webnovel

Matahari Senja

"Astaga ... Setelah mengeluarkan semuanya sekarang kau ingin mengisinya kembali?" ucap Rafida tiba-tiba mengejutkan Mr.Wil yang sedang melahap sepotong burger.

Rafida terus memandangi Mr.Wil yang asyik melahap burgernya yang ketiga. Dengan minuman soda besar. Dengan ikut menggerakkan mulutnya seperti sedang mengunyah, Rafida hampir meneteskan air liurnya.

Mr.Wil yang melihat itu sengaja memakan burgernya dengan gaya yang sangat nikmat. Ia pun meminum sodanya dengan suara yang keras hingga tetes terakhir. Rafida yang melihat hanya bisa menelan ludah.

"Mas Wil. Belikan Aku eskrim," pinta Rafida memelas.

Mr.Wil menatap tajam Rafida. Seolah-olah ia mengatakan "kenapa aku harus?"

Namun, Rafida menpoutkan bibirnya dan menyatukan kedua tangannya. Wajahnya dibuat sedemikian imut.

Mr.Wil tak bisa berkata apa-apa. Ia berjalan ke arah kedai eskrim. Rafida mengepal tangannya dan tersenyum senang.

"Yes"

***

"Aku lelah ... Kau mau ke mana lagi? Ini sudah sore," tanya Mr.Wil yang sudah duduk di salah satu bangku yang memang disediakan di sana.

"Ayolah Mas. Terakhir kali ... Yahhh ... Aku mau naik bianglala," ucap Rafida merajuk dengan menunjuk wahana terbesar dan sangat ramai pengunjung.

"Sebenarnya kau mengajakku ke sini karena ingin membalas dendam ya?" teriak Mr.Wi curiga.

"Hei ... Mas Wildan Kusuma. Kau terus-terusan menolak permainan yang kutunjuk. Kenapa kita hanya melihat rumah-rumah yang aneh. Miringlah, banyak kacanyalah sampe aku gak tau mana pintu keluar. Dan lagi ... Kita hanya muter-muter dari tadi!" teriak Rafida merajuk dan membuat bando telinga kelincinya bergerak ke sana-ke mari. Membuat Mr.Wil terperangah melihatnya.

"Lalu kau ingin mengajakku ke sini wahana yang bisa mengeluarkan isi perutku lagi?"

"Tidak-tidak! Wahana ini tidak akan membuatmu muntah dan menyebut mama lagi. Aku jamin kau akan menyukainya dan mendapatkan banyak inspirasi," lagi-lagi Rafida harus menahan tawanya. Pasalnya bando berbentuk telinga kucing itu sangat cocok dikenakan oleh Mr.Wil.

"Jangan mengejekku. Baiklah ... Setelah ini kita pulang."

Mr.Wil pun berdiri dan berjalan di depan Rafida yang hanya hanya tersenyum senang karena bisa mengejek Mr.Wil.

***

Rafida duduk di sebelah kiri. Mr.Wil pun duduk di depannya. Wahana itu mulai bergerak. Angin sore berhembus sangat hangat dan sejuk. Segala kelelahan dan kepenatan seakan runtuh seketika.

Matahari mulai terbenam. Kota Seoul dapat terlihat jelas dari atas sana. Rafida Dan Mr.Wil hanya terdiam menikmati suasana itu. Rafida tak henti tersenyum.

Saat Angin hangat berhembus kencang. Rafida menutup kedua matanya dengan senyuman masih terukir manis dan lebar. Ia membiarkan angin-angin itu menggerakkan poninya yang tersibak membiarkan keningnya terekspos dan membuat wajahnya tertimpa sinar matahari yang hampir tenggelam.

Tak sengaja Mr.Wil melihat Rafida. Ia terpesona dengan wajah Rafida yang terterpa sinar mentari sore. Senyuman kecil terukir di wajahnya yang tampan. Mr.Wil terus menatap wajah cantik Rafida.

Hingga Rafida membuka matanya. Ia tersadar Mr.Wil yang terus menatapnya. Namun, tak ada rasa aneh atau pun kesal. Rafida hanya kembali menatap Mr.Wil. Mr.Wil pun tak mengalihkan pandangannya. Mata mereka saling menatap. Tak ada kata yang terlontarkan. Hanya saling pandang terdiam menikmati hangatnya sore itu.

***

Keesokan paginya. Mr.Wil sudah disibukkan dengan berbagai macam kegiatan. Karena ia telah mencancel semua jadwalnya satu hari penuh.

Mr.Wil mendatangi lokasi pembangunan dan berbincang dengan ramah pada konduktornya. Siangnya, ia kembali rapat dan menemui peserta lain yang memenangkan tander yang ia buat beberapa waktu yang lalu untuk menggantikan perusahaan tuan Kim Yun Shi.

Perusahaan ini milik pemuda baru yang hanya berisikan tiga orang. Nama perusaan nya adalah Sansam Tech.

(B.Korea)

"Terimakasih Tuan Nam Do San. Saya sangat menantikan kerja sama kita," ucap Mr.Wil dan mengulurkan tangannya dengan tersenyum lebar.

