webnovel

TERIAK

Sampai kamar.

"Kalau sudah buka kancingnya tidak usah di buka biar aku buka sendiri," ucap aku sambil menatap Yunki.

"Ya, siapa juga yang mau membukakan gaun kamu setelah buka kancingnya dan sudah jangan berpikir yang aneh-aneh," ucap Yunki dengan wajah datar sambil membalikkan tubuh aku.

Perlahan-lahan Yunki membuka kancing aku.

Dan akhirnya sudah terbuka.

"Sudah ya aku mau masak kalau lapar nanti langsung ke dapur saja," ucap Yunki sambil melangkah pergi.

"Belum bilang terima kasih sudah pergi saja," gumam aku.

Aku langsung melepaskan gaun itu dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Kenapa suami kakak dingin banget sih dan kakak suka apanya coba dari lelaki seperti itu," gumam aku sambil masuk ke dalam bathtub dan berendam di dalam sana.

"Ah nyaman sekali air ini dan sangat wangi," ucap aku yang perlahan-lahan memejamkan ke dua mata.

Beberapa menit kemudian.

Aku selesai mandi dan bergegas pakai pakaian tidur lalu melangkah menuju dapur.

"Apa lelaki dingin itu sudah selesai masak?" batin aku sambil melirik dapur dan sekitarnya.

"Cepat juga masaknya," gumam aku yang mengambil piring dan memilih beberapa menu masakan Yunki.

Aku duduk di kursi meja makan dan mengunyah makanan itu dengan perlahan-lahan.

"Wah keren ini enak sekali," ucap aku.

"Pantas kakak suka lelaki dingin ini karena tidak hanya ganteng tapi dia juga pintar masak," lanjut aku.

"Aku emang ganteng dari lahir," ucap Yunki yang tiba-tiba datang.

"Uhuuuuuuk uhuuuuuuk," aku tersedak makanannya.

"Pelan-pelan kalau makan," ucap Yunki lalu memberikan segelas minum padaku.

"Kalau mau makan jangan lupa ambil minum dan simpan di samping piring," lanjut Yunki.

"I ... iya terima kasih," gugup aku dengan wajah merah seperti kepiting rebus lalu meminum air yang di berikan Yunki.

"Besok kau kuliah?"tanya Yunki sambil menatapku.

"Iya kenapa?"

"Tidak apa-apa nanya saja," ucap Yunki agak cuek. "Terus anak-anak sama siapa?"

"Ah benar anak-anak bagimana," ucap aku sambil berpikir.

"Apa harus di titip ke ibuku? atau butuh baby sister?" tanya Yunki sambil menatap aku dengan serius.

"Jangan!

"Biar aku yang urus anak-anak dan biarkan aku bawa anak-anak ke kampus."

"Kau mau belajar apa jagain anak? sudah besok aku minta ibu bawa baby sister yang kemarin jaga anak-anak selama aku tidak jaga mereka dan kau fokus saja kuliah," ucap Yunki.

"Tapi ..."

"Jadi buat apa aku menikahimu kalau menjaga anak saja masih dengan baby sister," sindir Yunki yang mulai kesal.

"Lagi pula aku kuliah tidak tiap hari dan aku kuliah tidak seperti dirimu kerja setiap hari lalu aku kuliah seminggu hanya dua hari itu juga senin sama kamis saja," jelas aku yang menjelaskan semuanya pada Yunki.

"Hem lalu pulang kuliah jam berapa?" tanya Yunki sambil menatapku.

"Kalau kuliah pagi pulangnya jam dua belasan dan kalau kuliah siang pulangnya jam lima," jawab aku.

"Ya sudah selama kau kuliah biarkan anak-anak aku bawa ke kantor dan kalau kau sudah pulang langsung ke kantor saja kalau kau masuk pagi. Bagaimana?" tanya Yunki.

"Ide bagus itu dan kalau aku masuk siang biarkan aku yang antar anak-anak ke kantor kak Yunki sebelum aku pergi kuliah, bagaimana?"

"Ya," ucap Yunki dengan sangat singkat lalu melangkah pergi begitu saja.

"Ih dingin banget dasar," gumam aku sedikit kesal lalu aku melanjutkan makan.

Beberapa menit kemudian.

Aku selesai makan lalu mencuci alat makan bekas makannya tadi dan setelah itu aku melangkah menuju kamar anak-anak.

"Ya ampun anak aku sudah bangun," ucap aku sambil menatap anak-anak yang sudah bangun dari tidurnya.

"Mulai sekarang aku ibu kalian dan bantu aku jadi ibu yang baik ya," ucap aku sambil mengusap-usap kepala anak-anak secara bersamaan.

