Entah bagaimana, otak dan hatiku berpikir. Kini Rival kembali menyentuh bibirku dengan bibirnya, perlahan kedua mataku terpejam. Bibir nya yang lembut dan hangat membuatku tak ingin berpaling. Tidak, ini tidak boleh berlanjut. Aku berontak sekuat tenaga dan berusaha mendorong tubuh Rival yang saat ini semakin mendekat ke arahku.
Namun, dia begitu kuat menahan kedua rahang pipiku yang seolah tenggelam dalam kedua telapak tangan nya. Pemberontakan yang aku lakukan membuatku membuka mulut. Tentu saja hal itu menjadikan Rival kesempatan untuk bisa menghisap bibirku lebih dalam, aku seolah kehilangan kendali saat kembali merasakan aroma manis dari deru napasnya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com