webnovel

I Hate You, Because I Love You!

Peringatan 18+ dan 21+ Ada beberapa tindakkan kekerasan dalam novel ini! Lebih bijak lagi dalam memilih bacaan^^ "Disalahkan banyak orang, kalian tahukan rasanya seperti apa? Aku lelah, Ayah, Ibu. Kenapa kalian gak bawa aku aja? Biar aku juga tenang hidup diatas sana.." Fareszha Henderick Putri. Gadis belia, yang harus menanggung kebencian dari banyak orang. Seolah, satu masalah saja tidak cukup untuk gadis ini hadapi. ****** Kebencian itu seperti sebuah candu, semakin kau membencinya, disitu pula rasa ingin melukai orang yang kamu benci semakin menjadi jadi. Benci juga bisa menjadi obsesi, itu yang dikatakannya. Memang, bisa saja perasaan itu berubah, kapanpun tuhan mengkehendakinya. "Sampai kapanpun, aku tetap membencimu! Dan perasaan itu tidak akan pernah berubah, kau camkan itu!" Ada krisar?? bisa hubungi aku di instagram @rizwriter_5 @reynrii_

Iamreyn · Urbano
Classificações insuficientes
97 Chs

Thirteen. Rasa bersalah?

Nicho menenggelamkan wajahnya pada kedua tangan yang ia taruh di atas meja. Pria ini menutup telinganya dengan earphone, agar tidak bisa mendengar suara memohon Fareszha di dalam ruangan pribadinya. Sedangkan di dalam sana, Reszha hampir kehilangan nafasnya karena berada di dalam ruangan gelap nan pengap. Hari ini, Nicho sudah benar–benar menyakiti dirinya, dan membuat gadis itu harus menderita di dalam sana.

Entah sudah yang keberapa kali, Reszha memohon pada Nicho agar mau melepaskannya dengan nada suara lemahnya. Sedangkan di bawah mansion milik Nicho, sudah ada Ardian dengan perasaan marahnya menaiki satu persatu anak tangga yang mengarah ke tempat Nicho dan Reszha berada. 'Brak!' Ardian membanting pintu keras begitu sampai di ruangan Nicho berada, pria yang sedari tadi sedang menelungkupkan kepalanya ke meja, kini beralih menatap Ardian dengan tatapan datarnya. "Apalagi yang kau lalukan pada Fareszha hah?! Tidak cukup selama ini penderitaan yang dapat dari mu? Nicho?!" Ucap Ardian penuh amarah, membuat Intan yang mendengarnya mematung seketika.

Enggan menanggapi ucapan Ardian, Nicho mengarahkan pandangan keduanya ke sebuah pintu yang tingginya hanya mencapai 1,5 meter, dan lebar pintu itu 1 meter. Intan menatap lekat celah yang ada di atas pintu itu, di dalam sana gelap? Sial! "Kak Nicho! Buka pintunya sekarang, Reszha trauma sama tempat gelap dan pengap!" Seru Intan, membuat Nicho kembali menatapnya dengan kedua alis yang tertaut. Gadis itu? Dia memiliki trauma? Impossible. "Jika sampai sesuatu terjadi padanya, aku akan membakar semua aset milik mu!" Ancam Ardian, dan Nicho berdecak kecil untuk menanggapinya.

Sebenarnya Nicho juga khawatir, bagaimana jika Reszha benar–benar memiliki trauma? Dan sesuatu yang buruk terjadi pada gadis itu? Nicho tidak yakin ia akan memaafkan dirinya sendiri kali ini. Asal kalian tahu, sedari tadi Nicho merenungkan semua perbuatan buruknya pada Reszha, entah mengapa, akhir–akhir ini ia selalu memikirkan tentang Reszha, tak peduli itu mengenai rasa bencinya, atau bahkan tentang kemungkinan bahwa ia mulai merasa iba pada Reszha. "Reszha! Apa yang terjadi pada mu?!" Teriak Nicho, ketika ia melihat Reszha terbaring lemas di lantai.

Ia membalikkan tubuh Reszha agar menghadap kearahnya, dan alangkah terkejutnya Nicho saat melihat darah yang keluar dari hidung gadis itu. Sial, Reszha benar–benar memiliki trauma, dan mungkin traumanya sudah kambuh saat Nicho mencekiknya tadi. Ada apa sebenarnya? Kenapa bisa Reszha sampai memiliki trauma seperti ini? 'Bugh!' "Kak Ardian! Nyawa Reszha lebih penting dariapa ribut kalian itu, nantian aja!" Cerca Intan, ketika satu pukulan mendarat tepat di pipi mulus Nicho.

Nicho mendorong Ardian yang hendak mengangkat tubuh mungil Reszha, kemudian ia sendiri yang beralih mengangkat tubuh Reszha, untuk dibawa ke tempat yang lebih layak dikatakan sebagai ruangan. Tak berselang lama, Nicho langsung menidurkan Reszha di atas ranjang miliknya yang berada di ruangan sebelah, kemudian ia memanggil Dokter kepercayaanya untuk datang ke mansion miliknya. Sial, jika Nicho tahu akhirnya akan seperti ini, ia tidak akan berbuat senekat itu lagi pada Reszha. "Apalagi yang kau perbuat? Apakah tidak ada sedikit pun di dalam hati mu untuk gadis kecil ini, Nicho?" Tanya Ryuna, selaku Dokter sekaligus sahabat dari Nicho.

