"Aku terlalu terobsesi untuk membuat hati Putra hancur tanpa menyadari bahwa ada hati lain yang ikut remuk secara perlahan-lahan." Ucap Inggrid, ia kemudian mendongak hanya untuk mengamati ekspresi apa yang sedang dibuat Mika saat ini.
Kali ini niat baik Mika yang ingin menolong Putra tiba-tiba saja luntur bagai kerupuk yang direndam sebaskom air. Payung yang semula digenggamnya pun kini sudah tergeletak tak berdaya di atas dinginnya lantai, digantikan dengan sebuah genggaman pada lengan wanita di depannya yang kemudian ditariknya mendekat.
Oh, Tuhan, jika yang terjadi malam ini hanya mimpi, maka dia tidak ingin dibangunkan selamanya karena ia sangat takut untuk menghadapi kenyataan ketika ia bangun nanti. Kenyataan bahwa kemanisan yang ke luar dari bibir Inggrid adalah semu, seperti mimpi yang pernah ia alami sebelumnya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com