webnovel

Istri Tuan lugu

Lugu sangat lugu dan sangat polos, itulah Tuan calon CEO termuda bernama Gara Xien. Lelaki blasteran indo-cina ini sudah berumur dua puluh lima tahun, namun tingkahnya yang seperti anak kecil, membuat kedua orangtuanya ragu menjadikan putra tunggalnya itu seorang CEO. Sikap naif atau kepolosannya ini kerap dijadikan bahan ejekan kepadanya. Itu terjadi saat adik yang ia sangat sayangi selalu merendahkan dirinya yang terlalu polos dan naif. Hal-hal itu terus terjadi, hingga suatu hari ia mendapatkan kabar dirinya bukan anak kandung keluarga itu dari seseorang misterius. Ia harus menghadapi kenyataan itu semua, saat dirinya sudah mulai mencintai seseorang gadis kecil yang ia temui di toko permen. "Kamu itu tidak pantas menyukaiku. Kamu hanya anak seorang pembunuh. Gara!" Acha. "Kenapa kalau Ayah kandungku telah membunuh Ayahmu. Apa masalah keluarga itu harus di lampiaskan pada perasaan. Kalian tidak pernah mengerti perasaanku. Aku menyayangimu dan ingin bebas bersamamu." Gara. "Aku menyesal menjadi istrimu!" Acha. "Tapi aku tidak menyesal menjadi suamimu." Gara. Ikuti kisah mereka istri Tuan lugu. 'Gara, Acha.'

Widhi_7581 · Urbano
Classificações insuficientes
8 Chs

5. Acha. Menikah?

'Banyak hal yang tidak kita tahu, termasuk takdir cinta kita masing-masing.'

***

Seolah berada di dunia Candy, Acha sang gadis manis dengan wajah putih dengan tempelan tahi lalat di atas bibir bagian kiri tersenyum dengan tulusnya ketika melihat sekumpulan permen berbagai jenis ia temukan. Hobi gadis yang satu ini sangat suka mengoleksi berbagai jenis permen juga berbagai jenis permen di negara lain.

Gadis dengan rambut terurai berwarna pink itu memilih-milih permen yang akan ia beli. Sepertinya ia akan memborong sekalian isi toko ini atau membeli tokonya secara langsung. Sehingga ia tidak repot-repot lagi.

"Mbak, lolipopnya bisa dibungkus kayak rangkaian bunga, gak?"

Acha memalingkah wajahnya melihat seseorang lelaki di sampingnya betubuh jangkung sangat tinggi. Dilihat dari penampilannya, Acha bisa mendefenisikan lelaki itu masih SMA. Gadis itu mengulus senyum saat mendengar penuturan lelaki itu yang ingin merangkai lolipop seperti rangkaian bunga. Acha berpikir mungkin itu untuk pacarnya.

"Boleh, Mas. Kira-kira rangkaiannya romantis?"

"Maksudnya Mbak, saya gak ngerti?"

"Ituloh Mas kalo romantis untuk dikasih ke pacar."

"Oh enggak Mbak. Ini untuk adik saya, Kalo ngehiasnya sedikit ada campuran warna ungu. Dan ini...."

Acha terus memperhatikan lelaki itu yang mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah liontin bergambarkan Member BTS. Acha sempat terkekeh dengan mengatakan rangkaian lolipop itu untuk pacarnya, tahunya untuk adiknya. Kakak yang baik.

"Selipkan dibeberapa lolipop. Adik saya Army." Pelayan toko itu terkekeh melihat tingkah lelaki di hadapannya ini yang sangat lucu menurutnya.

"Mbak, juga mau beli permen apa?" Acha tersentak dari lamunannya. Malu-malu Acha menyodorkan permen jelly ke Mbak pelayan. Sembari menunggu pesanan mereka datang Acha duduk di salah satu kursi yang telah di sediakan untuk pembeli.

Seperti kata pepatah 'Pembeli adalah raja.'

Lelaki itu pun ikut duduk di samping Acha. Lelaki itu terus melihat Acha dengan menyipitkan mata membuat Acha sedikit risih dibuatnya. Acha ingin sekali menyolok mata pria ini yang makin lama-lama makin mendekat ke arah wajahnya. Dalam hati Acha berpikiran bahwa lelaki itu adalah mesum, tapi saat lelaki itu kembali menarik wajahnya yang hampir bersentuhan dengan wajah Acha membuat gadis itu menghela nafas lega.

"Hai, namaku Gara. Kau loopers Candy juga, ya?"

Yap, lelaki yang dimaksud Acha yang sedari tadi ia perhatikan itu adalah Gara. Acha menarik bibirnya saat Gara melambaikan tangan ke arahnya. Dasar aneh!

"Aku Acha. Ya begitulah, aku suka permen," jawab gadis itu sedikit ilfeel terhadap sikap Gara yang terlalu berlebihan. Tampan sih tampan, tapi wajahnya jangan gitu kali. Bagaimana tidak Acha ilfeel, Gara yang malah mengubah bentuk wajah yang jelek membuat Acha jadi ilfeel seketika.

Gara terkekeh kemudian melihat wajah Acha yang ketakutan. Padahal ia cuma bercanda doang kok.

"Kau takut, ya?" Goda Gara.

'Berasa nih orang baru kenal, kok sok kenal begini jadinya, ya?' batin Acha bertanya-tanya dalam hatinya.

"Gak!' jawab Acha judes.

