webnovel

Inevitable Fate [Indonesia]

Siapa bilang seorang Nathan Ryuu, lelaki blasteran Jepang - Perancis, adalah anak dari seorang konglomerat besar, sudah hancur dan tak memiliki cinta usai dia kalah dari Vince Hong dalam memperebutkan Ruby? Lelaki muda dan berkuasa ini terlalu jauh dari kata menyerah, meski pemikiran itu sempat menghinggapinya di awal-awal perceraiannya. Nyatanya, takdir dari langit mencoba menawarkan asa baginya untuk sekali lagi bertaruh pada cinta wanita tak terduga. Apakah dia berani mengambil taruhan itu? Wanita itu, Reiko Arata Zein, seorang blasteran Jepang - Indonesia yang harus berjuang sendiri ketika dunia sedang menguji dan menderanya. Kalaupun mereka memutuskan untuk bersatu, bisakah menghadapi semua badai yang diciptakan orang-orang di sekitar mereka? Atau lebih baik menyerah demi kebaikan bersama? ================================== =*= Novel DEWASA =*= ================ Tolong yang belum umur 18 tahun jangan coba-coba melirik apalagi membaca novel ini atau penulis tidak akan bertanggung jawab apabila Anda dewasa sebelum waktunya. Bijaksana dan bijaksini dalam memilih bacaan yang sesuai dengan Anda. Language: Indonesia Warning: (mungkin) akan ada adegan-adegan dewasa Source of story: (spin-off) Lady in Red 21+

Gauche_Diablo · Urbano
Classificações insuficientes
702 Chs

Berlomba-lomba Memuji

This is time to be stronger

neoro inhae nan deo ganghaejyeo ga Stronger

- Stronger by NCT Dream -

===========

Tomoda mendecak kesal mendengar perintah sang ibu yang dinilai sangat mengganggu. Tapi, apa daya dia? Kalau berani membantah, lupakan mendapatkan uang nanti malam. Maka dengan bersungut-sungut tidak rela, Tomoda pun berlalu dari hadapan Reiko.

Berlawanan dengan Tomoda yang kesal, Reiko justru menghembuskan napas lega dengan berlalunya kakak sang sahabat. Sejak awal bertemu Tomoda, dia merasa risih. Padahal dulu Tomoda tidak seperti itu.

Dalam hatinya, Reiko mengucapkan rasa terima kasih pada Bu Sayuki karena sudah menegur putranya dan kini dia bisa terbebas dari gangguan lelaki itu. Ia pun melanjutkan menyapu.

Ketika Reiko baru saja selesai menyapu, dia mendengar jeritan Runa di belakang punggungnya, "Ya ampun! Rei-chan! Untuk apa kau menyapu begitu!" Gadis itu lekas lari ke sahabatnya dan merebut sapu beserta pengki dari tangan Reiko.

"Ehh? Ahh, ini bukan hal berat, kok Ru-chan. Santai saja." Reiko tersenyum. Menyapu dan melakukan pekerjaan rumah tangga itu sudah seperti minum air bagi Reiko, sangat mudah dan sudah terbiasa.

"Tsk! Tetap saja kau tidak boleh begini di rumah ini! Kau ini adalah tamuku! Mana boleh tamu malah menyapu dan melakukan hal seperti begini?" Runa cemberut.

"Kata siapa tidak boleh?" Bu Sayuki muncul entah dari mana dan menimpali ucapan putrinya. "Toh, dia cukup tahu diri untuk mengerjakan hal demikian, tidak sepertimu yang selalu sibuk berkubang di kamar saja." Beliau melotot pada Runa.

Runa memutar bola matanya dan menyahut, "Ibu, bukankah biasanya aku juga membantu membersihkan rumah, iya kan?"

"Hanya ketika kau sedang ingin. Tidak rutin setiap hari." Bu Sayuki membalas telak.

Merasa sedikit malu karena ibunya menjabarkan aib dia, Runa mencebikkan bibirnya dan berkata, "Setidaknya aku sudah berusaha, kan Bu."

"Sudah, sana bantu Ibu di dapur, dan jangan banyak omong. Sesudah itu, nanti bantu kakakmu membersihkan ayam!" Bu Sayuki sepertinya tidak ingin diprotes dengan ucapan apapun, apalagi oleh anaknya.

Reiko kembali mengambil sapu dan pengki dari tangan Runa sambil berbicara, "Sana ke dapur, aku akan buang sampah ini dan akan menyusulmu ke dapur."

Runa memandang Reiko hendak mengatakan sesuatu tapi sahabatnya sudah melangkah pergi mencari tempat sampah besar untuk membuang dedaunan kering yang sudah dia sapu barusan.

