Mau tidak mau, aku mengiyakan ajakan Setya. Aku berjalan beriringan dengannya menuju ruang tamu dimana kami akan melakukan makan malam saat ini. Setya pun turut berjalan lambat tapi terlihat dia sudah tidak sabar.
"Kak, kenapa sih? lambat banget jalan nya."
Benar dugaanku, dia mulai protes.
"Aku… Eng, apakah Rival sudah bergabung?"
"Dia sudah sejak tadi bersama kami."
Aku menghentikan langkah dan menatap wajah Setya usai berbicara demikian. "Apakah benar? Dia? Sudah menunggu bersama yang lain?" aku bertanya pada Setya seolah aku tidak percaya hal itu.
Setya menyipitkan kedua matanya dan berdiri di depanku saat ini, bahkan dia melipat kedua tangannya di dada dan memberikan tatapan menyelidik ke arahku. "Kak!" panggilnya dengan serius.
"Apa?" aku mencetusnya. Aku bertanya dengan harap-harap cemas menunggu apa yang akan dia katakan kali ini.
"Jangan bilang elu dan kak Rival berantem?"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com