webnovel

FROM SEX TO LOVE 2

Menceritakan sebuah kisah seorang wanita cantik,berambut pirang dengan body yang sexy dan tubuh yang sangat mulus tanpa ada cacat sedikitpun.namanya Risma Amelia wanita ini berprofesi sebagai wanita pemuas hasrat lelaki,namun hanya bisa di pesan secara pribadi.dan nggak mangkal di tempat tempat perdagangan wanita,komplek,dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pelacur. wanita ini adalah wanita yang tak pernah puas dengan sex,belum ada laki laki yang mampu memuaskannya. walaupun dia tak punya tempat mangkal,namun job nya tak pernah henti,bahkan orang yang mau kencan dengannya harus membuat kontrak satu bulan sebelumnya. tidak melayani per crot ya.... sistem kontrak show time: per jam : 20jt per hari : 200jt(12jam) 1x24 jam non stop : 350jt long time ? : bisa dibicarakan. tentunya harga itu tak mahal buat kalangan pengusaha .dan sebanding dengan kecantikan Risma. Dan ada seorang pengusaha kaya,masih muda,tampan,,berwibawa,dan sangat mempertahankan prinsip,berjiwa sosial tinggi.yang mengontrak Risma selama 10thun.pemuda ini bernama Bayu Samudra. tak ada lho pengusaha yang tak ingin kencan dengan Risma.nih ya mulai dari: pengusaha es cendol pengusaha gorengan pengusaha properti hingga pemilik perusahaan perusahaan besar. saking cantik nya,dari kalangan bawah sampai atas berebut ingin kencan dengan Risma. RANGKING # 1 bokeb # 1 sex # 1 semi # 1 telenovela # 1 ftv # 1 xxx # 1 blue # 1 hot # 2 konten dewasa # 1 Romance # 1 fiksi # 1 populer Di update 09/11 2020

Letto_Anker · Urbano
Classificações insuficientes
42 Chs

Part. 2/Bab 28 Beda Rasa.

Ketika ia telah menyadari hal tersebut saat jarinya ia gunakan untuk menutupi lubang vagina Dewi, disitulah terlintas ide dibenak Anton untuk mencoba bereksperimen.

Anton mencoba memegang luka Dewi yang di bagian paha tersebut dengan tangannya tepat disentukan di bagian tersebut yang terluka sembari merenggangkan tangannya yang menutupi vagina Dewi.

Ketika Anton menyentuh bagian lukanya tanpa menyentuh kemaluannya itulah, seketika itu pula, Dewi merintih..

"Aoh ...." rintihan Dewi saat lukanya disentuh tanpa diiringi sentuhan di bagian kemaluannya oleh Anton, Dewi merintih sembari langsung reflek memegang tangan Anton yang berada di depan vagina nya, dan seketika itu pula ia justru kembali menempelkan tangan Anton ke vagina tersebut dan menekannya sembari menahan rasa sakit.

Ya, Dewi memang reflek pada waktu itu, secara tanpa sadar, ia justru menempelkan kembali tangan Anton di bagian vaginanya. Sehingga Anton senyum-senyum sendiri melihat tingkah Dewi yang reflek tersebut.

Ketika Dewi justru menempelkan kembali tangan Anton untuk menutupi bagian vaginanya itulah, lalu Anton melepaskan sentuhan tangannya yang  ia sentuhkan dibagian luka tersebut, seketika itu pula Dewi perlahan-lahan melepaskan tangan Anton yang ia sentuhkan kembali ke bagian vaginanya.

"Duh ..., kenapa malah tangan Anton sih, yang aku tempelin di vaginaku." gumam Dewi dalam hati sembari melepaskan tangan Anton yang ia taruh kembali di bagian vagina miliknya.

"Sakit ya?." tanya Anton saat Dewi melepaskan tangannya usai menaruh tangan tersebut dibagian vaginanya.

"Banget ...." sahut Dewi dengan manja.

"Kalau gini, sakit nggak?" tanya Anton sembari mengelus bibir vagina Dewi tanpa memegang bagian yang terluka.

"Enggak ...." sahut Dewi dengan manja, lalu ....

"Kok, nggak, terasa sakit ya ..., malah terasa geli-geli enak gimana, gitu! Apa, rasa sakit itu kalah sama rasa nikmat berkat sentuhan jari-jari Anton di vaginaku?" tanya Dewi dalam hati sembari menikmati dan merasakan sentuhan jari Anton di bagian vaginanya yang menurutnya geli-geli enak.

Mendengar ucapan Dewi yang nggak merasakan sakit saat ia tengah menyentuh bagian vaginanya tersebut, lalu Anton mencoba melakukan negosiasi bersamanya.

