webnovel

WEDDING

"Kembar butuh adik Yunki," goda nyonya Pratama.

"Kembar masih enggak mengerti dan jangan menyuruh aku untuk menghamili wanita lain," cuek Yunki.

Tuan dan nyonya Pratama hanya tertawa kecil melihat tingkah anaknya itu.

"Tidur saja disini Yunki, kembar pasti merindukan ayahnya," ucap tuan Pratama sambil melirik anaknya.

"Ya," singkat Yunki lalu rebahan di kasur.

Tuan dan nyonya Pratama melangkah keluar kamar.

"Kenapa juga adiknya Yura berharap aku punya anak lagi dari pernikahan ini dan siapa juga yang akan meniduri dia," batin Yunki sambil mengusak rambutnya dengan kasar.

Lalu Yunki mengambil ponsel di sakunya.

"Yura aku merindukan kamu," ucap Yunki sambil melihat foto yang ada di wallpaper ponselnya.

Lalu Yunki melihat-lihat foto dan video Yura saat masih hidup, dan sekilas Yunki meneteskan air matanya.

"Aku tidak bisa melupakan kamu sayang," ucap Yunki semakin menangis.

SKIP

Sebulan kemudian, hari dimana Yunki akan menikahi Yuna, adik kandung Yura. Yunki hanya bisa pasrah dan mengikuti keinginan Yura untuk terakhir kalinya.

"Yunki sudah siap?" tanya nyonya Pratama sambil masuk ke dalam kamar dan tersenyum pada sang anak.

"USudah ayo kita pergi," ucap Yunki yang sudah rapih dengan jas berwarna biru navy.

"Wah tampan sekali anak ayah," ucap tuan Pratama yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.

"Aku sudah tampan dari lahir," celetuk Yunki dengan wajah datarnya lalu berkata. "Oh ya, anak-anak aku ikut apa di rumah sama bibi?" tanya Yunki sambil menatap ke dua orang tuanya.

"Di rumah saja sama bibi lagi pula kasian anak-anak kalau ikut dan acaranya hanya sejam," jawab nyonya Pratama.

Yunki menganggukkan kepalanya lalu melangkah menuju ke dua anak kembarnya dan menciumi ke dua pipi dan keningnya secara bergantian.

"Ayah pergi dulu dan di rumah jangan rewel nanti kasihan bibi," batin Yunki sambil menatap anak kembarnya.

Entah sepertinya anak kembarnya mendengar batin Yunki dan mereka tersenyum pada Yunki lalu Yunki membalas senyuman itu dengan mata berkaca-kaca.

"Yura, kamu lihat kan kalau anak kita tersenyum, cantik kan?" batin Yunki lalu melangkah pergi.

Yunki melangkah pergi terlebih dahulu lalu di ikuti tuan dan nyonya Pratama di belakangnya dan mereka langsung menuju mobil untuk pergi ke gedung pernikahan.

"Jangan lupa senyum Yunki kalau di sana," ucap nyonya Pratama.

Yunki hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Lancarkan semuanya, Tuhan," batin Yunki.

Beberapa menit kemudian. Semuanya sampai gedung dan langsung masuk ke dalam lalu acara langsung di mulai.

"Kenapa jantung aku tidak karuan begini," batin aku lalu berkata lagi. "Sepertinya aku sakit," menyentuh keningku.

Dan acara pernikahan di mulai.

Aku dan Yunki saling berhadapan dan kami selesai mengucap janji suci pernikahan lalu ini saatnya Yunki mencium diriku. Yunki mendekati aku dan aku langsung menutup ke dua mataku.

"Apa dia akan ..."

Dan ternyata Yunki hanya mengecup kening aku.

"Apa yang kau fikirkan," bisik Yunki di telinga kanan aku lalu berkata. "Kau berharap aku mencium bibirmu? jangan terlalu berharap berlebihan karena aku hanya menikahi kamu, bukan ingin mencium kamu atau meniduri kamu dan aku hanya kabulkan keinginan Yura untuk terakhir kalinya yaitu menikahi kamu, bukan berarti kita harus lakukan hal suami-istri!" tegas Yunki yang masih berbisik di telinga kanan aku.

"Menjauh dari aku!" bentak aku langsung membuka ke dua mata dan menatap Yunki dengan sinis.

Lalu Yunki mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Aku harap cepat selesai pernikahan ini, aku ingin pulang," batin aku yang sudah malas dengannya.

Sejam kemudian acara selesai. Semua tamu pulang danhanya ada keluarga Bagaskara dan keluarga Pratama saja di sana.

"Yunki, tolong jaga anak bungsu kami yang sangat manja," ucap nyonya Bagaskara sambil merangkul bahuku.

"Benar, Yuna manja banget dan bimbing dia kalau dia masih seperti anak kecil," ucap tuan Bagaskara sambil menepuk pelan bahu Yunki dan tersenyum bahagia.

"Iya ayah, ibu. Saya akan bimbing Yuna," ucap Yunki sambil sedikit membungkuk sopan pada ke dua mertuanya itu.

"Setelah ini kita tinggal di rumah orang tua aku kan?" tanya aku sambil melirik Yunki.

