webnovel

TGDT 3

Dea kembali berdiri lalu menatap Abraham, "gas di rumah saya habis, sedang mas Rama belum pulang," Dea menjeda kalimatnya sejenak menatap Abraham yang terlihat bingung.

"Tadi saya sudah berdiri lama, di situ," sambil menunjuk pagar rumah Dea sendiri, "tapi tidak ada yang lewat," Dea menggigit bibir bawahnya membuat Abraham gemas dengan wanita itu, tanpa sadar Abraham tersenyum tipis beruntung Dea tidak melihatnya.

"Lalu mbak Dea mau apa?" tanya Abraham dengan nada gemas, "mau minta tolong di pasangkan gas aja kok, saya mau memasak soalnya," jawab Dea polos di sertai senyum manisnya, Abraham menghirup udara sekitar sejenak lalu mengangguk.

"Tapi udah ada kan gasnya?" tanya Abraham setelah menutup dan mengunci pintu rumahnya, "sudah kok, mas Rama sudah menyetoknya. Takut kalau malam-malam habis bingung mau beli di mana," sahut Dea masih di iringi senyum manis miliknya.

"Masuk mas Abra," Dea membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan Abraham masuk, "tapi pintunya saya biarkan terbuka ngga papa kan mas?" tanya Dea setelah mereka masuk, "agar tidak ada fitnah dan ada yang berprasangka buruk," timpal Dea saat mendapati wajah penuh tanya pada Abraham.

"Iya ga papa, buka aja," sahut Abraham cepat, Dea pun tersenyum dan gegas berjalan mendahului Abraham. Tanpa Dea tahu Abraham tersenyum akan sikap Dea yang menurutnya lucu.

"Ini gas yang masih utuh," Dea menunjuk tabung gas yang masih penuh pada Abraham, pun Abraham paham dan gegas mengganti tabung gas yang kosong menjadi isi, ekor matanya melirik kearah Dea yang sibuk mengambilkan minum.

"Maaf hanya air putih, padahal di rumah mas pasti juga ada kan ya," Dea berujar seraya mengulurkan tangan memberikan gelas berisi air putih dari dispenser.

"Terima kasih," kata Abraham yang kemudian menerima lalu meneguk air putih tersebut, mata elangnya kemudian memperhatikan Dea yang tengah sibuk jongkok di depan almari pendingin, nampak tangannya sedang memiilh sayuran yang akan di masak.

"Mas mau langsung pulang apa makan siang di rumah saya dulu?" tawar Dea yang kemudian meletakkan udang dan telur serta sayur lainnya, Dea mencuci tangannya lalu sibuk menakar beras yang telah dia wadahkan pada toples, tangan kirinya membawa panci magic com.

"Ada acara apa?" tanya Abraham yang tiba-tiba mendekat, Dea menoleh dan agak mendongak karena postur tubuh Abraham lebih tinggi dari Rama.

"Mama mertua saya mau datang. C'k padahal sebentar lagi mau sampai, tapi akunya belum mandi lagi," Abraham tersenyum mendengar gerutuan Dea yang terdengar lucu, "baru bangun memangnya?" Dea mengangguk pelan tanpa menoleh ke pada Abraham.

"Mana badan capek dan pegal," keluh Dea lagi.

"Emang habis ngapain?" tanya Abraham iseng, entah kenapa tiba-tiba ingin mengenal wanita di hadapannya ini.

"Ya habis gituan, tadi jam tiga saya baru bisa tidur. Mas Rama entah kenapa tidak pernah lelah jika mengerjaiku," sahut Dea yang kemudian memegang pinggul dan memijatnya, "astaga," Dea memekik dan menutup mulutnya.

Dea menoleh dan menatap kearah Abraham kemudian terlihat salah tingkah, "hehehe jangan di masukkan kehati ya ucapan Dea barusan," Dea berujar sambil mengaruk keningnya yang tidak gatal. Abraham hanya mengangguk menanggapi celotahan Dea.

"Ya udah, saya langsung saja. Nggak enak sama tetangga," kelekar Abraham yang kemudian meletakkan gelas bekas minumnya di meja kemudian melangkah keluar.

"Terima kasih ya mas Abra, kalau ada apa-apa bolehkan saya minta tolong lagi?" ucap Dea yang sudah berdiri di depan pintu, sedang Abraham hampir sampai di pagar rumah Dea, Abraham memutar tubuh lalu mengangguk.

