEO sudah berdiri di dalam lift. Sebelum mengetahui identitas laki-laki tersebut, biasa terjadi adu mulut percekcokannya dengan Johan. Tetapi setelah mengetahui kedudukan Johan sebagai wakil CEO, Naura menjadi sungkan dan bersikap sopan terhadap laki-laki tersebut.

"Baru datang Naura.." dengan ramah Johan menyapa gadis itu.

"Iya Tuan..., tadi agak kesiangan bangunnya, sehingga agak susah cari bus kota yang masih kosong." Naura menjawab pertanyaan Johan, sambil berdiri dan bersandar di dinding lift.

"Kok Tuan sih.., lupa ya pesan yang disampaikan oleh Tuan Muda Alexander." mendengar Naura memanggilnya Tuan, Johan dengan cepat mengingatkannya sambil tersenyum.

"Ehm.., iya kak Jo.." sahut Naura dengan cepat merubah panggilannya terhadap laki-laki itu. Tetapi dengan cepat Naura kembali menundukkan wajahnya.

Johan tidak menjawab, laki-laki itu hanya mengangkat ibu jari ke depan dadanya. Naura hanya membuka bibirnya sedikit, mengiyakan isyarat yang ditunjukkan wakil CEO. Beberapa saat, mereka diam di dalam lift, dan tidak lama lift berhenti di lantai tujuh.

"Naura duluan kak Jo.., mari." karena sudah tiba duluan di lantai tujuh, tempat Naura ditempatkan, gadis itu meminta ijin dengan sopan pada Johan.

"Yapz..., by the way kenapa kamu tidak menanyakan kabar ada dimana Tuan Muda?? Apakah sedikitpun Tuan muda tidak berkesan di hatimu Naura?" Naura tiba-tiba menghentikan langkahnya, gadis itu menoleh ke arah Johan ketika mendengar perkataan itu.

"Saya tidak berani kak..., permisi." setelah menjawab singkat, Naura segera keluar meninggalkan laki-laki itu sendiri.

Tanpa melihat kanan kiri, Naura langsung bergegas meninggalkan lift dan menuju ke ruang kerjanya. Gadis itu sama sekali tidak memperhatikan suasana di sekitar dia berjalan.

"Brukk.., maaf.." beberapa langkah menuju ruang kerjanya, tanpa sadar Naura menubruk seseorang yang berjalan di depannya.

"Tidak perlu minta maaf.., aku yang harusnya bersyukur, bisa mendapat kesempatan untuk bersentuhan kulit dengan gadis yang lebih menyukai dekat dengan CEO dan wakil CEO. Siapa tahu.., bisa ketularan mendapatkan posisi tinggi di perusahaan ini." sebuah sindiran terlontar pedas di telinga Naura. Sontak gadis itu menatap wajah laki-laki yang berdiri di depannya, dengan tatapan membunuh.

"Aku ingin mendengarnya sekali lagi, coba katakan!" dengan berani, Naura menanggapi perkataan laki-laki dari divisi marketing. Mata Naura seperti memiliki aura membunuh,

"Sorry Miss..., just kidding..." sambil mengacungkan kedua telapak tangan di depan wajahnya, laki-laki itu bergegas meninggalkan Naura. Dengan perasaan jengkel, Naura segera menuju ke kubiknya.

***********

Di kastil

Alexander duduk di ruang keluarga, di depannya tampak pasangan suami istri dengan usia paruh baya. Kedua orang itu adalah Nyonya Leony dan Tuan Abraham, keduanya adalah orang tua kandung dari Alexander. Keuntungan menjadi manusia Vampire original adalah mereka bisa menahan masa tuanya untuk tidak mendatangi mereka, dengan konsekuensi harus merubah identitas diri dan berpindah-pindah tempat tinggal.

"Kembalilah ke Rumania untuk beberapa saat Alex... Kamu harus mengurus dan membenahi koloni kita!" Tuan Abraham meminta putranya untuk kembali ke negara tempat mereka berasal.

Alexander tersenyum sinis mendengar perkataan itu..

"Apakah papa sudah melupakan perkataan dari Alex.. pa?? Saat ini, Alexander baru merasakan ketenangan dan kenyamanan setelah berpindah dan masuk ke negara ini. Alex ingin melupakan identitas sebentar pa..., dan untuk masalah koloni di Rumania, bukankah itu juga bukan menjadi tanggung jawab Alex?" Alexander menolak permintaan dari papanya dengan tegas.

"Huh..., di negara berkembang seperti ini, hal apa yang dapat kamu peroleh dan dapatkan Alex. Sadarkah kamu.." dengan tatapan mengejek, Tuan Abraham mengingatkan putranya.

"Sudahlah pa..., jika papa dan mama datang ke negara ini, hanya untuk mengejek atau meminta Alex untuk kembali ke Rumania, lupakan pa.., ma... Di negara ini, Alexander mendapatkan sesuatu yang tidak dapat Alex temukan di negara lainnya." nada tinggi tanpa sadar keluar dari mulut Alexander saat berbicara dengan Tuan Abraham. Melihat hal itu, Nyonya Leony seperti tersadarkan. Cepat-cepat perempuan itu menetralisir perasaan putranya.

"Alex..., jangan masukkan hati perkataan papa. Mama mendukungmu nak..., jika kamu merasakan kenyamanan untuk menetap di negara ini, lakukanlah. Tetapi jika masih boleh, Alex juga tidak boleh melupakan kewajiban sebagai anggota dari kaum vampire original. Pertemuan terakhir, secara aklamasi sudah ditetapkan jika kamu yang akan memimpin kaum kita." Nyonya Leony mendekat dan memeluk ALexander. Mendapat perlakuan lembut dari mamanya, kemarahan dan emosi Alexander akhirnya mereda.

Sudah hampir satu minggu, Nyonya Leony dan Tuan Abraham datang ke negara ini. Pasangan suami istri ini mendapatkan informasi, jika putranya Alexander Abraham tidak mau kembali ke Rumanis. Kedudukan menjadi pemimpin kaum vampire original di negara itu merupakan sebuah jabatan yang prestise, banyak kaum vampire yang menginginkannya. Tetapi rupanya jabatan itu, sedikitpun tidak membuat mata Alexander tertarik. Kedatangan mereka, salah satunya adalah untuk merayu putranya agar mau mengemban jabatan ini,

"Alex mau pergi ke perusahaan dulu ma..., pa.. Sudah hampir satu minggu, ALex belum datang dan melihat ke perusahaan. Alex berangkat dulu.." setelah mengucapkan kata pamit, Alexander langsung meninggalkan mereka. Reaksi Tuan Abraham sangat marah, tetapi dengan segera Nyonya Leony berjalan mendekat pada suaminya, dan menetralisir suasana.

************