Lisa melihat putra tirinya dengan mata menyipit. Tilikan netra hitam miliknya beralih ke arah perempuan cantik bertubuh semampai yang berdiri kikuk di samping Farzan.
“Kamu kemarin kenapa langsung pergi setelah acara lamaran?” Lisa mengajukan pertanyaan seraya tersenyum penuh makna. Dia berpikir Farzan cepat-cepat pergi karena ada janji dengan perempuan itu.
Farzan melangkah cepat menghampiri kedua orang tuanya, lalu mencium kedua tangan mereka satu per satu.
“Maaf, Ma. Kemarin urgent, jadi harus buru-buru balik ke Cikarang,” ucap pria itu berbohong.
“Oh, urgent,” balas Lisa dengan bibir membulat.
Sandy berdeham dua kali memberi kode kepada Farzan agar memperkenalkan gadis yang dibawanya. Pasangan lansia itu berbagi pandangan dengan senyum penuh makna. Apalagi ini pertama kali bagi Farzan membawa perempuan ke rumah.
Pria bertubuh tinggi itu menarik tangan Nadzifa, lantas memperkenalkannya.
“Ini Nadzifa, Ma, Pa.” Farzan menarik napas pendek sebelum berkata lagi. “Dia—”
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com