"Baiklah ..., kalau cara ini bisa membuatmu tidak merasakan sakit, gimana, kalau, aku obati lukamu sembari memainkan jariku di bibir-bibir vaginamu?" tanya Anton.

"Kamu, gila ya?!" sahut Dewi dengan cepat.

"Kan, biar kamu nggak kesakitan, soalnya ini masih lama dan harus segera diobati, kalau nggak ya sudah ..., aku tinggal saja." kata Anton sembari mengemasi peralatan yang ia gunakan untuk mengobati luka tersebut.

Mendengar perkataan Anton yang ingin pergi meninggalkan dan menelantarkannya saat ia sedang terluka seperti ini, seketika itu pula, Dewi terdiam dan mencoba berpikir sejenak, menimbang-nimbang dan mempertimbangkan apa yang akan ia putuskan.

"Kalau, nggak, sambil di mainin vaginaku, terus proses pengobatan itu masih lama dan rasanya sakit banget kayak barusan, mana mungkin aku tahan? Nggak mungkin. Tapi ..., kalau jari-jemari Anton terus bermain di vaginaku, kalau aku larut dalam kenikmatan dan lalu ke bablasan gimana? Bodo Amat ah ..., mending enak dari pada sakit." pertimbangan Dewi dalam hati, lalu ....

"Ya sudah, iya ..., tapi jangan kebablasan loh, ya ...." kata Dewi dengan malu-malu.

Mendengar keputusan yang diambil oleh Dewi tersebut, Anton tersenyum dan lalu berkata.

"Iya ..., Ya sudah, kalau gitu ..., kita cari bagian yang menurut kamu paling enak." kata Anton sembari meraba-raba bibir vagina tersebut dengan jari-jemarinya, lalu ....

"Gimana, rasanya enak, nggak?" tanya Anton sembari meraba-raba bibir vagina tersebut.

Dewi hanya diam tanpa memberikan jawaban sepatah katapun, namun ..., diam nya Dewi, diam-diam menghayati dan menikmati raba-raba mesra yang di berikan Anton di bagian vaginanya tersebut.

Karena Dewi hanya diam dan tidak menjawabnya, lalu Anton memainkan jarinya, bukan hanya di bibir vagina tersebut, tetapi juga memainkannya di bagian klitoris vagina tersebut, dan lalu ....

"Kalau disini gimana, lebih enak nggak?" tanya Anton sembari memainkan jari nya di bagian klitoris vagina tersebut.

Karena Dewi masih saja diam, saat ia telah bertanya, sehingga Anton menjadi kesal dan memutuskan untuk tidak menggunakan jarinya, melainkan menggunakan lidahnya.

Anton menempelkan ujung lidahnya tepat di lubang vagina tersebut, menyapu vagina itu dengan lidahnya dari bawah ke atas sebanyak lima kali, hingga berhenti di bagian klitorisnya.

Usai menyapu vagina tersebut, lalu Anton menggoyangkan lidahnya ke kiri dan ke kanan di klitoris tersebut berkali-kali hingga terasa seperti sedang menggelitikinya.

Saat bagian klitorisnya di gelitiki oleh Anton, seketika itu pula Dewi menggeliat, mengangkat pingganggnya dan mendesah.

"Ach ...." desah Dewi saat bagian klitorisnya di gelitiki oleh Anton, lalu ....

"Enak banget sih, rasanya, duh ...." kata Dewi dalam hati sembari menikmati bagian klitorisnya yang di gelitiki tersebut. (Rasanya gimana, tuh?! Mimin kepo.)

Mendengar Dewi mendesah, seketika itu pula, Anton menghentikan gerakan lidahnya untuk tidak menggelitiki bagian klitoris tersebut, lalu ....

"Gimana rasanya Dew ...? Kok, malah merintih ...." tanya dan kata Anton sembari tersenyum. ( Mandesah dudul, bukan merintih, haceh! 🤦‍♀)

Pada saat itu jantung Dewi berdebar-debar, perasaannya kacau. Namun Dewi masih tetap diam dan tidak berani berkomentar, walaupun sebenarnya tidak menginginkan ini semua, namun dia merasa kesal saat Anton menghentikan gelitikan yang memberinya rasa nikmat tersebut, sehingga rasa itu menjadi rasa nikmat yang tertunda.

"Anjrit! Kok, malah berhenti sih, lagi enak-enaknya, tau!" kata Dewi dalam hati saat Anton berhenti menggelitiki bagian klitoris tersebut.

Karena Dewi hanya berkata dalam hati, jadi Anton tidak mendengarnya dan tidak mengerti maksudnya, bahkan Anton merasa bahwa Dewi tidak memberi jawaban apapun. Karena Dewi tidak memberikan jawaban apapun padanya, lalu dia mencoba meraba bibir vagina tersebut sembari menyentuh bagian yang terluka.

