BAB 14 : "ENYAH DARI PANDANGANKU!"
Perasaan aneh, lagi-lagi menggangunya. Jantung pun mulai berdebar-debar tak karuan ketika melihat Bai Xue Jian berkata dan tersenyum padanya.
"Baiklah." Tanpa terasa, bibir ini pun menjawab secara otomatis. Helian Qi seperti tengah kehilangan kendali pada dirinya sendiri akibat terpaku kecantikan dan kelembutan dari seorang Jenderal Xue.
"Suamiku ini memang yang terbaik," kata Bai Xue Jian.
Tangan kanannya terangkat dan membelai rambut serata kepala Helian Qi. Lagi-lagi seketika Helian Qi dibuat tertegun, tak dapat berbuat apa pun. Matanya tidak bisa teralihkan untuk memandang wajah wanita yang sudah resmi ia nikahi itu.
Mungkin akibat sudah terlalu lama tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari seseorang, hati yang tadi terpaku segera disadarkan kembali oleh diri sendiri. Pikiran Helian Qi menjadi kacau saat membayangkan bagaimana melihat kematian kendiang Ibunya sebelas tahun lalu.
Helian Qi mengalihkan pandangannya. Agar tidak mencurigakan, dia mengambil mainan-mainannya yang tergeletak di atas kasur dan memainkannya kembali. Dia tidka mau terbawa oleh perasaan yang asing ini.
"Pangeran, apa kau lapar?" Tiba-tiba Bai Xue Jian bertanya padanya.
Akhirnya, dengan terpaksa Pangeran Xuan pun menjawab meskipun tidak mengeluarkan suara. Dia hanya menoleh sedikit pada Bai Xue Jian sambil mengangguk-angguk sebagai tanda jawabannya.
"Baiklah, aku akan pergi ke dapur dan membawakan makanan untukmu."
Ketika melihat Bai Xue Jian akhirnya meninggalkan kamar, barulah Helian Qi bisa bernapas lebih lega. Tetapi jantungnya malah semain berdetak kencang tak karuan entah karena apa.
Pria yang berpura-pura bodoh itu memegangi dadanya sambil merasakan jantung yang terus berdebar-debar. Satu sisi ada bayangan masa lalu yang membuat dirinya seperti tercekik dan kesulitan bernapas. Namun di lain sisi, diri ini seperti merasakan ketenangan saat merasakan belaian lembut dari Bai Xue Jian.
Bagi Helian Qi, tidak da cinta untuk orang-orang. Yang ada hanyalah kebencian dan rasa ingin balas dendam. Dirinya yang tersentuh cinta, merasa aneh karena terasa sangat asing.
Dalam hati, jadi merasa ragu kalau Bai Xue Jian adalah orang yang tidak dapat dipercaya. Pikiran dan hati pun jadi tak sejalan, bertentangan satu sama lain. Kini hanya bisa menenangkan diri sendiri tanpa tahu harus berbuat apa selanjutnya.
***
Sementara itu di Istana Timur, Putra Mahkota sama bingungnya memikirkan kejadian semalam. Dirinya yang pergi menyelinap ke Kamp Yunlin, tak menyangka akan diusir langsung oleh pemimpin pasukan militer, Jenderal Xue.
Helian Chen sama sekali tidak dihargai walaupun niat kedatangannya saat itu sangat baik. Selain ingin membuat Ayah Kaisar nya sembuh, dia ingin membukakan akses jalan untuk Bai Xue Jian ketika memasuki Istana supaya lebih mudah.
Namun tak menyangka yang diterima adalah penolakan, bahkan diusir secara gamblang. Helian Chen yang meminta kejelasan atas perasaan cinta yang tak terbalaskan itu juga mendapatkan fakta mengejutkan bahwa dirinya tidak sebanding dengan seorang Pangeran kerajaan yang bodoh, Helian Qi kakaknya sendiri.
Helian Chen yang merupakan Putra Mahkota tidak dipandang berharga di mata wanita yang dicintai. Bai Xue Jian malah lebih memilih untuk menikah dengan seorang Pangeran bodoh dari pada dengan dirinya.
Saat ini, di ruang belajar Helian Chen yang sedang termenung tanpa sadar tangannya terys menuliskan nama Bai Xue Jian di atas kertas yang sudah tak terhitung banyaknya. Beberapa gulungan kertas yang tersimpan di lemari kayu belakang meja belajarnya juga berisi lukisan-lukisan Bai Xue Jian yang ia buat sendiri.
Perasaan cinta yang selalu ditolak membuat Helian Chen malah semakin mencintai Bai Xue Jian, bahkan menjadi obsesinya. Namun Helian Chen tidak pernah membuat paksaan. Dirinya hanya akan terus berusaha karena percaya, suatu saat nanti Bai Xue Jian pasti akan mau menerimanya.
