Tukar cincin

Aku masih terduduk di depan cermin, menatap wajahku dengan polesan make up soft yang sudah di sematkan oleh beberapa perias yang bibi sengaja sewa untuk mempercantik diriku saat ini. Gaun pink pastel yang Rival pilih beserta sepatu senada yang Sabrina pilihkan untukku, membuatku menghela napas sejenak.

Di leherku masih melingkar kalung pemberian Jodi kala itu. Haruskah aku pun melepaskannya, dan menggantinya dengan kalung berlian yang sejak tadi ada di hadapanku. Mungkin, bagi wanita lain menjadi tunangan seorang dosen yang kaya raya dan keluarga yang terpandang dan mau menerima kita apa adanya. Akan tetapi, tidak denganku.

Tok tok tok.

Suara ketukan pintu kamar mengejutkanku. Aku tersadar kembali, lalu kemudian seseorang membuka pintu kamarku dan melangkah masuk menghampiriku.

"Rose, maaf aku terlambat."

Aku langsung saja menoleh dan menatap wajah seorang sahabat yang selama ini selalu menjadi sandaran dan selalu ada untukku. "Na… Aku…"