Nadzifa masih mengamati perempuan yang menutup wajahnya dengan kacamata hitam dan selendang tersebut. Sebelum motor berbelok ke kiri, dia melihat orang itu menaiki taksi. Perlahan bahunya terangkat ke atas seiringan dengan bibir melengkung ke bawah. Dia tidak lagi ambil pusing dengan wanita tadi.
“Zan,” panggil Nadzifa mengeraskan suara, agar bisa mengalahkan bunyi kendaraan yang lalu lalang.
Mereka sekarang sudah memasuki jalan raya.
“Kenapa, Mbak?” sahut Farzan membuka penutup helm.
Gadis itu berdecak seraya memukul pelan pundak Farzan. “Panggil Mbak lagi. Zizi dong, Zan.”
Nadzifa tergelak menyadari nama panggilan mereka berdua sama-sama ada huruf ‘Z’.
“Kita ini jangan-jangan beneran jodoh deh,” celetuk Nadzifa,
“Maksudnya?” teriak Farzan dari depan.
Gadis itu merapatkan tubuhnya ke depan, membuat Farzan merasa risih. Dia meletakkan dagu di atas pundaknya sebelum menjawab.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com