"Kemarin malam bagaimana? apakah berjalan dengan baik?" Yuju tersenyum malu-malu.
"Y-yes... it's going so well," jawab Yuju menanggapi pertanyaan Bella.
Keduanya sedang bersantai sejenak sebelum jam supermarket akan buka.
Kalian pasti bosan bukan? melihat keseharian Yuju dan Bella yang terus-menerus terulang seperti itu. Jangan kan kalian, Yuju dan Bella pun sudah jauh dari kata jenuh.
Tapi mau bagaimana lagi, hanya ini satu-satunya cara agar mereka tetap bisa bertahan hidup dan menghasilkan uang di kota Agnieszka ini.
Tadi pagi saja berita yang di tayangkan oleh televisi kembali menampilkan demo besar-besaran para warga Agnieszka yang selalu mendapatkan diskriminasi di karenakan mereka yang bukan warga asli Agnieszka.
Lantas bagaimana dengan Yuju yang berdarah Korea? jawabannya sudah jelas, dia juga di perlakukan sedemikian. Dan itulah yang menjadi alasan dirinya tidak dapat berpindah atau mencari pekerjaan yang lebih baik.
Tiba-tiba saja Bella teringat dengan kejadian tadi malam yang dia alami. Kejadian yang membuatnya bingung, merinding, dan sangat takut. Ia bahkan tidak bisa tidur semalaman.
"A-apa aku harus memberitahu kan ini kepada Yuju?" batin Bella.
"Bella... Bella...," panggil Yuju berulang kali.
Bella tersentak dari lamunannya "A-ahh... maafkan aku."
"Kau melamun? apa ada sesuatu?"
"T-tidak, aku baik-baik saja hehe."
Yuju pun tersenyum dan mencubit pipi milik sahabatnya itu. satu-satunya sahabat terbaik yang ia punya.
...
Tok... tok... tok...
KLEK...
Pintu itu terbuka dengan perlahan, terlihat setengah wajah dari balik pintu itu yang mencoba melihat siapa pelaku sang pengetuk pintu miliknya.
"Selamat pagi Nyonya."
Wanita itu kemudian membuka pintu rumah miliknya dengan lebar begitu melihat seorang polisi lah pelaku pengetuk pintu.
"A-apa ada yang bisa saya bantu?" ucap wanita paruh baya itu.
Kyle mengeluarkan senyum ramahnya melihat wanita itu yang sedikit takut dan bingung. "Bisakah kami mengajukan beberapa pertanyaan dengan Nyonya?"
Wanita itu terlihat sedikit berpikir. "B-baiklah silahkan masuk."
Kyle dan Grey pun langsung melangkah masuk begitu wanita itu memberi izin kepada mereka berdua.
Keduanya duduk di sofa ruang tamu dengan pandangan yang melihat seluruh isi rumah sederhana itu.
"Mohon tunggu sebentar, aku akan membuatkan minuman untuk anda."
"Ah.. baik Nyonya," jawab keduanya serentak.
Wanita itu pun berjalan kearah dapur miliknya.
Grey menyenggol tangan Kyle dengan siku sebelah kanannya. "Apa kau yakin melakukan ini?"
Kyle memutar matanya malas. "Oh ayolah! kau sendiri bukan, yang ingin untuk membuktikan kepada si tua itu."
"Baiklah," jawab Grey singkat.
Tidak lama kemudian wanita itu kembali dari dapur dengan kedua tangan yang membawa sebuah nampan berisikan dua gelas yang sudah terisi oleh minuman.
Wanita itu meletakkan masing-masing gelas itu di hadapan Kyle dan Grey yang lantas mengucapkan terima kasih.
"Baiklah Nyonya, bisa saya mulai untuk mengajukan pertanyaan kepada anda?" ujar Gray.
Wanita itu mengangguk perlahan.
"Apa anda benar ibu dari pria ini?" tanya Grey. Dengan kemudian Kyle yang mengeluarkan selembar foto seorang pria.
Wanita itu meraih foto itu, lalu menatap foto itu dengan pandangan yang sulit di artikan.
"B-benar... aku adalah ibu nya." jawab wanita itu.
Grey kemudian mengangguk. "Baiklah Nyonya Darlt, bisa anda memberitahu kepada saya kapan terakhir kali anak anda berada di rumah?"
"Hmm... Darlt terakhir kali berada di rumah pada tiga Minggu yang lalu." Wanita itu kemudian tertunduk. "Dan itulah saat terakhir kali aku melihatnya." lanjutnya dengan lirih.
Kyle mengeluarkan sebuah catatan kecil dan mencatat jawaban dari wanita itu.
"Apakah Darlt memiliki teman dekat?"
"Iya, dia punya satu teman dekat yang sering kali keluar bersamanya."
"Boleh saya tau siapa nama teman dekat Darlt?"
"Seojin. Namanya Seojin."
"Apa tiga minggu sebelum Darlt pergi ia pernah mengatakan kepada Nyonya akan kemana?"