"Tentu saja Mr.Wil, wah bahasa Korea anda sangat lancar dan mudah dimengerti hehe. Saya juga sangat berterimakasih karena sudah memilih perusahaan kami. Kami akan bekerja keras!" ucap Nam Do San dengan semangat dan diikuti oleh kedua temannya.

"Baiklah kalau begitu. Sampai nanti."

Mr.Wil pun undur diri. Ia terlihat sangat lelah dan berjalan dengan lemas. Ketiga pemuda itu bersorak kegirangan. Said pun memberikan berkas untuk mereka tanda tangani.

Sementara Mr.Wil sudah berada di mobil dan mencoba beristirahat. Namun, saat ia memejamkan matanya. Mr.Wil teringat akan senyuman manis Rafida saat sedang berada di bianglala kemarin sore.

"Hahh aku ingin istirahat apa kau bisa pergi sebentar!" teriak Mr.Wil merasa terganggu. Said yang baru saja masuk ke dalam mobilnya pun keluar lagi dengan wajah cemberut. Mr.Wil yang menyadari hal itu, menurunkan jendela mobilnya dan menyuruh Said masuk.

"Kenapa kau pergi lagi setelah masuk? Bukankah jadwal kita padat hari ini? Cepatlah berangkat," perintah Mr.Wil dan kembali memejamkan matanya.

"Baik Mr.Wil," ucap Said dengan masih bersabar.

"Dia terus berubah-ubah. Sangat labil," gumam Said.

"Kau bilang apa? Aku bisa mendengar nya." teriak Mr.Wil. Said tak bicara lagi. Ia pun melajukan mobil nya dengan cepat.

***

Rafida baru terbangun dari lelah ya kemarin. Ia mengingat tentang apa terjadi kemarin sepanjang hari. Rafida begitu senang hingga tersenyum-senyum sendiri.

"Ah apa jadwalnya sangat padat hari ini? Subuh sekali dia sudah berangkat. Bagaimana jika aku membelikannya sesuatu? Ini jam berapa?" ucap Rafida dengan semangat masuk ke dalam kamar Mr.Wil mencoba mencari sesuatu.

Tak ada satupun benda yang tampak menyolok, rata-rata isi kamar itu cuma buku-buku. Tapi saat dia membuka laci nakas, dia menemukan sebuah pigura foto masa kecil Mr.Wil yang tampak memegang sebuah robot mainan.

"Dia imut juga waktu masih kecil. Tapi tak ada satupun yang berguna di sini. Pasti ada di ruang kerja."

Maka Rafida pun memutuskan untuk keluar dan langsung membeku di tempat melihat Mr.Wil yang baru datang.

"Kenapa kau pulang?" tanya Rafida kikuk.

"Apa yang baru saja kau lakukan di depan kamarku?" tanya Mr.Wil balik.

"Ah itu, Maaf. Aku benar-benar ingin tahu lebih banyak tentangmu demi menghindari kejadian kemarin terulang kembali."

"Kalau ada apa-apa, kau kan bisa tanya langsung padaku?"

"Apa yang kau sukai? Maksudku, apa kau punya hobi?"

"Kerja."

"Maksudku bukan itu. Kalau begitu, hadiah apa yang Mas Wildan inginkan untuk ulang tahunmu?" tanya Rafida ingin tahu.

"Tidak ada dan aku juga tidak pernah merayakan ulang tahun," jawab Mr.Wil dingin.

"Kenapa kau tidak merayakan ulang tahun?" tanya Rafida heran.

"Aku bangun jam 6 pagi, lalu olahraga, sarapan jam 7, dan pergi kerja jam 8. Kalau semuanya lancar, Aku akan pulang sebelum jam 7 malam. Aku benci makanan pedas dan segala macam sayuran yang rasanya aneh. Ah karena ini di Korea dan sedang perjalanan bisnis maka aku akan melakukan hal yang bisa aku lakukan. Atau menyesuaikannya," jawab Mr.Wil panjang lebar.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Rafida bingung.

"Aku memperkenalkan diriku sendiri padamu. Bukankah kau ingin tahu tentangku?"

"Haruskah aku memperkenalkan diriku sendiri juga? Lagi pula aku sudah tau semua kegiatanmu itu!"

"Kau suka warna biru, suka makan makanan pedas, dan segala macam makanan rasa stawberry. Kau tidak suka merokok dan suka menyanyi. Dan impian Kau adalah menjadi seorang ibu yang terbaik?" ucap Mr.Wil menjabarkan apa yang ia ketahui tentang Rafida.

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Rafida melotot heran.

"Karena aku tahu bagaimana harus bersiap sebelum mengambil keputusan," ucap Mr.Wil.

Tapi tiba-tiba dia melepas sabuknya tepat dihadapan Rafida yang jelas saja langsung panik.

"Kau mau ngapain?"

"Ini kamarku, aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan. Aku mau mandi, mau ikut?" goda Mr.Wil lalu masuk ke kamarnya. Rafida terpatung di tempatnya.