Ia tidak habis pikir, kenapa Nicho bisa melakukan hal seburuk ini pada Fareszha, gadis kecil yang sebenarnya tidak memiliki dosa ini. Hanya karena kejadian beberapa tahun lalu, yang menyebabkan Ema meninggal dunia, Nicho sampai melakukan hal gila ini pada Reszha. "Aku akan berikan obat penenang pada Reszha, dan beberapa obat lain untuk membantu mental dan fisiknya pulih kembali. Kau ingat, gadis ini akan segera melaksanakan ujian kelulusan, ia juga harus datang ke acara keluarga mu, Nicho." Jelas Ryuna panjang, membuat Nicho mengheembuskan nafasnya berat.

Haish, Nicho haru bersiap mendapat bogeman dari Ardian lagi. Entah sudah yang keberapa kalinya, Nicho mengingkari janjinya untuk tidak berbuat kasar pada Reszha. Lagi, lagi, dan lagi, ia selalu berbuat kasar pada Reszha, dulu mungkin tidak ada rasa bersalah dan menyesal, tapi sekarang, entah apa yang telah tuhan lakukan padanya, pria itu selalu merasa bersalah setelah ia melakukan kejahatan pada Reszha. "Ema maaf kan aku, aku selalu membuat adik mu dalam masalah.." Lirih Nicho, seraya tangannya menggenggam telapak tangan Reszha yang dingin. Kenapa? Kenapa selalu meminta maaf pada Ema? Yang kau lukai itu Reszha! Bukan mantan kekasih mu itu Nicho!

"Pukul saja aku Ardian." Ucapnya, dengab nada datar seperti biasa, seolah tidak ada apapun yang terjadi. Ardian yang baru saja datang, hanya menatap Nicho dengan tatapan malasnya, kemudian ia beralih menghampiri Reszha yang kini sedang terbaring lemah. "Heh bodoh, memangnya jika aku menghajar mu, kau akan menaikkan gaji ku hah?" Balasnya, sembari mengelus lembut pucuk kepala sang adik kesayangan. Dasar Ardian, dikeadaan seperti ini masih saja memikirkan tentang uang.

"Jadi lah wali yang baik selama beberapa bulan ini, karena Reszha akan melanjutkan sekolahnya ke Australia. Jangan meninggalkan kesan buruk terus padanya, Nic." Tutur Ryuna, seraya tangannya mengelus punggung Nicho. Nicho yang mendengarnya langsung menoleh kearah Ryuna, ia tidak salah dengar? Reszha akan pergi ke Australia? Jadi apa yang Mike katakan hari itu bukan sebuah candaan? "Aku walinya, dan aku tidak akan mengijinkan Reszha pergi." Ucapnya, dengan sorot mata yang terus menatap Reszha. Mendengar hal itu, ketiganya menoleh kearah Nicho, mereka seolah menentang keputusan Nicho.

"Kak, tolong izinin Reszha buat bahagia ya? Biarin dia pergi, Reszha cumau memulai hidupnya lagi." Pinta Intan, dengan nada suara yang memelas. Keputusan Reszha untuk kembali ke Australia bukan karena ia menderita disini, hanya saja, Reszha ingin mendapatkan kehidupan yang lebih layak, ditengah–tengah orang yang selalu menganggapnya ada. "Kalian pulang, masalah ini kita bahas nanti saja." Balas Nicho dingin, seraya dirinya berjalan keluar kamar.

Oh ya tuhan, Intan sangat berharap jika Nicho mau mengijinkan Reszha untuk pergi ke Australia. Gadis itu tidak mau Reszha terus menerus menderita di dalam neraka dunia ini, belum lagi, beberapa keluarga memang tidak menyukai Reszha karena alasan–alasan yang tidak jelas, dan alasan itu juga berasal dari mulut saudara–saudara Reszha. Dari Reszha yang katanya jadi wanita malam untuk mendapatkan uang, menjadi simpanan om–om, dan hal lain semacam itu yang berbau negatif. Padahal mereka tidak tahu saja, bagaimana lelahnya Reszha berjualan dan melatih les untun mendapatkan uang.

Memang benar ya, terkadang orang akan mengerti kita ketika mereka merasakan apa yang kita rasakan, ketika mereka melalui apa yang kita lalui, dan ketika mereka tahu, bahwa hidup tidak seindah pemandangan di pulau dewata. Masalah orang tidak pernah sama, jangan pernah merasa bahwa kalian lah yang paling tersakiti dan susah di dunia ini. Wake up and see, banyak orang yang lebih menderita, dan mereka masih senantiasa bersyukur atas apa yang mereka dapatkan.

"Kenapa aku dipakein selimut setebel ini?"

~~~~