webnovel

HEAVENLY

(WARNING! terdapat unsur 18+ yaitu berupa kekerasan, darah, dan sebagainya.) Park Yuju wanita cantik berdarah Korea yang harus menjalani kerasnya hidup di sebuah kota bernamakan Agnieszka. Melawan berbagai ketidak adilan, bully-an, dan hinaan yang dia dapatkan. Dan sebuah kisah cinta yang menjadi pelengkap kisah hidupnya. Kisah cinta yang membuatnya bahagia dan tersakiti. Sebuah cinta yang menyeretnya dalam kegelapan. Cinta yang membuatnya merasakan kebencian, kesedihan, dan kekecewaan. Akankah cinta itu dapat membuatnya bertahan atau membuatnya menjauh dan melupakan semuanya? Dan semua itu dimulai saat dirinya bertemu dengan seorang pria dengan mata indahnya yang berhasil mencuri perhatiannya dan saat itu jugalah berbagai macam hal aneh dan janggal mulai terjadi pada dirinya.

Blueside · Urbano
Classificações insuficientes
389 Chs

SIGN

Mobil mewah hitam itu berhenti tepat didepan sebuah rumah sederhana dengan pagar yang tidak cukup tinggi.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tepat. Benar! Jae mengantarkan Yuju pulang ke rumahnya tidak mungkin Jae menyuruh wanita itu untuk pulang sendiri.

Jae dan Yuju keduanya turun dari mobil milik Jae. Pria itu menatap rumah sederhana itu yang sudah di pastikan tempat dimana Yuju tinggal.

"Kau tinggal sendirian?" tanya Jae.

"Tidak, aku tinggal bersama ibu ku. Tapi sekarang ibu ku sedang tidak berada di sini, ia sedang kerja," jawab Yuju.

Jae mengangguk paham. "Masuklah, ini sudah sangat malam."

"Terima kasih Jae," Yuju berjalan kearah pagar rumahnya kemudian berbalik. "Kencan pertama kita sangat menyenangkan."

Dengan cepat Yuju membuka kunci pagarnya dan berjalan masuk ke dalam rumah, meninggalkan Jae yang terdiam di tempatnya berdiri.

Senyuman lebar yang belum pernah di lihat oleh siapapun menghiasi wajah itu. "My Queen."

...

Jangan coba-coba tanyakan bagaimana perasaan dan suasana hati Yuju saat ini.

Bahagia.

Ia sungguh bahagia, lihatlah saking bahagianya wanita itu tidak dapat tidur. Ia malah senyum-senyum sendiri bagaikan orang idiot.

Bahkan sampai berguling-guling tidak jelas dia atas ranjangnya yang sudah terlihat berantakan.

"AGHHHHH! ya ampun, kenapa tadi aku mengatakan hal memalukan seperti itu."

Ia tidak sanggup membayangkan bagaimana ekspresi wajah Jae selepas mengatakan hal tadi yang mungkin menggelikan.

"Harusnya aku tidak usah mengatakannya. Dasar Park Yuju bodoh!" omel Yuju sendiri.

Benar. ia menyesali perkataannya sendiri tadi. Wanita itu juga tidak sadar kenapa bisa mulutnya berkata seperti itu.

Bagaimana kalau Jae merasa geli padanya?

Namun tidak dapat di pungkiri sudah jelas itu semua dikarena kan dirinya yang sangat merasa bahagia akan perlakuan pria itu yang sungguh di luar dugaan.

kilasan ingatannya kembali pada saat Jae yang melindungi dirinya dan membuat Yuju berada di dalam pelukan pria itu. Kembali terputar di kepalanya.

Tapi... apa ini tidak terlalu cepat untuk Yuju merasakan rasa suka pada Jae? rasanya seperti baru kemarin mereka mengenal satu sama lain.

Ia juga tidak habis pikir bahwa Jae memiliki sisi seperti itu, dan ia ingin melihat sisi lain dari pria itu.

Dari Jae, pria yang berhasil mencuri hati seorang Park Yuju.

