webnovel

Xiao Eryi

Editor: Wave Literature

Sang guru merasa Xing Jiu'an begitu pelit. Gadis itu begitu waspada dan berhati-hati. Dia hanya bisa mendesah dalam hati. Kehidupan Xing Jiu'an yang dulu pasti telah direnggut.

Sang guru meletakkan semua cokelat di atas tangan Xing Jiu'an. Beberapa potong cokelat yang tidak bisa dipegang oleh Xing Jiu'an pun terjatuh. Sang guru mengambil potongan cokelat itu lagi dan meletakkannya dalam genggaman tangan Xing Jiu'an sambil berkata, "Makanlah sedikit saja. Kendalikan dirimu, mengerti?"

"Guru, jangan pedulikan aku. Aku tidak bisa mengendalikan diriku," sahut Xing Jiu'an dengan suara lembut sambil menatap cokelat di tangannya.

"Kalau begitu…" Aang guru mengambil kembali potongan cokelat yang besar dan hanya meninggalkan potongan yang kecil untuk Xing Jiu'an, lalu berkata, "Kalau kamu ingin makan, suruh Mu Qing membelikannya untukmu."

"Dia adalah kakak seperguruanmu. Apa pun yang ingin kamu lakukan, dia harus mendukungmu. Kalau Mu Qing tak bersedia, kembalilah dan beri tahu aku, aku akan berada di pihakmu."

"Ya…"

"Aku punya banyak cokelat di sini. Kapan pun kau mau memakannya, datang saja. Aku akan memberikan padamu, jadi aku tidak akan merampasnya darimu."

"Ya."

"Jangan menangis lagi. Cuci wajahmu dulu, kamu harus makan."

"Baiklah."

"Oh, ya… Tunanganmu sudah pergi," kata sang guru tiba-tiba.

"Aku tidak pernah punya tunangan."

Sang guru mengelus rambut Xing Jiu'an dan menghela napas panjang, "Sudah, sudah, aku makan dulu. Xiao Eryi, kamu cepatlah makan."

"Ya."

Gurunya dulu memanggil Xing Jiu'an dengan nama Xiao Eryi, karena dia adalah murid yang ke-21 satu. Saat Xing Jiu'an masih kecil, suaranya terdengar lucu dan menggemaskan. Dia selalu mengatakan 'aku mencintaimu' dengan suara cadel. Para kakak seperguruannya selalu menggodanya dan memanggilnya Eryi. Sehingga hal ini membuat Xing Jiu'an selalu berkata 'aku mencintaimu' kepada orang lain.

Saat itu, nama aslinya adalah Xing Se. Ternyata, arti namanya adalah 'bahagia'. Dia lupa mengapa namanya menjadi Xing Jiu'an sekarang. Awalnya, sang guru mengatakan bahwa dia tidak puas dengan nama tersebut karena tidak enak diucapkan. Namun, kemudian sang guru memanggilnya Jiu'an. Nama Xing Se tetaplah namanya yang terdaftar secara resmi dan tertulis di semua kartu identitasnya. Meskipun tak ada yang memanggilnya Xing Se, namanya tetaplah Xing Se.

Setelah mengetahui asal usul namanya adalah Xing Se, Xing Jiu'an tampak jauh lebih bahagia. Apa yang membuatnya makin bingung adalah mengapa sang guru mengetahui mengenai reinkarnasi yang terjadi padanya.

Kemudian Xing Jiu'an membersihkan wajahnya dan berusaha tidak lagi memikirkan hal itu. Semuanya sudah menjadi seperti ini sekarang, dia juga merasa sepertinya tidak ada yang membuatnya sedih. Dia masih sama seperti dulu. Itulah yang gurunya katakan kepadanya.

Setelah membersihkan wajahnya, Xing Jiu'an kembali. Matanya sedikit memerah, sangat kontras dengan kulitnya yang putih dan lembut. Dapat terlihat dengan sangat jelas bahwa ada sesuatu yang salah. Kakak Tertua dan saudara yang lainnya melihatnya dengan ekspresi tegang dan menanyakan apa yang terjadi padanya. Xing Jiu'an diam saja, namun mereka semua langsung melirik kepada sang guru.

"Guru, Jiu'an sudah lama tidak pulang. Apa Anda mengatakan sesuatu padanya?" Seorang kakak seperguruan perempuan bertanya lebih dulu.

Kakak Tertua juga ikut buka suara dan mengeluhkan hal yang sama, "Guru, Jiu'an masih anak-anak. Jangan terlalu keras padanya…"

"Aku…" Mendengar desakan dari para muridnya, sang guru merasa terkejut sekaligus tertekan.

"Ini bukan karena guru, melainkan aku sendiri." Xing Jiu'an buru-buru menyahut. "Akulah yang merasa tidak bahagia dan guru membuat pikiranku tercerahkan."

"Huh!" Sang guru pun mendengus. "Xiao Eryi, kemarilah! Dua orang ini jahat, pasti mereka ingin menghancurkanmu."

Xing Jiu'an tersenyum tak berdaya, tapi dia masih berjalan mendekat.

"Sudahlah, kalian berdua. Mana minuman jahe dan mie? Kalau tidak dibawa ke sini dengan segera, nanti akan dingin."

Keduanya memandang Xing Jiu'an yang berdiri di samping sang guru. Saat melihat Xing Jiu'an senang, mereka pun tampak lega.