webnovel

Bali Model Contest

Pada hari ini, sekitar pukul 9 pagi WIB, Bali Model Contest mulai diselenggarakan di sebuah panggung yang cukup lebar dan sangat elegan di samping hotel tempatnya Amira dan Mirna menginap. Sebanyak 1.500an peserta dari lulusan Tata Busana se-Indonesia yang sebagian besar kemarin gagal masuk 10 besar di kontes Miss Fashion & Designer 2017 di Balai Sarbini Jakarta dan 500an peserta dari kalangan remaja putri berusia 19 tahun hingga 30 tahun mengikuti seleksi oleh lima juri dari kalangan model dan designer senior tersohor di Indonesia. Juara pertama hingga ketiga akan diikutkan dalam kontes model di Paris bersaing dengan para peserta muda dari luar negeri yang juga di beberapa negara diselenggarakan kontes seperti di Bali ini. Setiap sesi sebanyak 10 peserta memeragakan busana atau gaun rancangannya sendiri sebanyak dua kali. Amira mendapatkan sesi 156, sedangkan Mirna sesi 207. Bali Model Contest ini sistem penilaiannya sama seperti kontes Miss Fashion & Designer 2017 di Jakarta, yaitu dengan sistem gugur. Bali Model Contest ini diselenggarakan dalam tiga babak, yaitu babak eliminasi, babak 100 besar, dan babak 10 besar. Bali Model Contest ini diselenggarakan selama seminggu. Di hari pertama, Amira, Sofie, dan Winarti menonton. Demikian juga dengan Mirna, Amanda, dan Steven. Bali Model Contest ini kebanyakan ditonton para turis asing penggemar fashion.

"Nda, kita pindah ke dekat Amira dan komplotannya di sana yuk!" ajak Mirna. Steven sedang menonton di dekat Mirna. Steven nggak peduli Amanda dan Mirna sedang ngobrol-ngobrol.

"Mana?" tanya Amanda dengan celingukan.

"Itu tuh!" jawab Mirna dengan menunjuk ke Amira yang terlihat bersendekap sedang asyik menonton Bali Model Contest babak eliminasi.

"Oh itu." kata Amanda.

"Tapi kamu mau ngapain? Ngomongin sesuatu ke Amira?" tanya Amanda.

"Iya. Aku ingin mengatakan sesuatu ke Amira." jawab Mirna dengan geram.

"Heemmm...mulai lagi dech." kata Amanda. Mirna tersenyum-senyum.

"Nanti foto-fotonya Amira kemarin aku pajang di depan panggung ini." kata Mirna dengan tertawa terbahak-bahak.

"Sssttt.....jangan keras-keras ketawanya." kata Amanda. Mirna sekarang tersenyum-senyum dengan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.

"Kamu cuman majang foto-fotonya aja?" tanya Amanda.

"Nggak dong." jawab Mirna. "Rugi dong kalau cuman majang foto-fotonya model kampungan."

"Terus kamu mau ngapain?" tanya Amanda.

"Di atas foto-fotonya aku kasih tulisan: Perkenalkan. Model Kampungan." jawab Mirna.

"Terus aku tulis identitasnya." sambung Mirna, lalu tertawa ngakak lagi dengan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.

"Heemm...itu terserah kamu aja. Pokoknya, aku nggak ikut-ikut." kata Amanda.

"Tenang aja. Nggak bakalan tahu kok, Nda." kata Mirna. "Semoga aja

"Yuk kita ke dekat Amira sekarang." ajak Mirna sambil menggandeng tangan kanannya Amanda.

"Gimana dengan Steven?" tanya Amanda.

"Biarin dia di sini." jawab Mirna.

"Oke dech." kata Amanda. Steven masih berdiri menonton satu per satu peserta memeragakan gerak dan busana atau gaun rancangannya sendiri, sedangkan Amanda dan Mirna sekarang sedang berjalan mendekati Amira.

"Haaii, model kampungan." Mirna ngangetin Amira dari belakang, lalu Mirna tertawa-tawa. Amanda tersenyum-senyum.

"Astojiiimmm...bangun...bangun...makan nasi ama garem." Winarti mengelus-elus dadanya karena sangat kaget sambil menoleh ke Mirna.

"Hei, kutu kupret sialan. Bikin kaget aja lu." Winarti marah ke Mirna dengan berkacak pinggang dan kedua matanya melotot.

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Winarti.

"Tenang. Jangan marah dulu, mas nona cantik." jawab Mirna, lalu tertawa-tawa.

"Aku ke sini mau gabung nonton ama kalian bertiga kok." kata Mirna.

"Alesan aja tuh, mbak." bisik Sofie ke Winarti.