...

Seperti malam-malam yang lainnya, malam ini pun di hiasi oleh lantunan musik classic yang menggema ke seluruh ruangan mansion itu.

Di kamar para maid yang masih belum mematikan lampu dari kamar itu terlihat masih terjaga dan seperti biasa sebelum tidur mereka akan berbincang-bincang.

"Kalian dengar itu?" ucap Rose.

Leah mengangguk. "iya, seperti biasa Tuan muda pasti akan memutar musik classic."

"Aku tidak mengerti, kenapa Tuan muda selalu memutar musik classic itu," tambah Kay.

Rose mengangguk setuju. "Kau benar terkadang itu membuat ku merinding. Bibi Leah dan Bibi Minji apa kalian tidak merasakan hal yang sama?"

Minji ibu Yuju tersenyum tipis. "Terkadang aku juga merasa merinding, tapi bukankah itu berarti bahwa Tuan muda sangat menyukai music classic?"

Rose berdecak. "Tapi tidak harus kan Bibi ia memutarnya setiap malam."

Leah mencubit lengan Rose dengan pelan yang di balas dengan ringisan dari wanita itu. "Kalian ini! mungkin saja Tuan muda memiliki sebuah kenangan dengan musik classic yang selalu ia putar, jadi berhentilah berpikir yang tidak-tidak."

Kay dan Rose cemberut seketika mendengar perkataan Leah, yang mengundang tawa dari Minji dan Leah.

Tingkah dan sifat kedua wanita muda itu sering menghibur mereka ketika merasa rindu pada anak mereka, yang juga sering kali Minji dan Leah anggap anak mereka sendiri.

Sedangkan di salah satu ruangan yang bernuansa lawas dengan gaya tahun 90-an di mansion itu terlihat seorang pria yang berdiri di hadapan sebuah rak buku yang terisi oleh berbagai macam jenis buku dengan sangat teratur dan rapi.

Ruangan itu mungkin bagi sebagian orang akan terlihat seperti perpustakaan, melihat begitu banyaknya buku di ruangan itu.

Tangan pria itu mengambil salah satu dari deretan buku-buku itu. Buku dengan sampul polos berwarna kan biru gelap.

Ia berjalan ke sebuah meja dan kursi yang berada di tengah-tengah ruangan itu. Mendaratkan bokongnya dan mulai membuka buku yang telah di ambil olehnya.

Yah... ruangan itu milik sang Tuan muda yang kini terlihat tengah mengambil sebuah pena dan menuliskan sesuatu pada lembaran buku itu.

Ruangan itu betul-betul memiliki aura yang berbeda, dengan lampu kecil di setiap sudut ruangan yang menerangi.

Pria itu sesekali menutup matanya menikmati alunan musik classic yang ia putar. dan Juga mengetukkan jarinya yang bebas pada meja coklat itu.

Di lembaran buku itu sudah mulai terlihat beberapa baris kalimat yang telah ia tulis dengan tinta hitam dari pena itu.

Juga terdapat selembar foto yang terdapat pada lipatan lembaran kertas pada buku itu. Sebuah foto yang terlihat cukup tua dan usang, bahkan wajah yang berada di foto itu sudah terlihat buram.

Hingga satu baris kalimat, menjadi penutup dari tulisan sang Tuan muda itu.

'I found my heavenly.'

...

Di seberang sana terlihat wanita berambut coklat dengan baju kaos putih sedang menutup dan mengunci supermarket kecil tempat dimana ia bersama sahabatnya bekerja.

Benar, itu adalah Bella sudah waktunya ia untuk pulang setelah seharian penuh bekerja. Namun kali ini ia pulang sendirian tidak seperti hari-hari lainnya yang selalu di temani oleh Yuju.

Di tangan Bella juga terlihat tas milik Yuju yang akan dia bawa pulang dan memberikannya besok pagi pada wanita itu.

Mungkin tadi Yuju terlalu sibuk berdandan sehingga wanita itu lupa membawa tas miliknya.