'Sial,' umpat Abraham yang tiba-tiba melihat Dea sudah melepaskan jaket dan sedang menggulung rambutnya yang panjang dan menampakkan leher Dea yang jenjang, Abraham berfikir kapan wanita itu melepas jaket yang dia kenakan.

"Mas Abraham!" seru Dea yang masih berdiri di depan pintu, Abraham gelagapan mendengar suara Dea dan menariknya kedunia nyata, "ya?" jawab Abraham kikuk.

"Di situ ngapain, ngelihatin saya lagi. Ntar naksir lho," seloroh Dea yang membuat Abraham geleng-geleng lalu melangkah keluar dan kembali kerumahnya.

Sesampainya di rumah Abraham kembali sibuk dengan laptopnya, tidak terasa satu jam berlalu dan terdengar ada orang mengetuk pintu rumahnya, "ya sebentar!" sahutnya dengan suara agak keras pasalnya si pengetuk terdengar bersemangat.

"C'k siapa sih. Gangguin orang nyantai aja," gerutu Abraham kesal, matanya membulat saat mendapati siapa yang mengetuk pintu dengan semangat. Seorang wanita memakai dres di bawah lutut, rambutnya di kuncir kuda tersenyum lebar di hadapannya seraya membawa nampan berisi beberapa mangkok dan piring yang ditutupi.

"Boleh masuk?" tanya wanita itu, Abraham membuka lebar pintunya agar wanita itu bisa masuk, aroma wangi menguar saat wanita itu melewati dirinya. Bukan aroma masakannya, tapi entah body lotionnya atau parfumnya, tapi Abraham suka.

"Itu apa?" tanya Abraham begitu wanita itu duduk dan meletakkan nampan atau baki yang dia bawa, wanita itu tersenyum lalu membuka tutup itu.

"Tara!" seru wanita itu sambil membuka telapak tangannya seperti habis bermain sulap, "tadi kan mas Abraham udah bantuin Dea pasang gas, nah ini upahnya," wanita yang ternyata Dea itu tersenyum.

"Memang ibu mertuanya udah pulang?" Abraham pindah duduknya menjadi di sebelah Dea, wanita itu menggeleng lalu tersenyum kecut.

"Di makan ya, Dea mau lanjut bagi-bagi kerumah bu Astuti," kata Dea yang lalu beranjak berdiri dan melangkah keluar, langkahnya terhenti saat mendengar Abraham mengatakan, "terima kasih, De. Saya juga belum makan siang," ucap Abraham yang kemudian membuat Dea memutar tubuhnya dan tersenyum manis.

"Iya, sama-sama. Habisin ya, kalau ngga enak di buang aja," Dea pun melangkah keluar setelah Abraham mengangguk, "wanita unik," gumam Abraham lirih. Abraham gegas ke dapur mengambil sendok dan menikmati makan siangnya, "enak," cicitnya lalu melahap semua masakan itu, nasi putih dan sayur capcay serta udang dibalur tepung lalu goreng menjadi menu masakan yang dia makan.

Selesai makan Abraham mencuci piring dan mangkok milik Dea dan akan dia kembalikan esok, pikir Abraham. Waktu terasa berlalu cepat sore hari Abraham sengaja keluar untuk menyapa tetangga yang biasa ngerumpi, Namun entah kenapa yang ditunggu tak juga nampak, Dea, Abraham menanti Dea agar keluar. Menjadi tetangga Dea yang sudah hampir tiga bulan membuat Abraham hafal kebiasaan wanita itu. Termasuk sore saat wanita itu menanti sang suami pulang, tapi entah kenapa hari ini dia tidak keluar.

Waktu menjelang malam, Abraham akhirnya menyerah dan masuk kerumah karena yang ditunggu tak juga kunjung nampak, bibirnya tersenyum menyadari kebodohan dan kekonyolannya.

"Ngapain coba gue nunggu istri orang seperti orang bodoh!" maki Abraham pada dirinya sendiri, "Dea, pantas suamimu posesif. Kamu terlalu lugu dan baik, semua orang pasti akan salah paham akan sikap baikmu itu," gumam Abraham lirih.

Malam harinya Abraham sengaja delivery karena malas memasak, ting ponselnya berbunyi, gegas Abraham keluar dan mengambil pesanan makanannya, matanya melirik halaman rumah Dea, matanya menyipit saat tidak mendapati mobil milik suami Dea tidak ada, 'apa suami Dea belum pulang,' pikir Abraham.

Tidak mau ambil pusing Abraham gegas masuk dan makan malam, setelah itu dia istirahat dan di dalam kamar seperti biasa dia pasti menghubungi sang mama untuk mengobati rasa rindunya.