webnovel

From Zero to Five Star (Indonesia)

“Apa kau menginginkan kekuatan?” Rio yang seorang Zero Star menerima tawaran dari The Devil. Tawaran itu memberikannya kekuatan untuk bertarung melawan Arcdemon, monster yang meneror umat manusia. Tapi ada satu syarat untuk mendapatkan kekuatannya, yaitu harus ada pengorbanan yang harus dilakukan. Dunia dimana Ksatria perwakilan manusia, Aditya, dan monster dari dimensi lain, Arcdemon, bertarung untuk memperebutkan bumi. Rio Nugraha harus menjadi yang terkuat tanpa harus mengandalkan kekuatan Devil untuk mengakhiri penderitaan umat manusia.

Chad_Farmer · Ação
Classificações insuficientes
10 Chs

Keputusan

Mata Uang adalah alat pembayaran transaksi ekonomi yang digunakan di suatu negara.

Sebelum Bencana Besar, mata uang yang digunakan oleh umat manusia berupa koin atau selembaran kertas yang telah diberi nilai yang berbeda-beda.

Sejarah mengatakan kalau mata uang yang dipakai dulu berupa bentuk fisik dan di setiap negara memiliki mata uang yang berbeda-beda.

Eutosia, negara yang menjadi satu-satunya negeri bagi umat manusia setelah Bencana Besar, memiliki sistem Mata Uang yang berbeda. Mata Uang yang dipakai sekarang tak berbentuk fisik. Melainkan berupa data dalam bentuk kredit poin yang selalu di update secara online.

E-points, adalah sebutan dari kredit poin itu.

E-points digunakan sebagai alat pembayaran dan penjualan. Satu-satunya cara untuk mendapatkan E-points tentu saja hanya satu, yaitu dengan bekerja.

Pekerjaan yang tersedia akan memberikan E-points yang berbeda-beda tergantung tempat dimana seseorang itu bekerja. Baik bekerja melalui bidang jasa atau jual beli.

Aditya pun begitu.

Aditya bekerja dibidang jasa yang tak banyak orang bisa melakukannya. Karena nyawa mereka dan nyawa orang banyak menjadi taruhannya.

Biasanya, untuk memanggil para Aditya untuk menangani portal yang akan terbuka, sebuah forum permintaan akan dibuka.

Kisaran harga juga tergantung kesulitan dari portal yang telah diidentifikasi.

Untuk sekarang ada empat kesulitan yang telah diketahui : Cruel, Savage, Insane, Nightmare.

Setiap kesulitan tentu saja memiliki harga panggilan yang berbeda. Namun dalam beberapa kasus, sebuah Kota atau Distrik hanya bisa menyediakan harga tak seberapa yang bisa mereka berikan.

Dengan membuka [Forum Permintaan Raid] dan memasang harga yang telah ditentukan. Aditya yang melihat permintaan dalam forum itu akan bergerak sendiri, atau diperintahkan untuk datang oleh Agensi yang menaungi seorang Aditya.

"Karena itu, kupikir sebagai seorang Aditya, walaupun kau seorang Zero Star, hanya memiliki 2,980 E-points, itu gak masuk akal."

Jerry yang melihat jumlah uang yang dimiliki Rio sebelumnya merasa heran.

Seharusnya, dalam setiap raid yang diadakan, sebuah forum akan memberikan setidaknya 5,000 E-points untuk kesulitan paling mudah, Cruel.

"Untuk kesulitan Cruel yang hanya mengijinkan 10 Aditya untuk mengikuti Raid aja, setidaknya bagiannya akan dibagi rata kalau semua Aditya berpartisipasi!"

Kalau begitu hanya ada satu kemungkinan kenapa uang yang dimiliki Rio sesedikit itu meskipun pekerjaan yang dia lakukan merupakan pekerjaan dengan penghasilan terbesar di negara.

"Apa kau mendapatkan ketidakadilan, kawanku?"

