BAB 15 : DISERET PAKSA
Sheng Qian Qian yang tergeletak di atas lantai, menggertakan giginya. Ada beberapa bulir air mata yang terbendung dan siap untuk bercucuran ke bawah.
Tubuh ideal yang selalu menjadi kebanggaan tersendiri, ternyata sama sekali tidak bisa memikat Putra Mahkota untuk menerimanya. Semua usaha telah gagal, dari mulai bersikap lemah lembut sampai rela memberikan kehormatan terakhir pun, Sheng Qian Qian masih tidak bisa menggerakkan hati seorang Helian Chen.
"Kenapa? Kenapa diriku yang seorang nona muda kediaman Perdana menteri sama sekali tidak sebanding dengan Bai Xue Jian ...?"
Perlahan Sheng Qian Qian mulai bangkit sambil kedua tangan yang menarik pakaian tubuh atas depannya di bagian dada. Tanpa disadari air mata telah bercucuran dan membasahi pipi mulusnya.
Mendengar perkataan Sheng Qian Qian tadi, Helian Chen hanya melirik sebentar tanpa menghentikan aktivitasnya menulisnya. Ada tatapan jijik seperti melihat pengemis ketika melihat wanita yang tadi berani menggoda dirinya.
"Yang mulia Putra Mahkota, kenapa kau tidak mau tertarik padaku sama sekali? Aku sudah menemanimu dalam waktu yang lama tapi kau sama sekali tidak pernah mau menerimaku. Sebenarnya apa hebatnya Bai Xue Jian? Dia tidak lebih dari seorang Jenderal besar tapi juga seorang wanita jalang dari perbatasan ...!"
Tak!!!
Mendengar ucapan Sheng Qian Qian, kuas yang ada di tangan kanan Putra Mahkota pun patah menjadi dua bagian. Dalam sekali genggam, kuas kecil yang tidak bersalah itu telah menjadi korban kemarahan seorang Helian Chen.
"Pengawal!!"
Sekali teriakan dari Helian Chen, dua pengawal yang memang menjaga di luar ruangan belajarnya masuk ke dalam. Kedua pengawal tersebut siap menerima perintah dari tuannya.
"Seret wanita ini ke kediaman Perdana menteri!" perintahnya.
"Baik!" Kedua pengawal itu segera menjalan perintah yang telah dilayangkan oleh tuan mereka.
Mereka berdua menangkap tangan Sheng Qian Qian dan mulai menariknya keluar ruangan sesuai perintah dari Helian Chen.
"Tidak! Lepaskan aku! Aku ini nona muda kediaman Perdana menteri dan juga kerabat Ratu Qing Yun! Kalian akan menerima hukuman mati jika berani menyeret ku keluar dari sini!"
Sheng Qian Qian berteriak terus menerus untuk membela dirinya sendiri. Namun sayang, status besar yang dibanggakan sama sekali tidak menggerakkan kedua pengawal Putra Mahkota untuk melepaskan dirinya.
"Lepaskan aku! Tidak! Lepaskan aku!" teriaknya lagi.
Sampai pada akhirnya, suara dari Sheng Qian Qian mulai menghilang dari pendengaran. Kesunyian yang didambakan telah datang dan membuat Helian Chen bisa kembali melanjutkan aktifitasnya.
"Siapa pun yang tidak menghormati Jian'er, jangan harap bisa menginjakkan kaki di Istana Timur ku ini!"
***
"Argh!"
Seperti yang telah diperintahkan oleh Putra Mahkota, Sheng Qian Qian benar-benar diseret sampai ke kediaman Perdana menteri oleh para pengawalnya.
Setelah sampai di gerbang kediaman keluarga Sheng, Sheng Qian Qian dilemparkan ke tanah dengan kasar oleh kedua pengawal itu. Tidak ada rasa iba dalam melakukannya, yang terpenting perintah dari Putra Mahkota telah berhasil mereka lakukan.
Tugas sudah selesai, mereka berdua pergi tanpa berkata apa pun. Penjaga yang yang menjaga pintu gerbang masuk kediaman Perdana menteri, tentu terkejut melihat insiden ini.
"Nona besar? Kenapa pakaiannya berantakan sekali? Dan kenapa pengawal dari Istana Timur menyeretnya ke sini?"
Beberapa penjaga bertanya-tanya dalam kata-kata bisikan. Ada rasa ingin menolong tapi biar bagaimanapun juga tidak bisa menyentuh Sheng Qian Qian karena dia adalah seorang wanita. Apalagi statusnya sebagai nona besar, tidak ada keberanian yang muncul dari para penjaga itu untuk mendekat padanya.