Ding-Dong!

Gara mengalihkan pandangannya pada sebuah jam dinding yang sangat besar. Jam tersebut berbunyi, lantas Gara terkejut ketika melihat jam tersebut sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Sepikir Gara, dia hanya berada di sini sekitar dua menit yang lalu.

Ah! Kalo begini Gara harus cepat-cepat pulang dan memberitahu kepada kedua orangtuanya bahwa dia hampir dibunuh seseorang. Gara bangkit dari duduknya sembari melirik Acha yang juga menatapnya dengan tatapan judes. Namun Gara bukannya ilfeel, malahan lelaki itu menjukurkab lidah ke arah Acha. Meledek gadis itu membuat yang diledek segera membalas juga.

Tak lama, seorang pelayan yang membawa pesanan Gara pun akhirnya datang. Gara segera menghampiri pelayan itu begitu pun dengan Acha. Pelayan tersebut memberikan rangkaian lolipop seperti yang diingankan Gara, tak lupa Gara membayar beliannya dengan dua lembar uang berwarna merah.

"Makasih ya Mbak." Pelayan itu mengangguk dengan senyum manisnya.

"Silakan datang kembali."

Kini tinggak Acha yang masih berkutik dengan tas gendongnya. Bagaimana tidak? Acha tidak menemukan dompetnya sama sekali. Padahal Acha ingat sekali kalau pergi sekolah, Acha selalu membawa dompetnya mana tahu dia akan mengunjungi toko permen. Lalu bagaimana dompet itu tidak ada di dalam tas sekolahnya. Acha memang gadis yang ceroboh dan sangat sulit untuk memberikan waktu kepada keluarga.

Setelah kematian sang Ayah yang sangat aneh, Acha mulai ingin hidup mandiri. Acha jarang sekali pulang ke rumah jika pulang sekolah. Seperti halnya hari ini, sepulang sekolah Acha langsung berkeliling mengunjungi berbagai toko permen yang ia tahu. Ini sudah menjadi kebiasaan Acha, sehingga gadis itu lupa akan rumahnya, padahal Ibunda sedang menunggu di rumah.

"Mbak, bayarannya?" tanya pelayan itu lagi.

Acha mendongak dengan wajah gelisah ke arah pelayan. "Maaf Mbak, dompetnya saya lupa bawa."

"Lalu bagaimana Mbak?" tanya pelayan itu seolah-olah mencari solusi untuk masalah Acha.

"Kalo begitu Acha gak jadi beli deh, Mbak. Maaf ya udah merepotkan."

Dengan gerakan terpaksa dan terus menatap permen jeli di atas Acha perlahan keluar dari toko tersebut. Untung saja pelayan itu tidak marah karena tidak jadi membeli, padahal Acha ingin sekali permen jelly itu. Namun mau bagaimana lagi ini semua sudah terjadi.

"Hai, gadis permen!" Acha tersentek dengan kehadiran manusia aneh ini di depannya. Siapa lagi kalo bukan Gara.

"Kamu ngapain sih. Lo siapa?" Acha lagi-lagi judes menghadapi Gara yang polos.

"Hei, kok judes banget. Ini." Gara mengambil setangkai lolipo dari rangkaian di tangannya lalu menyodorkannya kepada Acha.

"Kasih ke gue?" Acha menunjuk dirinya, seolah-olah ia masih tidak mengerti apakah permen itu diberikannya kepadanya. Padahak itu sudah jelas kalo permen itu untuknya.

Gara mengangguk lalu mengambil tangan Acha kemudia meletakkan permen lolipop itu di tangan Acha. Acha hanya melongo melihat tingkah Gara yang aneh itu. Polos sekali menurutnya. Sembari melihat kepergian Gara menggunakan mobil sport, Acha tahu yakin kalau Gara adalah orang kaya.

"Baiklah. Aku akan mengambilnya lagipula permen ini tak akan membuat saldo kreditmu mengurang!" teriak Acha saat mobil Gara sudah menghilang dari hadapannya.

Acha menatap permen lolipop lalu..., Acha malah membuangnya dengan senyum miring.

"Aku tak butuh belas kasih seseorang!" tajamnya, kemudian berjalan kaki berniat pulang ke rumah.

'Hobi yang sama, namun identitas yang berbeda. Ego atau cinta? dia atau saya? hanya jawaban untuk sebuah pertanyaan teka-teki.'

Sekarang Gara sudah sampai di depan rumahnya. Dengan senyum yang mengembang, Gara memasuki rumah sembari terus mencium rangkaian lolipop itu yang akan ia berikan kepada Anna.

Adiknya yang selalu sensi itu kepadanya mungkin akan meleleh saat dia akan memberikan ini kepada Anna.

Gara pun tak mau berlama-lama, kakinya habis digigit nyamuk berada di luar rumah terus memikirkan apakah Anna akan menerimanya. Knop pintu Gara putar lalu pintu tersebut terbuka. Tumben tidak terkunci, mungkin karena orangtuanya tahu kalau dia lagi di luar. Tak lupa Gara kembali menutup pintu.

"Tidak Ayah, Kak Gara gak boleh nikah!" Gara terkejut ketika mendengar teriakan Anna yang melengking di telinganya.

Apa yang terjadi?

Hai! Udah sampai chapter 5, ya? selamat!

Jangan lupa collection, ya juga ulasan terbaik dari kalian.

Widhi_7581creators' thoughts