"Alesan aja lu." jawab Winarti masih berkacak pinggang dan kedua matanya melotot.

"Duh, dibilangin nggak percaya." kata Mirna.

"Eike nggak percaya elu bilang gitu." kata Winarti dengan suara agak keras. "Pasti elu mau ganggu Amira lagi kan?"

"Yang mau ganggu tuh siapa, mas nona cantik?" tanya Mirna.

"Cin, kamu di belakang eike sekarang. Biar kamu eike lindungin dari kutu kupret sialan ini." kata Winarti dengan marah ke Amira.

"Iya, mbak." jawab Amira. "Amira takut diapa-apain."

"Sialan, aku dibilang kutu kupret sialan!" kata Mirna.

"Aku ama Amanda ke sini tuh mau gabung ama kalian nonton kontes kok." kata Mirna lagi.

"Beneran elu mau gabung nonton ama kita?" tanya Winarti nggak percaya omongannya Mirna.

"Iya, bener. Sumpah dech." jawab Mirna.

"Yaudah kalau gitu. Awas ya kalau elu macem-macem. Eike gampar elu entar!" ancam Winarti. Tiba-tiba Steven berada di dekat Mirna.

"Sayang, ngapain kamu di sini?" tanya Steven sambil sesekali melirik Amira.

"Duuhh....kamu ngikut ke sini aja sih, beib!" jawab Mirna.

"Aku kan kamu tinggal tadi. Masak aku nggak boleh ke sini juga sih, beib?" tanya Steven.

"Halah...paling Steven curi-curi kesempatan, Mir." celetuk Amanda.

"Amanda, jaga mulut kamu ya!" jawab Steven dengan marah. "Aku tuh ke sini mau gabung ama kalian. Biar aku bisa jaga kamu dan Mirna juga."

"Beib, kamu sekarang kembali ke tempat kamu semula dech. Sekarang juga." kata Mirna.

"Emangnya ada apa, sayang?" tanya Steven serius ingin tahu.

"Udah dech kamu kembali ke tempat kamu sekarang. Aku ada perlu ama Amira." jawab Mirna sambil mendorong Steven ke tempatnya semula. Mirna keceplosan. Setelah mendorong Steven, Mirna kembali ke tempatnya di dekat Amanda.

"Hei, kutu kupret sialan! Elu bilang apa tadi?" tanya Winarti dengan berkacak pinggang dan kedua matanya melotot lagi ke Mirna.

"Hei, perempuan badak! Kenape mas nona cantik? Kok Tiba-tiba marah ke gue?" tanya Mirna.

"Elu tadi bilang kalau elu ada perlu ama Amira kan?" tanya Winarti.

"Udah dong mbak nggak perlu diladenin. Kita pindah tempat aja sekarang yuk." ajak Amira.

"Iya, mbak." kata Sofie yang ikut-ikutan Amira.

"Bentar ya Cin. Eike mau kasih pelajaran IPS ama tuh anak!" jawab Winarti setengah bercanda.

"Busyet dah IPS!" kata Mirna.

"Mir, kamu tadi keceplosan ngomongnya." bisik Amanda.

"Ngomong apa'an, Nda?" tanya Mirna lirih.

"Kamu tadi bilang ke Steven kalau kamu ada perlu ama Amira. Gitu." jawab Amanda lirih.

"Oh itu. Biarin aja dech. Sekarang aku mau ngomong langsung ke Amira daripada aku basa-basi." kata Mirna.

"Ayo ngomong langsung sekarang keperluan elu ke Amira." tantang Winarti.

"Duuhh...nyablak aja makhluk aneh ini!" gerutu Mirna.

"Apa elu bilang? Eike gampar tahu rasa lu!" jawab Winarti masih berkacak pinggang dan kedua matanya melotot.

"Langsung aja sekarang." kata Mirna.

"Besok aku kasih hadiah ke Amira. Foto-fotonya aku pajang di depan. Itu aja. Bye bye!" sambung Mirna.

"Ngapain elu pajang foto-fotonya Amira?" tanya Winarti dengan marah sekali.

"Yuk Nda kita ke Steven sekarang." Mirna ngajak Amanda menjauh dari Winarti dengan menggandeng tangannya.

"Hei, kutu kupret sialan. Pertanyaan eike belum elu jawab malah pergi. Eike gampar tahu rasa lu!" teriak Winarti.

"Udah dong mbak. Jangan diladenin. Malu ama penonton-penonton lainnya tuh." Amira menarik tangannya Winarti yang hendak mendekati Mirna.

"Dari tadi gompar gampar aja, mbak! Nggak ada aksinya! Huh!" canda Sofie.

"Sof, kalau si kutu kupret sialan itu masih nyerocos di sini, pasti eike gampar dong!" jawab Winarti.