Jujur saja Bella merasa sangat senang melihat akhirnya sahabatnya itu akan memulai kisah cintanya sendiri. Ia turut bahagia.

Masih teringat di kepala Bella bagaimana dulu Yuju selalu berkata padanya bahwa wanita itu sangat ingin merasakan yang namanya jatuh cinta.

Dan lihat? sekarang impiannya itu menjadi nyata. Orang-orang selalu berkata bahwa di dunia ini tidak ada yang mustahil dan hal itu benar terbukti adanya.

Bella berjalan menuju halte bus seperti biasanya dengan bersenandung kecil.

Udara malam ini cukup dingin mungkin dikarenakan musim salju akan datang tidak lama lagi. Bella mengeratkan jaket yang di kenakan olehnya untuk mengurangi rasa dingin yang menerpa kulit wanita itu.

Bella duduk di halte itu dengan seorang pria di sudut kanan sana yang mengenakan jaket abu-abu serta tudung jaket yang menutupi kepala pria itu.

Sepertinya halte saat ini sedang sepi tidak seperti biasanya yang sekiranya ada sekitar sepuluh orang yang akan menunggu bus.

Cukup lama Bella menunggu di halte itu, hingga membuatnya sedikit bosan. Mata Bella kemudian melirik pria di ujung sana yang entah mengapa sedikit mulai mendekat dari tempat ia duduk.

Tetapi Bella acuh, mungkin hanya perasaannya saja.

SREK

Bella menoleh kearah pria itu, ketika mendengar suara itu dan hal selanjutnya membuat Bella takut.

Pria itu sudah berada tepat di sampingnya. Bella meremas tas Yuju dengan kuat ia merasa ketakutan. Ada yang tidak beres dengan pria ini.

Bella tidak berani untuk bergerak sedikitpun, ia sungguh takut. Ekor matanya kemudian melihat tangan pria itu yang memegang selembar kertas berukuran kecil.

"Hey..."

Bella tersentak ketika mendengar suara itu. Suara yang berasal dari pria di sampingnya yang kini melihat kearahnya.

Dengan gerakan patah-patah Bella menoleh. "I-iya Tuan?"

Dalam hati Bella mengumpat ketakutan, ia berusaha memberanikan diri menjawab panggilan itu.

Bella betul-betul tidak dapat melihat wajah pria itu, jalanan yang mulai sepi pun membuatnya semakin merasa takut.

"Ya Tuhan... tolong aku," batin Bella.

Pria itu kemudian mengangkat kertas kecil yang di pegang nya dan menunjukkan kertas itu tepat di depan wajah Bella.

"Teman mu?" ucap Pria itu.

Foto.

Yah... kertas kecil itu adalah sebuah foto. selembar foto yang membuat mata Bella membola dan lidahnya keluh seketika.

"Y-yuju..." ujar Bella tergagap.

"Yuju?" ulang pria itu.

Tiba-tiba saja bus yang sedang ia tunggu telah datang dan pintu bus itu terbuka secara otomatis.

Melihat bus itu telah tiba, dengan secepat kilat Bella beranjak dan berlari masuk kedalam bus meninggal pria itu. ia duduk paling depan membuang wajahnya tidak ingin melihat kearah jendela.

Dalam hati Bella berdoa agar pria itu tidak naik bus yang sama dengannya.

"Astaga kenapa bus ini tidak kunjung pergi?!" batin Bella.

Tidak lama kemudian pintu bus itu tertutup perlahan dan sang sopir yang mulai menjalankan bus nya meninggalkan halte.

Sebelum bus itu berjalan cukup jauh, Bella memberanikan diri melihat ke jendela bus dan hal itu malah membuatnya merinding.

Ia melihat pria itu yang masih berada di halte bus diam berdiri melihat bus yang di tumpangi oleh Bella berjalan mulai menjauh.

Bella dengan cepat berbalik dan mengatur nafasnya mencoba untuk tenang. "Hah... a-ada apa dengan pria itu?"