Saat Anton meraba bibir vaginanya sembari menyentuh lukanya, disaat itulah Dewi Berkata.

"Enak yang tadi, yang itu masih terasa sakit." kata Dewi.

Mendengar perkata-an Dewi, Anton pun tersenyum, lalu meraba klitoris tersebut dengan jari-jemarinya.

Saat Anton meraba klitoris tersebut dengan jari-jemarinya, seketika itu pula Dewi berkata.

"Kok, rasanya beda sih, Ton ..., tadi, nggak gitu rasanya, jauh lebih nendang, kok yang tadi." kata Dewi yang merasa berbeda dengan sentuhan yang dilakukan Anton di bagian vaginanya.

"Ya, jelas beda lah, nggak beda gimana. Yang tadi pakai lidah, sedangkan yang ini cuma pakai jari, Dew ..., Dew! " kata Anton dalam hati sembari senyum-senyum sendiri, lalu ....

"Yaudah, tahan ya ...." kata Anton sembari lekas menjulurkan lidahnya.

"Iya, buruan." sahut Dewi dengan jantung yang, Dag! Dig! Dug! dan tidak sabar merasakan kembali rasa nikmat  yang ia rasakan dan sempat tertunda, tadi!

Tanpa menunggu waktu, Anton segera menempelkan ujung lidahnya ke bagian klitoris tersebut dan ingin segera menggelitikinya dengan lidahnya, namun ....

"Anton ..., kok, aku deg-degan ya Ton ...." ucap Dewi saat bagian klitorisnya terasa terjamah oleh sesuatu yang lembut dan dingin, yaitu lidah Anton.

Mendengar apa yang telah di ucapkan oleh Dewi tersebut, Anton mengurungkan niatnya untuk memainkan lidahnya di klitoris tersebut, lalu ....

"Masa sih?" tanya Anton usai menarik kembali lidahnya yang ujungnya mulai menjamah bagian klitoris tersebut.

"Iya ...." sahut Dewi dengan sedikit gemetar.

"Coba, aku rasain." ucap Anton sembari menaruh tangan kanannya dibawah payudara Dewi sebelah kiri untuk merasakan detak jantung tersebut.

Saat Anton ingin merasakan detak jantungnya, dengan menaruh tangan tersebut didadanya, detak jantung itu bukan semakin mereda, jantungnya justru berdetak semakin kencang.

"Duh, kok, di pegang Anton, malah semakin deg-degan." kata Dewi dalam hati saat telapak tangan Anton diletakan tepat di dadanya, untuk merasakan detak jantungnya.

Karena semakin lama dipegang, semakin deg-degan, akhirnya Dewi memegang tangan Anton yang sedang berada di dadanya tersebut, berniat ingin memindahkan tangan itu, agar ia tidak semakin deg-degan.

Namun ketika Dewi ,memegang tangan tersebut dan belum sempat memindahkan nya. Tiba-tiba Anton kembali memainkan lidahnya menggelitiki bagian klitoris vagina tersebut hingga beberapa kali. Setelah dirasa cukup lidahnya menggelitiki bagian klitoris tersebut, lalu Anton menyapu lubang vagina tersebut dengan lidahnya dari bawah ke arah atas, dengan cara lidah itu membelah bagian lubang dan bibir vagina tersebut, hingga berkali-kali.

Seketika itu pula, Dewi mendesah, dia telah larut dalam sebuah kenikmatan.

"Ach ...." desah Dewi sembari memindahkan tangan Anton dari dadanya dan tangan itu di naikan keatas, tepat berada di payudaranya sebelah kiri, saat lubang vaginanya disapu oleh Anton hingga beberapa kali tersebut.

Setelah beberapa kali lidahnya menyapu lubang vagina tersebut, lalu Anton melanjutkannya dengan mencumbu, mengulum dan menggelitiki bagian klitorisnya dengan perlahan dan sangat memanjakan klitoris tersebut sembari memainkan jari tengah nya memutari lubang dan bibir Vagina tersebut.

Manja'an dan raba'an yang dilakukan oleh Anton tersebut, semakin lama, semakin membuat Dewi hanyut dan larut dalam sebuah kenikmatan.

"Ach ...." desah Dewi sembari meremas-remas kedua payudaranya, ketika Anton sedang bercumbu mesra dengan vaginanya.

Jika Dewi telah meremas-remas kedua payudaranya sendiri, itu berarti Dewi juga telah meremas-remaskan tangan Anton kepayudaranya tersebut.

Dengan begitu, berarti dengan tanpa sengaja, Dewi telah mengajari Anton untuk meremas-remaskan tangannya agar meremas-remas payudara tersebut.