Wanita itu terlihat berpikir sejenak. "T-tidak, ia tidak pernah mengatakan kemana ia akan pergi saat itu."
Kyle dan Grey sedikit kecewa dengan jawaban yang mereka dengar, padahal jika saja wanita itu tau kemana anaknya akan pergi penyelidikan mereka akan sedikit jauh lebih mudah.
Kyle dan Gray kemudian berdiri dari sofa itu.
"Baiklah Nyonya terima kasih karena Nyonya sudah menjawab beberapa pertanyaan dari kami. Semua jawaban Nyonya akan sangat membantu kami."
Wanita itu pun mengangguk. Mereka berdua pun berjalan keluar dari rumah itu, keduanya akan berjalan kearah mobil mereka terparkir di seberang jalan sana.
"Kyle apa menurutmu semua ini bisa membantu kita?" tanya Grey.
"Entahlah, tapi setidaknya kita mendapatkan nama teman dekat dari anak itu. Dan besok kita harus berusaha mencarinya."
Kyle mengangguk setuju dengan ucapan Grey. "Baiklah, mari kita lakukan besok."
Saat baru saja tangan Grey akan meraih pintu mobil polisi mereka suara langkah kaki berlari kearah mereka.
Grey dan Kyle sontak berbalik.
"Nyonya Darlt?" ucap Kyle bingung.
Wanita itu menarik nafasnya sebentar. "A-aku mengingat sesuatu."
...
"OH MY GOD! are you kidding me?!" teriak Bella heboh.
Yuju dengan panik meminta Bella agar tidak ribut. "Ssstt... astaga kau berisik sekali!"
Bella menutup mulutnya sendiri kemudian tertawa geli. Ia menyadari bahwa dirinya memang sangatlah berisik.
"Hehehe... maafkan aku."
Mereka berdua saat ini sedang berada di tempat makan kecil yang tidak jauh dari supermarket tempat mereka bekerja berada.
Bella dan Yuju memutuskan untuk menutup sebentar supermarket karena melihat pelanggan yang sepi. Mereka pergi untuk makan siang sebentar.
Dan hal yang membuat Bella berteriak heboh dikarenakan Yuju yang menceritakan apa-apa saja yang terjadi saat dirinya dan Jae berkencan semalam.
Yang bahkan terlalu manis untuk dia ingat.
"Oh my God! ini benar-benar diluar dugaan. Pria itu sungguh luar biasa," ujar Bella.
Yuju terkekeh, Bella sangatlah lucu. Sahabat yang satu-satunya ia punya bahkan Yuju selalu menganggap Bella seperti saudaranya sendiri.
Bella tidak pernah sedikitpun tidak mendukung apapun hal yang Yuju ingin lakukan. Bahkan sekarang lihatlah, wanita itulah yang paling bersemangat.
"Bella.... apa menurutmu ini terlalu cepat jika aku mengatakan kalau aku jatuh cinta pada Jae?" tanya Yuju dengan ragu.
Bella mengebrak meja makan itu dengan pelan. "Yak! apa yang kau katakan? tentu saja tidak. Lagi pula coba kau pikir, untuk apa dia mengajak mu berkenan kalau dia tidak memiliki rasa yang sama padamu."
Yuju terdiam memikirkan perkataan Bella. Ada benarnya juga tapi hanya saja ia masih merasa ini terlalu cepat. Dan juga ia tidak mau merasa terlalu percaya diri.
Ia takut Jae akan menjauh, jika pria itu mengetahui perasaannya.
"T-tapi bagaimana jika Jae tidak memiliki rasa yang sama padaku?"
"Ya ampun Yuju... kenapa kau selalu saja berpikiran negatif," Yuju tertunduk.
"Jika kau memang menyukainya maka kau harus membuat dia juga menyukai mu. Kejarlah cinta mu," lanjut Bella dengan nada yang lembut.
"Terima kasih Bella, kau selalu membantu ku," Yuju meraih tangan Bella dan menggenggam nya. "Jika kau memiliki sesuatu yang ingin kau katakan bahkan masalah sekalipun kau bisa mengatakannya kepada ku. Aku akan selalu membantu mu."
Bella tersentuh. Ia sungguh tersentuh dengan perkataan Yuju yang sangat terdengar tulus baginya.
Tiba-tiba saja sekali lagi kejadian tadi malam teringat olehnya. Masih dapat ia ingat dengan jelas wajah Yuju yang tercetak pada selembar foto itu.
Dan ia tidak mungkin salah akan hal itu.
Namun apa tujuan dari pria itu? Dan bagaimana pria itu bisa mendapatkan foto Yuju?
Apa mungkin pria itu keluarga Yuju? Tapi bukankah itu sangat aneh.
"Astaga, sekarang kau melamun lagi."
Bella tersadar dan menggaruk kepalanya sambil cengengesan. "Hehehe..."
Lantas Yuju melanjutkan makannya yang mungkin sudah mulai dingin.
Bella menatap sebentar wajah Yuju.
"Tidak... tidak... aku tidak bisa memberitahukan Yuju tentang ini," batin Bella.