Hana dan Hani tersenyum menatap aku, mereka seperti paham apa yang aku ucapkan.

"Jadi anak yang baik ya sayang, seperti mendiang ibu kalian walaupun kalian bukan anak kandung aku tapi aku bisa menyayangi dan mencintai kalian seperti ibu Yura," ucap aku dengan mata berkaca-kaca.

"Ah aku tidak boleh menangi karena kakak pasti sudah bahagia di sana dan pasti kakak bahagia kalau keinginan terakhir kalinya di kabulkan," gumam aku.

Aku memberikan susu pada anak-anak setelah itu bermain bersama dan Yunki mengintip dari pintu untuk melihat tingkah aku pada anak-anaknya.

"Andai itu Yura, aku akan lebih bahagia," batin Yunki.

"Yura kamu harus bahagia di sana karena keinginan kamu sudah aku kabulkan," batin Yunki lagi.

"Sampai kapanpun aku akan selalu mencintaimu Yura," batin Yunki.

Yunki melangkah pergi ke kamarnya.

"Bosan sekali," gumam Yunki yang membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Beberapa jam kemudian.

Anak-anak tidur kembali lalu aku kembali ke kamar dan tidur karna sudah malam.

Di kamar Yunki.

"Siapa yang tengah malam chat," ucap Yunki lalu mengambil ponselnya dan melirik jam dinding.

"Jam 01.10," gumam Yunki sambil membaca pesan.

(pesan)

Nara

Yunki apa kabar? hari ini aku sudah di Korea dan aku sangat merindukan kamu, besok kita ketemu ya!

"Oh dia."

"Untuk apa juga ketemu? apa dia tau kalau istriku sudah meninggal?" gumam Yunki setelah membaca pesan itu.

(pesan)

Nara

Kalau tidak mau ketemu aku akan ke kantor kamu, sampai jumpa Yunki.

"Terserah," singkat Yunki lalu menaruh kembali ponselnya di atas meja tanpa membalas pesan itu dan Yunki kembali tidur.

Jam 05.00

Seperti biasa Yunki bangun lebih awal saat Yura masih ada dan kebiasaan itu tidakk pernah hilang, seperti biasa bangun tidur langsung ke dapur untuk masak. Selesai masak pergi ke kamar kembar untuk melihat apa kembar sudah bangun.

"Ternyata kembar masih bobo," gumam Yunki lalu melangkah keluar dan menuju kamar lalu menuju kamar mandi

"Apa jam segini Yuna belum bangun?" tanya Yunki yang sudah berendam di dalam bathtub.

"Terserah dia mau sudah bangun apa belum lagi pula ngapain juga aku mikirin dia," gumam Yunki.

"Ini hari senin apa dia kuliah terus kuliah pagi apa siang?" tanya Yunki lagi.

"Tidak tau ah malas memikirkan itu urusan dia." Yunki kembali berendam dan menikmati air hangat.

Selesai mandi.

Yunki pake pakaian kantor dan bergegas menuju dapur untuk sarapan.

"Yuna belum bangun juga?" batin Yunki.

"Terserah ah!" Yunki duduk di kursi dan memilih makanan untuk sarapan.

Waktu menunjukkan jam 06.00.

"AAAAAAA TELAT," teriak aku sangat menggelegar di seluruh rumah Yunki.

Dan suara nangis kembar terdengar kencang, lalu Yunki berlari menuju kamar kembar.

"Ya ampun anak ayah yang cantik sudah bangun," ucap Yunki yang mencoba menenangkan kembar.

Yunki mengambil dua botol susu yang sudah ia persiapkan untuk anak kembarnya lalu ia memberikan susu itu pada anak kembarnya, beberapa menit kemudian. Anak kembarnya mulai tenang dan tidakk menangis lagi, lalu Yunki

kembali ke dapur untuk melanjutkan sarapannya.

"Dia pikir ini di hutan!" Yunki sedikit kesal dengan tingkah aku di pagi hari ini.

Jam 06.30.

Aku selesai mandi dan berpakaian rapih lalu melangkah menuju dapur dan duduk di kursi meja makan.

"Kenapa kakak tidak bangunin aku?" tanya aku sambil menatap Yunki.

"Kau punya ponsel kan? kenapa tidak pasang alarm saja!" Yunki agak sensi.

"Susah aku pasang banyak alarm tetap saja tidak berguna," ucap aku sedikit memanyunkan bibir.

"Kau sudah besar kenapa juga harus ku bangunkan dan jangan teriak begitu lagi membuat kembar tadi langsung nangis," ucap Yunki sambil menatap aku.