"Kalau sudah nikah tidak boleh tinggal sama orang tua dan harus tinggal sama pasangan kamu," jawab nyonya Bagaskara sambil mengusap-usap kepalaku.

"Kita akan tinggal di rumah aku," ucap Yunki.

"Di rumah yang dulu di tempati Yura," lanjut Yunki dan tiba-tiba ia menggenggam tangan kiri aku.

Seketika aku sangat kaget dengan tingkah Yunki.

"Wah sepertinya bentar lagi kita akan cepat punya cucu lagi," goda tuan Pratama.

"Benar jadi tidak sabar nih," ucap nyonya Pratama ikut menggoda.

"Ya segera berikan kami cucu lagi," celetuk tuan Bagaskara sambil menepuk bahu Yunki.

Aku langsung melepaskan tangan yang di genggam Yoongi.

"Sepertinya manusia ini sedang berakting," batin aku yang agak tidak nyaman dengan tingkah Yunki.

Setelah selesai mengobrol, kami semua pulang ke rumah masing-masing.

"Jimi, maafkan aku," batin aku yang terus-menerus memikirkan kekasih aku.

Sampai di rumah keluarga Pratama, Yunki langsung membawa kembar ke dalam mobil dan kami langsung pulang ke rumah Yunki.

"Manusia ini benar-benar tidak akan berbicara dengan aku?" gumam aku yang terus-menerus menatap Yunki yang fokus mengemudi.

Beberapa menit kemudian kami sampai di rumah dan kami langsung masuk ke dalam rumah dengan menggendong satu persatu bayi kembar.

"Mereka nyenyak sekali," batin aku.

Aku dan Yunki sampai di sebuah kamar lalu menidurkan kembar di ranjang bayi.

"Isi kamar yang kosong sesuai keinginan kau dan di sini ada dua kamar kosong," singkat Yunki sambil menatapku.

"Tidak perlu, aku mau tidur sama kembar aja," ucap aku yang tidak mau kalah singkat dengannya.

"Tidur saja di kamar kosong!" perintah Yunki.

"Tida mau, nanti kalau kembar terbangun tengah malam biar aku tidak bolak-balik ke kamarnya," jelas aku.

"Kalau kembar bangun biarkan aku saja yang mengurusnya!" seru Yunki.

"Terserah saja!" ucap aku yang agak membentaknya lalu melangkah pergi.

"Kau mau kemana?" tanya Yunki yang menahan tanganku.

"Mau pilih kamar kosong katanya di suruh pilih," jawab aku sambil menatap Yunki.

"Oh iya benar!"

Hening ...

"Kenapa belum pergi?" tanya Yunki lagi.

"Bagimana mau pergi? kau masih menyentuh tangan aku," jawab aku sambil melirik tangan.

"Oh maaf tidak tau!" Yunki langsung melepaskan tangannya.

"Ya," ucap aku lalu melangkah pergi.

"Kenapa dengan otak kau Yunki," batin Yunki sambil memukul-mukul pelan kepalanya sendiri.

Lalu Yunki pergi menuju kamarnya dan aku sibuk memilih kamar karena aku butuh kamar yang dekat dengan kamar kembar, jadi kalau kembar bangun bisa langsung mengurusnya.

"Nah, akhirnya aku memilih kamar ini untuk ke sepuluh kalinya," ucap aku lalu memasuki kamar yang dekat kamar kembar sambil mendorong koper ke dalam dan duduk di sofa dekat ranjang.

Lalu aku mengambil ponsel dan berkata. "Kak, aku sudah menikah dengan suamimu, apa kakak bahagia di sana?" tanya aku sambil menatap foto Yura yang ada di balik layar ponsel.

"Jika harus menggantikanmu maka aku rela dan jika ini keinginan terakhir kakak aku juga rela, asalkan kakak bahagia di sana," ucapku dengan lirih dan meneteskan air mata.

Jam 15.00 aku keluar kamar menuju dapur dan mengambil minum dengan wajah kebingungan.

"Kenapa kau belum ganti pakaian?" tanya seseorang dan tiba-tiba menghampiri aku.

"Hm aku," gugupku.

"Kenapa?" tanya Yunki.

Seseorang yang menghampiri aku adalah Yunki yang sudah berganti pakaian dengan kaos dan celana biasa.

"Aku tidak bisa membuka kancing yang ada di belakang gaun ini," jawab aku sambil menundukkan kepala.

"Lagi pula kenapa pilih gaun begitu sih," ucap Yunki yang agak risih.

"Aku suka model gaun ini," ucapku.

"Ya sudah sini aku buka kancing belakangnya." Yunki menawarkan dirinya lalu menghampiri aku.

"Tapi ..."

"Tenang saja hanya buka dan aku tidak akan lihat apa-apa, tenang aja," ucap Yunki yang meyakinkan aku.

"Janji ya?" tanya aku sambil menatap Yunki.

"Ya ayo ke kamar kamu," ucap Yunki.

Aku menganggukkan kepalaku lalu melangkah pergi ke kamar dan di ikuti Yunkii di belakangnya.