"Halah!" kata Sofie. Winarti tertawa ngikik genit dengan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya seperti biasanya.

"Eh, tadi dia bilang besok mau majang foto-fotonya Amira di depan ya Sof?" tanya Winarti serius.

"Iya, mbak." jawab Sofie.

"Mau gampar Mirna sekarang?" tanya Sofie.

"Gampang kalau itu, Sof. Kan tinggal gampar aja." jawab Winarti.

"Emang berani?" tanya Sofie.

"Berani dong." jawab Winarti.

"Kenapa tadi kok nggak gampar Mirna aja langsung?" tanya Sofie.

"Eike tadi cuman nggertak dia aja! Kan dia masih belum keterlaluan ke Amira." jawab Winarti.

"Cieee....cieee...bodiguardnya Amira juga." goda Sofie.

"Nggak apa-apa mbak Winarti sekalian jadi bodiguardnya Amira, Sof. Nanti Amira bayarin juga kok, mbak. Tenang aja." sahut Amira.

"Tuh kan Amira bilang apa." kata Winarti, lalu tertawa ngikik genit dengan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.

"Eh, tadi foto-foto apa ya yang dimaksud Mirna?" tanya Winarti serius nggak tahu.

"Kemungkinan foto-foto kemarin dia ambil di depan hotel, mbak." jawab Amira.

"Oh itu." jawab Winarti.

"Pasti dia jelek-jelekin kamu, Cin." kata Winarti.

"Biarin aja, mbak. Semoga aja Amira makin lancar rejekinya." jawab Amira.

"Aamiin." jawab Winarti, lalu disusul Sofie.

"Sekarang kita kembali ke hotel yuk." ajak Amira.

"Amira ngantuk banget!" kata Amira sambil menguap dengan menutupi mulutnya dengan tangan kanannya.

"Yuk ah. Eike juga ngantuk, Cin." jawab Winarti. Tidak beberapa lama kemudian, mereka bertiga pulang bersama. Bali Model Contest babak eliminasi masih berlangsung. Banyak yang sangat antusias menonton kontes itu. Keesokan harinya, Mirna menempelkan foto-fotonya Amira yang sudah dicoret-coret mukanya dan dikasih kumis atau jenggot pada sebuah papan triplek yang sudah diberi dua penyangga. Mirna meletakkan papan itu di depan panggung tempat diselenggarakannya Bali Model Contest. Keisengan Mirna itu sempat dilihat dan dinasehati beberapa bule penonton Bali Model Contest babak eliminasi tahap kedua hari ini. Setelah Mirna meletakkan foto-foto Amira, Mirna bersama tunangannya dan Amanda mengintai di balik sebuah tempat agak jauh dari panggung penyelenggaraan Bali Model Contest. Dua satpam penjaga panggung Bali Model Contest itu segera mencari keberadaannya Amira di hotel tempatnya menginap untuk diberikan sebuah papan triplek itu untuk diklarifikasi barangkali Amira ada yang berusaha menjatuhkan namanya.

"Permisi. Apa betul ini kamarnya mbak Amira?" tanya salah seorang satpam setelah mengetuk pintu kamarnya Amira beberapa kali sambil memegang sebuah papan triplek hasil usilnya Mirna.

"Iya, benar, pak ganteng...eh, pak ganteng." jawab Winarti setelah membuka pintu kamar. Winarti tertawa ngikik genit dengan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya seperti biasanya. Amira dan Sofie sedang ngobrol-ngobrol sambil menikmati snack dengan melihat pemandangan di bawah hotel melalui jendela kaca. Dua satpam Bali Model Contest itu pun tersenyum-senyum ke Winarti.

"Anda sendiri mbak Amira ya?" tanya satpam tadi.

"Kalau iya, kenapa? Kalau enggak, kenapa, pak ganteng?" tanya Winarti menggodanya, lalu Winarti tertawa ngikik genit lagi dengan menutupi mulutnya yang kali ini hanya dengan tangan kanannya saja.

"Duuhh...ditanya malah nanya. Gimana sih?" gerutu si satpam.

"Mbak, eh, mas, cepetan dong jawabnya. Jangan main-main dong. Kami berdua harus jaga panggung. Bentar lagi akan diselenggarakan kontes lagi." kata satpam satunya lagi yang lebih putih, bersih, dan ganteng dari temannya itu.

"Mas...mas...! Mas kawin kali!" jawab Winarti dengan tertawa seperti biasanya lagi. Dua satpam itu geleng-geleng kepala bersama. Amira dan Sofie sekarang sedang berjalan mendekati Winarti.

"Ih, ganteng sekali kamu!" goda Winarti sambil menyolek pipi satpam kedua.

