webnovel

Melewati Batu Loncatan

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

"Nona Qiao."

Suara Huo Ling terdengar sangat sedih, seolah akan menangis, "Aku sudah benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan."

Qiao Jin menghela napas pelan, "Sudah aku katakan, masalah ini sudah terjadi."

Tentu saja hal ini sudah tidak bisa ditolong oleh Qiao Jin. Mendengar bahwa kejadian buruk ini sudah terjadi, ia pun hanya memintanya untuk bisa menerimanya dengan ikhlas.

Lagi pula, Qiao Jin hanya bisa memperingatkan orang untuk menghindari bencana yang akan dialaminya, tetapi ia juga tidak memiliki kemampuan untuk menyembuhkan seseorang yang terkena musibah seperti itu.

"Aku ... aku yang salah. Aku tidak seharusnya mengabaikan perkataanmu waktu itu." Ucap Huo Ling dengan penuh penyesalan.

Huo Ling dengan gugup berdiri di depan Qiao Jin sambil menangis dan berkata, "Aku sekarang hanya memohon agar kamu bisa menyembuhkan adikku, apakah aku memang tidak memiliki kesempatan untuk menyelamatkannya?"

Qiao Jin menatapnya dengan pandangan datar, kemudian sambil tersenyum pelan ia menjawabnya. "Ini juga dibilang aneh juga aneh, masalah seperti ini sangat susah diterima oleh orang sepertimu. Aku juga bisa mengerti…" 

"Aku hanya berdiri di posisi ini hanya untuk mengingatkanmu. Aku pun juga sudah menerima karma dan akibatnya. Sekarang, apakah kamu masih ingin mengetahui yang lainnya?"

Huo Ling menundukkan kepala dan menggigit bibirnya. Setetes air mata pun kembali mengalir dari matanya. Sebenarnya ia juga tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.

Huo Ling memang sudah percaya pada kemampuan Qiao Jin yang dapat meramalkan nasib. Namun, tidak ada gunanya juga ia mengetahuinya jika dirinya juga tidak bisa mencegah musibah tersebut.

Kaki adiknya sudah patah, siapapun juga tidak bisa menyelamatkannya.

Sekarang Huo Ling sangat menyesal, andai saat itu ia tidak menganggapnya sebagai candaan dan mempercayainya, apakah musibah ini akan tetap terjadi saat ia pulang ke kampung halamannya?

Qiao Jin melambaikan tangan, "Sebenarnya kamu juga tidak perlu menyalahkan semua ini kepada dirimu sendiri. Andai kamu pulang pun, hanya kecil kesempatan untuk menghindari kecelakaan ini terjadi. Hal itu masih belum memastikan nasib adikmu kedepannya dan selamanya akan selalu selamat. Kalau kamu masih tidak bisa menerimanya, aku bisa memberikanmu satu kepastian..."

Sepasang mata merah Huo Ling langsung menatapnya dengan penuh harap, "Kepastian apa itu?"

Qiao Jin tiba-tiba mengulurkan tangannya dan memegangnya, "Kamu sekarang hanya perlu secepatnya membuat adikmu untuk melompati batu loncatan ini dan menerima kenyataan… 

Saat kamu pulang ke kampung halamanmu nanti, akan ada kesempatan yang memberikan keberuntungan besar. Akan tetapi, saat kamu tidak bisa melewatinya, maka akan ada kemungkinan kalian tidak bisa menerima keberuntungan ini." Tutup penjelasan Qiao Jin.

Huo Ling tampak bingung. Perkataan ini malah terdengar lebih aneh dari peringatannya sebelum ini.

Apalagi, hal yang diucapkannya hanya berupa gambaran masa depan yang tidak jelas maksudnya.

Kalau Huo Ling yang dulu pasti tidak akan percaya, tetapi sekarang ia percaya dengan perkataan Qiao Jin.

Qiao Jin melepaskan tangannya, "Aku hanya bisa memberitahumu sampai di sini, mengetahui terlalu banyak nasibmu ke depan juga tidak akan membuat kalian menerima kebahagian yang sepantasnya."

Ya, ketidakmampuan manusia untuk melihat masa depan juga merupakan takdir yang masuk akal bagi manusia.

Huo Ling melihat tangan yang dipegang oleh Qiao Jin tadi. Seketika telapak tangannya sekarang agak dingin dan tidak terasa hangat layaknya orang biasa.

Namun di dalam keheningan itu, ada kehangatan dalam hatinya yang bisa membuatnya merasa lebih tenang.

Huo Ling pun pamit untuk meninggalkannya. Tidak lama setelah itu, Qiao Fei datang untuk mencari Qiao Jin. "Qiao Jin, apa yang kamu lakukan di sini? Hasilnya sudah keluar! Ayo, kita pergi mengambil hasilnya dan pergi dari sini."

Qiao Jin menatap ke arah Huo Ling pergi. Ia pun mengangguk dan diam-diam tersenyum sambil mengikuti Qiao Fei meninggalkan tempat itu.

******

Ketua perawat melihat Huo Ling yang baru saja meninggalkan Qiao Jin yang duduk di taman. Ia merasa bahwa keduanya tampak berbicara cukup lama.

Memahami kondisi mental Qiao Jin yang dianggap belum sembuh tentu membuatnya penasaran. 'Hmm apa yang diperlukan Qiao Jin sampai perlu berbicara dengan seorang perawat?'

Mengingat masalah saat perawat muda itu mengambil darah Qiao Jin beberapa waktu lalu, kepala perawat ini menahan Huo Ling yang kebetulan berpapasan dengannya. Ia pun bertanya, "Huo Ling, apa yang kamu bicarakan bersama Nona Qiao?" 

Huo Ling belakangan ini tiba-tiba berubah menjadi sangat aneh, ketua perawat juga tidak mengerti dengan perubahan perilakunya ini. Kepala perawat itu pun jadi teringat saat perawat muda ini sempat mendapat teguran dan gajinya terpaksa harus dipotong sebanyak seribu yuan. 

Akan tetapi, apakah perubahannya perlu sampai semarah itu?

Ketua perawat ini pun perlu menanyakan hal yang terjadi kepadanya, ia hanya ingin memastikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh salah satu pegawainya.

Tidak lama kemudian ketua perawat tidak tahan dan menariknya untuk bertanya lebih lanjut.

Huo Ling menatap kepala perawat dan seketika muncul keraguan dari ekspresi wajahnya. Ia pun akhirnya berkata, "Ketua, di rumahku sedang terjadi masalah yang sangat besar. Aku mungkin ingin meminta cuti selama setengah bulan."

Ya, Huo Ling akhirnya menceritakan kondisi kaki adiknya yang patah dan hal ini membuat suasana hatinya sangat tidak baik. Ia pun ingat bahwa Qiao Jin juga sudah mengatakan kepadanya bahwa ia harus melewati cobaan ini. 

Dengan demikian, Huo Ling tidak mungkin kembali lagi ke rumah sakit ini dalam waktu dua hari. Ia perlu lebih banyak waktu untuk merawat adiknya terlebih dahulu.