Tidak memiliki pilihan lain, Runa pun pergi ke dapur sesuai dengan perintah ibunya. Tak berapa lama, Reiko juga muncul di dapur, ikut membantu di sana.

Setengah jam berikutnya, datanglah mobil pick up keluarga itu. Bu Sayuki tahu bahwa itu adalah putranya yang baru dari tempat pemotongan ayam. "Runa, bantu kakakmu menurunkan ayam-ayamnya, sana!" titahnya, lalu menoleh ke Reiko, "Kau bisa membuat sup miso?"

Reiko mengangguk. "Bisa, Bu."

"Bagus. Masak sup miso dan buat tempura udang dengan benar, lalu persiapkan di meja makan." Lalu usai berkata demikian, Bu Sayuki pun pergi dari dapur.

Untung saja Reiko paham bagaimana memasak sup miso dan membuat tempura udang, sehingga dia bisa dengan cekatan melanjutkan apa yang sudah dimulai oleh Bu Sayuki.

Tak membutuhkan waktu lama bagi Reiko menyelesaikan pekerjaannya dan menghidangkan semua itu di meja makan. Nasi juga sudah matang di alat penanak nasi.

Hanya beberapa menit dari itu, ketiga anggota keluarga Shirazaki pun masuk ke ruang makan dan mendapati Reiko sudah selesai menghidangkan semua makan pagi.

"Wah, ini buatan Reiko-chan?" tanya Tomoda sambil tersenyum lebar. Ia segera saja duduk di lantai tatami, mengambil posisi terdekat dengan Reiko.

"Um, iya." Reiko hanya mengangguk tanpa menatap Tomoda. Karena tidak ingin berdekatan dengan Tomoda, maka Reiko pun bangkit dan berpura-pura hendak mengambilkan sesuatu bagi yang lain.

Maka, segera saja sisi meja terdekat Tomoda pun diisi oleh Bu Sayuki dan Runa, sehingga Reiko bisa duduk di seberang lelaki itu. Ini benar-benar sesuai dengan siasatnya.

Tanpa memedulikan dengus kesal Tomoda, Reiko mulai melipat kakinya dan duduk tenang di tatami sambil memulai makan setelah Bu Sayuki terlebih dahulu mengambil makanannya.

"Wah, apakah ini masakan Rei-chan?" Runa berceloteh. "Enak sekali!"

"Ohh, ini hanya melanjutkan masakan Bu Sayuki, kok!" Reiko tidak ingin mengambil seluruh sanjungan.

"Tapi tetap saja ini enak dan sangat menyegarkan. Udangnya juga sangat renyah, Begitu kriuk di mulutku! Hm!" Runa meneruskan pujiannya.

"Heh! Apa kau pikir sup buatan Ibu biasanya tidak segar, hm?!" Bu Sayuki mendelik ke putrinya. Runa pun terkekeh canggung sambil menatap memohon maaf ke ibunya.

"Wah, tapi ini benar-benar lezat, Bu!" Kini giliran Tomoda yang memuji. Tatapannya mengarah ke Reiko meski dia sedang menyebut ibunya. "Aku mau punya istri seperti Reiko-chan yang pintar memasak."

Rasanya Reiko ingin menelan pasir saja daripada mendengar ucapan sembarangan Tomoda. Ia hanya menjawab dengan senyum kecil sambil kepala menunduk, menunjukkan kerendahan hati ala orang Jepang ketika dipuji.

"Ya ampun, apa-apaan kau ini, Kak! Sungguh tak tahu diri sekali kau ingin Rei-chan menjadi istrimu!" hardik Runa dengan nada kesal dan cemberut.

Tomoda malah mendelik ke adiknya dan membalas, "Aku tidak bilang Reiko-chan harus menjadi istriku, kan? Aku hanya bilang kalau aku ingin punya istri SEPERTI Reiko-chan!" bantah Tomoda sambil bersemangat.

"Sudah! Sudah!" pekik Bu Sayuki. "Sekali lagi aku mendengar kalian ribut di meja makan begini, aku tendang kalian semua keluar dari sini!" hardik Beliau tegas.

Semua pun terdiam dan melanjutkan makan pagi dengan tenang sampai selesai. Karisma Bu Sayuki sepertinya memang sangat berpengaruh bagi kedua anaknya.

Selesai makan, Runa dan Reiko membersihkan seluruh piring, mangkuk dan gelas kotor bersama-sama, sedangkan Tomoda sedang membersihkan ayam di belakang rumah.

"Reiko, bantulah Tomo membersihkan ayam-ayam di belakang sana." Tanpa diduga, Bu Sayuki memberikan perintah itu setelah Reiko selesai mencuci piring. "Runa, kau juga!" imbuh Beliau untuk putrinya.