"Apa yang kalian lihat?! Kenapa kalian diam saja?! Cepat panggil pelayan kemari untuk membantuku!" teriak Sheng Qian Qian.
"Aaa ... Baik!" satu penjaga akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintu gerbang dan masuk ke dalam kediaman. Dengan segera memanggil beberapa pelayan wanita untuk membantu Sheng Qian Qian yang malang itu.
Pakaian yang berantakan dengan rambut yang acak-acakan, penampilan Sheng Qian Qian tidak berbeda jauh seperti orang gila yang ada di jalanan Ibukota Anyi. Namun untungnya ini masih sangat pagi, orang-orang masih belum terbangun dan keluar dari rumah. Setidaknya tidak ada yang melihat dirinya yang berantakan begini.
"Nona! Nona besar!"
Beberapa pelayan wanita pun datang, salah satunya membawakan sebuah jubah panjang dan segera menutupi tubuh nona besarnya itu sambil membantunya untuk berdiri.
"Apa yang terjadi dengan anda? Kenapa penampilan anda berantakan seperti ini? Bukankah anda ada di Istana Timur, kenapa bisa ada di sini pagi-pagi begini?" tanya pelayan yang membawa jubah tadi.
"Diam kau!" Sheng Qian Qian tampak kesal karena dilibatkan banyak pertanyaan oleh seorang pelayan kecil.
Dia tidak mau menjawab, malah memarahi para pelayan karena terlalu banyak bertanya padanya.
Para pelayan hanya bisa tertunduk diam. Mereka mengikuti langkah kaki Sheng Qian Qian dari belakang ketika mulai masuk ke dalam kediaman ini. Dalam hati mereka berkata, 'pantas saja tidak disayangi oleh Putra Mahkota, nona besar memang memiliki sikap yang buruk. Tidak akan pantas menjadi Permaisuri Putra Mahkota!'
***
Setelah matahari akhirnya menampakkan dirinya, Bai Xue Jian dari kediaman Chunshi bergegas pergi ke Istana kerajaan. Tanpa pengawal dan hanya mengajak kuda putih kesayangannya yang menjadi tunggangannya.
Sesampainya di gerbang Istana tampar tinggal Kaisar Hui, dirinya turun dari kuda dan menghadap pada dua orang pengawal yang berjaga di depan sana.
"Aku ingin bertemu Kaisar! Buka gerbangnya!" kata Bai Xue Jian dengan tegas.
"Maaf, kami diperintahkan untuk tidak membiarkan siapa pun masuk untuk menemui Yang mulia Kaisar kecuali sudah mendapatkan izin dari Ratu Qing Yun," jawab salah satu pengawal.
Bai Xue Jian tidak pernah mengatakan hal yang sama dua kali. Dirinya malas untuk berdalih dengan pangawal biasa yang sama sekali bukan tandingannya.
Cling ...!!!
Pedang yang ada di tangan kirinya, dikeluarkan setengahnya oleh tangan kanannya. Pedang perak yang sangat tajam itu mengeluarkan suara nyaring yang seketika membuat dua pengawal itu manjadi merinding.
"Jika masih menginginkan kepala kalian, cepat buka gerbangnya!" tegas Bai Xue Jian lagi.
"Ba ... Baik, Jenderal Xue!"
Kedua pengawal itu akhirnya membukakan pintu gerbang Istana. Hanya mengeluarkan setengah pedang dan belum seutuhnya, berhasil membuat mereka menjadi keringat dingin sampai-sampai ingin mengompol.
Setelah tujuannya terpenuhi, Bai Xue Jian memasukkan kembali pedang kebanggaannya itu dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam istana kerajaan.
Akhirnya Dewi perang yang menakutkan itu pergi, kedua pengawal tadi baru bisa bernapas lega. Kaki mereka terasa lemas dan membuat mereka terduduk ke bawah.
Nyawa mereka hampir saja lenyap tadi. Tidak akan ada yang bisa selamat dari sabetan pedang Jenderal Xue, kepala yang masih menempel pasti bisa langsung terputus walau hanya sekali gerakan saja.
"Jenderal Xue memang mengerikan tapi setelah ini kita pasti akan dihukum oleh Ratu Qing Yun karena membukakan pintu gerbang," ucap salah satu Pengawal.
Apalah daya, hanya seorang pengawal kecil dan rendahan, tidak akan mampu untuk membela diri sendiri. Melanggar perintah Ratu Qing Yun, mereka berdua telah tahu konsekuensi apa yang akan diterima nantinya.