Rio menggaruk kepalanya. Apa yang telah Jerry katakan sampai sekarang merupakan kebenaran yang tak terbantahkan.

Rio adalah Zero Star dan satu-satunya pria penyandang Ksatria Tanpa Elemen. Tak ada yang bisa dia lakukan untuk membela dirinya.

"Lagipula kalau aku protes siapa yang akan menolongku?"

Rio menyadari hal itu sejak awal dia masuk ke dalam kesatuan.

"Ditambah, masuknya aku menjadi ksatria juga merupakan keajaiban walaupun aku cacat.���

Jerry tak bisa membantah ketidakpercayaan diri Rio.

"Tapi, kau tahu, jauh dalam diriku, aku sangat ingin jadi seperti orang itu."

Rio menatap jauh ke arah depan.

Arah di mana ada sebuah pilar tinggi yang menjulang ke langit. Pilar itu berwarna putih, berbentuk persegi empat, dan ujungnya berbentuk segi empat lancip.

Pilar raksasa itu adalah [World's Pillar]. Berfungsi sebagai tempat tinggal para pemimpin negara, pusat markas kesatuan Aditya, dan juga tempat di mana Ksatria terkuat memantau seluruh negeri.

Ksatria itu adalah Sang Penjaga Siang Mutlak, Golden Celestial Knight.

Seorang ksatria berzirah penuh berwarna keemasan. Memiliki sayap mekanik keemasan yang indah. Ksatria hebat itu bertengger di ujung pilar seperti seorang pengawas yang memantau seluruh negeri.

"Kau mau jadi seperti orang itu, gak mungkin. Pikiranmu terlalu jauh."

Memikirkannya saja sudah membuat Jerry ciut, apalagi membayangkan untuk menjadi seperti orang terkuat nomor satu di negeri itu.

Rio tentu saja tahu akan fakta itu.

"Kau benar, aku yang bahkan tak bisa membunuh Arcdemon saja, mana mungkin bisa jadi seperti orang itu."

Jerry merasa telah berkata sesuatu yang kejam.

"Enggak, bukan seperti itu maksudku..."

Rio menghiraukan kata maaf Jerry lalu bangkit. Merasa seperti disegarkan.

"Aku juga merasa, pekerjaan ini tak begitu bagus. Kalau aku tinggal sendiri mungkin aku takkan berpikir dua kali untuk melanjutkannya. Tapi aku punya Riana, aku tak bisa ikut menyusahkannya seperti ini terus."

Di akhir kata Rio tersenyum tegar. Senyum seorang pria yang telah seluruhnya menerima kenyataan.

"Apalagi, mengingat kejadian kemarin, aku tak boleh membiarkan diriku mati dan meninggalkan adikku sendirian."

Rio telah menetapkan hatinya. Apapun yang akan Jerry katakan untuk mencegahnya takkan berpengaruh pada Rio.

"Baguslah kalau kau sudah bisa berdiri tegak seperti itu."

Rio dibuat bingung dengan kata-kata Jerry barusan.

"Kau tahu, ketika pertama kali aku melihatmu kemarin, kau sangat percaya diri dengan kemampuanmu. Tapi, semenjak kau bangkit dari kematian tadi malam, kau terus menundukkan kepalamu seperti ada beban yang sangat berat di pikiranmu."

Jerry tak salah mengenai hal itu. Namun sebenarnya apa yang membuat Rio jadi seperti itu tak bersangkutan dengan apa yang mereka bicarakan sekarang.

Tapi tak apalah.

"Terima kasih karena telah berada di sisiku saat ini, Jerry."

"Kapanpun, kawanku. Tapi maaf, aku tak bisa menerima cintamu karena aku punya seorang wanita yang kucintai."

"Kau mau merasakan pukulanku sekali?"

Entah kenapa, Rio merasa kalau Jerry seperti seorang abang yang semua orang butuhkan. Saudara laki-laki yang akan menyemangatimu kalau kau sedang kesulitan, dan tak ragu untuk memberikanmu bahu kalau kau butuh.

