Inggrid mengerutkan keningnya. Dari sekian banyak tempat yang bisa mereka kunjungi, tapi kenapa harus tempat seperti ini?
Inggrid menahan napas saat pintu kaca di depannya di tarik oleh seorang pramuniaga. Dia tinggi, cantik dan senyum di bibirnya mereka menyambut kehadirannya. Tidak, tepatnya kehadiran sosok di sampingnya.
Oh, lihat, ada banyak barang cantik di dalam boutique itu dan Inggrid yakin harganya juga cantik.
"Mika, ayo ke luar—"
"Kau tidak suka?"
Bukan, Inggrid tidak suka bukan karena dia tidak mengerti fashion, brand ternama ataupun cara berdandan. Demi bokong Ando, Inggrid bisa berdandan, hanya saja dia tidak seover Anggi.
Inggrid hanya ... dia masih sayang pada kerja kerasnya. Ia tidak ingin membelanjakan uang hasil kerja kerasnya untuk sesuatu yang tidak begitu penting.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com