'Bai Xue Jian'
Nama yang tertulis itu, dibelai lembut oleh tangannya. Ada sebuah senyuman terpaksa yang terlukis di wajah Helian Chen.
"Berapa banyak aku menulis namamu, tetap terasa tidak cukup. Aku akan menunggumu, kau pasti akan menjadi Putri Mahkota dan hidup bersama denganku."
Tap tap tap ...
Seseorang tiba-tiba masuk ke dalam ruang belajar Putra Mahkota. Di tangan orang tersebut, ada sebuah nampan yang berisikan sebuah mangkuk sup. Orang itu berjalan mendekat ke samping meja belajar dan mulai menundukkan sedikit tubuhnya memberi hormat.
"Putra Mahkota, ini sup kesehatan. Semalam anda tidak makan malam, lebih baik meminum sup ini terlebih dahulu agar anda tidak jatuh sakit," kata orang tersebut.
Namun Helian Chen sama sekali tak menjawab. Jangankan menjawab, menoleh pun saja tidak. Pria itu masih fokus menggerakkan tangannya yang memegang kuas dan melukis nama 'Bai Xue Jian' di atas kerja.
Perempuan yang membawakan sup itu menggertakan giginya ketika melihat tangan Putra Mahkota terus-terusan menulis nama Jenderal Xue. Kedua tangannya meremas bagian lengan baju panjangnya sendiri, seakan tak tahan melihat Putra Mahkota yang mengabaikan dirinya.
'Bai Xue Jian! Bai Xue Jian lagi!' gertaknya dalam hati.
Meskipun kesal, wanita yang bernama Sheng Qian Qian itu tidak bisa melupakannya di depan Putra Mahkota. Jangan sampai karakter wanita lemah lembutnya hilang di mata orang hanya karena tidak bisa menahan amarahnya sendiri.
Sheng Qian Qian memutar otaknya memikirkan cara bagaimana bisa mendapatkan perhatian dari Putra Mahkota. Dirinya harus tetap tenang agar pria yang diincarnya itu mau menyadari keberadaannya.
Hanya ada satu cara yang terpikirkan olehnya. Sheng Qian Qian mulai membuka simpul ikat pinggangnya dan perlahan menurunkan pakaiannya. Hingga mulai terlihat leher jenjang, kulit mulus yang sangat menggoda.
Bahkan dirinya tanpa ragu menunjukkan tubuh bagian atasnya yang masih tertutup pakaian dalam. Sebuah belahan di tengah, telah menunjukkan seberapa besar dan kenyal miliknya. Tidak akan ada pria yang bisa lari dari godaannya ini.
"Putra Mahkota," panggilnya dengan lembut.
Sheng Qian Qian yang sudah dalam keadaan pakaian setengah terbuka memberanikan diri mendekat para Putra Mahkota yang duduk di depan meja belajarnya.
Tubuhnya sedikit merendah agar membuat bagian dadanya sejajar dengan kepala Helian Chen. Dengan begitu, Putra Mahkota pasti akan terangsang karena godaannya ini.
Benar saja, Helian Chen menoleh ke samping dan melihat pemandangan yang didambakan Sheng Qian Qian. Tangan yang tadi masih menulis nama Jenderal Xue, kini terhenti akibat penglihatannya yang teralihkan.
'Berhasil.' Sheng Qian Qian kegirangan ketika melihat Putra Mahkota akhirnya mau memandang dirinya.
Sheng Qian Qian melanjutkan aksinya dengan mengalungkan tangannya di leher Helian Chen yang masih dalam keadaan duduk itu. Satu tangan lainnya, menarik Langan Helian Chen untuk merangkul di pinggangnya.
"Putra Mahkota, Qian Qian ingin melayanimu," katanya dengan nada manja.
Namun, alih-alih terangsang, Helian Chen malah terlihat memerah gelap dengan kedua mata yang menatap tajam. Setelah perkataan Sheng Qian Qian yang menggoda, dia mendorong wanita itu sampai tersungkur ke lantai.
"Enyah dari pandanganku!"
Kedua pasang mata tidak tergoda sama sekali oleh rayuan tubuh Sheng Qian Qian yang sempurna. Bahkan tanpa ragu mendorong wanita itu sampai jatuh ke lantai dengan kasar.
Helian Chen tidak berkata apa pun lagi. Dirinya kembali duduk dan mengambil kuasnya kembali. Dengan tenang, melanjutkan aktifitasnya yang menulis nama 'Bai Xue Jian' di atas kertas.