Walaupun ada sedikit kepribadiannya yang bisa membuatmu gampang kesal.

"Loh, kenapa kalian ada di luar?!"

Tak jauh ada suara Riana yang akhirnya kembali dari belanja.

"Dek Riana, akhirnya kamu – woohh, banyak juga belanjaan kamu!"

Riana yang akhirnya kembali, pulang dengan membawa dua kantung besar belanjaan.

"Ahh, ini, semuanya adalah barang diskon yang sebentar lagi kadaluarsa."

"-Kadaluarsa!?"

"Tapi gak apa-apa, seenggaknya mereka akan bertahan seminggu lagi. Tapi semuanya juga akan habis dalam beberapa hari. Jadi tak masalah!"

Gadis itu berbicara mengenai makanan yang sebentar lagi akan kadaluarsa seperti telah menemukan harta karun yang berharga.

"Hoo, kamu dapat banyak bulan ini. Kerja bagus."

"He he he!"

Sebagai tulang punggung keluarga, Rio bangga dengan cara adiknya berhemat.

Kakak beradik itu bahagia karena mereka berdua melengkapi satu sama lain.

Meskipun ada adegan bahagia yang sedang dimainkan di depan mata, entah kenapa Jerry merasa ingin menangis karena kasihan.

"Hei, Rio."

Jerry yang masih menahan tangis mendekat ke Rio dengan merogoh saku.

"Kalau kau butuh sesuatu, seperti informasi atau apapun, panggil aku kapanpun kau mau."

"Apa ini?"

Jerry memberikan semacam kartu identitas yang terbuat dari kertas. Riana yang penasaran juga ikut melihat.

Di dalam kartu itu terdapat nama Jerry dan dari Agensi mana dia datang.

"Fairy Tornado Agency?!"

Rio dan Riana meneriakkan satu kata itu.

"Oi, Jerry, jangan bilang kau..."

"Yah, kau bisa bilang begitu."

Karena pekerjaan Aditya terbilang terpuji di kalangan masyarakat. Ada sebuah sistem yang mengijinkan seorang Aditya dinaungi oleh kelompok lain selain Kesatuan. Mereka adalah Agensi Kekesatriaan.

"Agensi ini juga bukan agensi biasa."

[Fairy Tornado Agency], nama agensi yang tertulis dalam kartu identitas picisan Jerry.

"Ini adalah Agensi dimana 5* Tornado Aditya bernaung! Wooooooooohh!"

Rio merasa dadanya akan meledak karena kekaguman.

"Eh, apa agensi itu sehebat itu?"

Di sisi lain, Riana yang tak tahu apa-apa bertanya-tanya.

"Agensi dimana 5* Aditya bernaung adalah satu-satunya agensi di kota ini, Dek Riana. Kamu tahu sendiri kan, 5* Aditya sehebat apa?"

Meskipun sudah Jerry jelaskan, Riana seperti masih kehilangan sesuatu. Tapi tak masalah karena itu juga tak terlalu penting baginya.

"Jerry, sejak kapan kau diterima di Agensi ini?!"

"Sejak kapan ya, mungkin sejak aku menguasai Upper Element."

"Upper Element?"

Satu kalimat itu terngiang seperti langit yang sangat luas di kepala Rio. Dia seperti berada di dimensi yang berbeda dari pria yang baru tak lama menjadi temannya itu.

"Hei-hei, kau tak perlu merasa sekagum itu. Lagipula aku masih belum sepenuhnya menguasai elemen ini."

Meskipun bilang begitu, Rio tak bisa memungkiri kalau dia takkan bisa menjadi apa yang dia mau. Itu pasti.

"Terima kasih untuk ini. Aku pasti akan menghubungimu satu hari nanti."

Riana sempat bingung dengan apa yang dia lewatkan. Tetapi satu hal yang dia tahu, "Loh, bang Jerry sudah mau pulang?"