"Duh, bahaya nih!" jawab si satpam kedua itu. Winarti tertawa lagi dengan tawa khasnya.

"Ada apa, mas?" tanya Amira ke kedua satpam.

"Siapa di antara kalian bertiga yang bernama Amira?" tanya satpam kedua.

"Saya, mas." jawab Amira. "Ada apa ya mas? Ada yang bisa saya bantu, mas?"

"Begini, mbak Amira. Kami berdua tadi menemukan papan triplek ini di depan panggung." jelas satpam pertama ke Amira sambil memerlihatkan bagian depan papan triplek buah karya Mirna itu ke Amira. Mirna, Amanda, dan Steven sekarang mengintip mereka di balik sebuah ujung lorong kamar-kamar hotel.

"Brengsek. Ini pasti kerjaannya Mirna, Cin." Winarti sangat marah.

"Apa betul mbak Amira ada yang mau menjatuhkan namanya?" tanya satpam kedua. "Kalau iya, nanti akan kami laporkan ke tim juri biar yang berbuat ini mendapatkan sanksi dari tim juri kalau peserta kontes."

"Iya, laporin aja, Cin. Biar dia tahu rasa kutu kupret sialan itu, Cin. Eike pengin gampar aja mukanya, Cin." sahut Winarti.

"Sabar dulu napa sih, mbak!" jawab Amira.

"Kamu sabar....sabar...mulu dari kemarin, Cin!" kata Winarti dengan sewot.

"Lebih baik papan ini taruh di sini aja ya mas. Biar aman." kata Amira ke kedua satpam kontes itu.

"Apakah yang berbuat ini peserta kontes juga, mbak?" tanya satpam pertama. Amira hanya mengangguk. Papan triplek masih dipegang satpam pertama.

"Eike tahu siapa yang berbuat ini, mas ganteng!" sahut Winarti.

"Ssssttt....!" Amira mencegah Winarti memberitahukan ke satpam.

"Biarin aja, mbak. Nanti kan ada hikmahnya." Amira menasehati Winarti.

"Hikmah...hikmah...! Hikmah udah pulang kampung, Cin!" jawab Winarti, lalu tertawa seperti biasanya.

"Apa perlu dilaporin, mbak?" tanya satpam pertama yang masih memegang papan triplek.

"Nggak perlu, mas. Biarin aja. Papan itu biar ditaruh di dalam kamar saya saja, mas." jawab Amira.

"Yaudah, mbak. Saya anggap persoalan ini udah clear, iya kan mbak?" tanya satpam pertama.

"Iya, mas. Anggap aja udah clear!" jawab Amira.

"Sof, kamu kok diem aja dari tadi?" tanya Winarti ke Sofie dengan sewot.

"Kan udah diselesaiin Amira, mbak." jawab Sofie yang memang nggak mau gegabah mencampuri urusannya Amira.

"Duh, kamu tuh ya!" celetuk Winarti.

"Mau diapain lagi, mbak?" tanya Sofie.

"Sssttt...! Nanti aja ngobrol-ngobrolnya ama Sofie, mbak. Biar Amira aja yang urus sekarang." Amira mencegah Winarti nyerocos.

"Pengin nonjok aja eike mukanya Mirna, Cin." kata Winarti dengan geram.

"Yaudah sekarang saya kasihkan papan ini ke mbak Amira." kata satpam pertama sambil memberikan papan triplek ke Amira.

"Sekarang kami berdua mau kembali ke panggung gabung lagi dengan rekan-rekan, mbak. Selamat pagi dan selamat beraktivitas." pamit satpam pertama ke Amira.

"Selamat bertugas ya mas." balas Amira.

"Terima kasih, mbak!" ucap satpam kedua. Setelah itu, kedua satpam penjaga panggung kontes itu kembali ke tempatnya semula. Winarti marah lagi, tapi Amira tetap berusaha meredamnya. Amira tidak menanggapinya serius. Amira menganggap itu hanya leluconnya Mirna saja. Winarti berkali-kali mendesak Amira untuk melaporkannya ke tim juri penyelenggara Bali Model Contest, tapi berkali-kali pula Amira tidak mau, karena Amira merasa hal itu bukan apa-apa. Dalam Bali Model Contest itu, Mirna berhasil menjadi juara pertama berkat kerja kerasnya sendiri, sedangkan Amira juara kedua. Meskipun Amira kalah dari Mirna, Amira sangat senang Mirna menjadi juara pertama. Amira dan Mirna pun mendapatkan tiket menuju ke Paris Model Contest yang akan diselenggarakan minggu depan dengan semua biaya selama di Paris ditanggung pihak penyelenggara Bali Model Contest.