"Maaf karena gak bisa lama, dik. Tapi aku harus kembali karena agensi punya sesuatu yang harus mereka bicarakan padaku."

Dengan seperti itu, Jerry pergi meninggalkan kakak adik itu.

"Benar-benar seorang teman yang baik ya, Mas."

"Kamu bisa bilang begitu."

Riana merasa ada yang aneh dengan abangnya.

Rio melihat sangat jauh ke depan. Ke tempat dimana dia tak bisa menggapai apa yang dia inginkan.

Rio menyadari kalau adiknya memerhatikannya dengan tatapan khawatir. Rio dengan lembut mengelus kepala adiknya. Secara tidak langsung mengatakan tak apa-apa.

"Ayo masuk ke dalam, Mas sudah lapar."

"Okey. Karena Mas hari ini pulang pagi, yang berarti Mas baru saja bekerja sangat keras, aku akan masakkan sesuatu yang sangat enak dan menyegarkan!"

Hanya dengan senyum dan keceriian itu, luka dalam hati Rio seketika menghilang.

___________

Bulan ke-6, Tahun ke-93.

Jam 12:54 siang, Distrik 01, Kota Selatan.

Rio berada di distrik satu. Duduk di kursi tunggu stasiun kereta menuju Ibu Kota.

Rio melakukan itu karena telah memutuskan untuk berhenti jadi Ksatria. Dia bahkan membawa Dignity Weapon miliknya dalam sarung yang ditutupi kain untuk dikembalikan.

Walaupun Dignity Weapon itu tak memiliki kegunaan seperti Dignity Weapon lainnya, Rio tak mau mengambil resiko untuk menyimpan senjata tajam itu bersamanya.

<Kereta cepat jalur menuju Ibu Kota telah kembali. Keberangkatan akan dimulai lima belas menit setelah pemberhentian.>

Kereta yang ditunggu akhirnya kembali. Tak lama setelah pengumuman kereta tiba di stasiun. Kereta itu akan menjadi perjalanan terakhir Rio sebagai seorang ksatria.

Karena merasa sudah cukup lama duduk di stasiun, Rio bangkit dan berjalan menuju kereta. Mungkin kalau dia sudah duduk di dalam kereta, dia akan mendapat angin baru.

[Caution : Action is not allowed]

"Huh?"

Rio sudah setengah jalan menuju kereta. Tapi tiba-tiba saja tampilan bar pemberitahuan lagi-lagi muncul di depan matanya.

Tampilan bar pemberitahuan itu hanya muncul sekali lalu menghilang.

Itu memang bukan hal yang biasa. Jadi Rio pikir dia harus pergi ke rumah sakit atau menanyakan hal itu di markas kesatuan setelah dia sampai di sana.

[Caution: Action is not allowed]

[Caution: Action is not allowed]

[Caution: Action is not allowed]

[Caution: Action is not allowed]

[Caution: Action is not allowed]

[Caution: Action is not allowed]

[Caution: Action is not allowed]

Namun setelah beberapa langkah Rio berjalan, tampilan bar peringatan itu muncul lagi. Kali itu bahkan lebih banyak dari sebelumnya.

Rio sempat dibuat sakit kepala karenanya. Namun dia tak boleh mundur.

[Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed] [Caution : Action is not allowed]

Rio sudah berada tepat di depan pintu kereta. Tetapi kejadian tak masuk akal yang menimpanya itu semakin parah dan membuat kepalanya mau pecah, atau bisa dibilang tampilan bar peringatan itulah yang memberikannya sakit kepala.

Rio tak tahan dengan rasa sakit yang luar biasa itu. Kakinya tak sanggup berdiri. Dia sempat berusaha untuk kuat dengan berlutut.

Orang-orang di sekitarnya melihat Rio dan mulai merasa khawatir.

Rio merasa tak enak diperhatikan seperti itu, jadi dia berusaha kuat dan berdiri. Lalu berjalan satu langkah menuju kereta –

[Caution: Action is not allowed]