webnovel

FROM SEX TO LOVE 2

Menceritakan sebuah kisah seorang wanita cantik,berambut pirang dengan body yang sexy dan tubuh yang sangat mulus tanpa ada cacat sedikitpun.namanya Risma Amelia wanita ini berprofesi sebagai wanita pemuas hasrat lelaki,namun hanya bisa di pesan secara pribadi.dan nggak mangkal di tempat tempat perdagangan wanita,komplek,dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pelacur. wanita ini adalah wanita yang tak pernah puas dengan sex,belum ada laki laki yang mampu memuaskannya. walaupun dia tak punya tempat mangkal,namun job nya tak pernah henti,bahkan orang yang mau kencan dengannya harus membuat kontrak satu bulan sebelumnya. tidak melayani per crot ya.... sistem kontrak show time: per jam : 20jt per hari : 200jt(12jam) 1x24 jam non stop : 350jt long time ? : bisa dibicarakan. tentunya harga itu tak mahal buat kalangan pengusaha .dan sebanding dengan kecantikan Risma. Dan ada seorang pengusaha kaya,masih muda,tampan,,berwibawa,dan sangat mempertahankan prinsip,berjiwa sosial tinggi.yang mengontrak Risma selama 10thun.pemuda ini bernama Bayu Samudra. tak ada lho pengusaha yang tak ingin kencan dengan Risma.nih ya mulai dari: pengusaha es cendol pengusaha gorengan pengusaha properti hingga pemilik perusahaan perusahaan besar. saking cantik nya,dari kalangan bawah sampai atas berebut ingin kencan dengan Risma. RANGKING # 1 bokeb # 1 sex # 1 semi # 1 telenovela # 1 ftv # 1 xxx # 1 blue # 1 hot # 2 konten dewasa # 1 Romance # 1 fiksi # 1 populer Di update 09/11 2020

Letto_Anker · Urban
Not enough ratings
42 Chs

Part. 2/Bab. 27 Kain Penutup Mata.

Karena melihat rok nya Dewi semakin basah dengan tetesan darah yang terus-menerus mengalir dari luka di pahanya tersebut. Tanpa berpikir panjang Anton segera melepaskan rok yang sedang di kenakan oleh Dewi tersebut.

Ya,  Anton melepaskannya, Anton melepas rok itu dan bergegas mengambil perlengkapan obat (kotak P3K), untuk mengobati luka Dewi.

Setelah Anton kembali dari mengambil kotak "P3K" tersebut, Anton segera membersihkan darah dan luka di paha Dewi, sedangkan Dewi masih dalam keadaan pingsan.

Namun ketika Anton tengah membersihkan luka dipaha tersebut, tiba-tiba Dewi tersadar dari pingsan nya karena lukanya terasa perih saat di bersihkan oleh Anton.

Saat terbangun dari pingsannya itulah, Dewi tercengang, ketika melihat wajah Anton yang berada diantara kedua pahanya, dengan muka yang hanya berjarak satu jengkal tangan saja dari daerah privasinya.

Seketika itu pula, Dewi membangunkan tubuhnya dari berbaring menjadi setengah duduk dengan kedua tangannya sebaga penopang tubuhnya.

"Anton!!! Sedang apa kamu berada diantara kedua pahaku? Lancang! Kamu telah meraba raba pahaku dan mengangkangkan kakiku." ucap Dewi dengan tegas sembari sedikit membangunkan tubuhnya, dengan bertopang pada kedua tangannya.

Mendengar ucapan Dewi yang dengan tegas memakinya, Anton segera menyahut ucapan tersebut. Namun dengan tidak menghentikan membersihkan luka di paha Dewi.

"Kalau ini nggak segera diobati, bisa infeksi, kamu mau kaki mu diamputasi karena infeksi?" tanya Anton sembari membersihkan luka tersebut.

Mendengar perkataan Anton, perlahan-lahan Dewi pun kembali membaringkan tubuhnya sembari tangannya mengerang dan meremas-remas tempat tidur, tempat dia tengah berbaring, sebab ..., rasa perih dibagian pahanya semakain terasa, saat Anton membersihkan luka di bagian pahan tersebut.

"Tahan sebentar ya ..., aku akan memberinya obat, mungkin ini akan sedikit terasa sakit." ucap Anton sembari mengobati luka tersebut secara perlahan.

"Iya!!" sahut Dewi dengan tegas dan cepat.

Sembari menahan sedikit Rasa sakit karena obat yang di berikan oleh Anton pada bagian lukanya tersebut, Dewi berkata dalam hati.

"Anton ..., Anton! Kenapa harus kamu sih ..., yang ngobatin lukaku, aku, kan, jadi malu ...." ucap Dewi dalam hati.

Ketika memberikan obat pada luka di bagian paha tersebut, tanpa sengaja Anton melihat goresan kecil di bagian selangkangan Dewi, goresan itu terlihat menembus kearah bagian privasi Dewi, yaitu bagian yang tertutup oleh celana dalam Dewi, yang menimbulkan ada sedikit bercak darah di bagian celana dalam tersebut.

Karena melihat bercak darah di bagian celana dalan yang sedang Dewi kenakan tersebut, lalu Anton mengambil kain penutup mata dan memberikan nya kepada Dewi. Entah apa yang ingin dilakukan oleh Anton dengan kain penutup mata itu.

"Pakailah ini, buat menutupi matamu." ucap Anton sembari memberikan kain penutup mata untuk Dewi.

"Kenapa? Kan, sudah selesai?" tanya Dewi sembari memegang kain penutup mata yang di berikan Anton padanya.

"Tutup matamu dengan kain itu, biar kamu nggak pingsan lagi, aku akan melepaskan celana dalam mu." kata Anton sembari duduk dengan menumpangkan kedua kaki Dewi diatas kedua pahanya.

Ternyata Anton memberikan kain penutup mata tersebut, agar Dewi tidak pingsan lagi karena melihat darah.

Yups! Itu benar. Namun, saat mendengar Anton ingin melepaskan celana dalamnya, seketika itu pula, Dewi langsung emosi.

"Sialan kamu Anton! Aku ini kakakmu! Jangan macam-macam! Atau akan aku pukul kepalamu." kata Dewi dengan tegas sembari menyingkirkan kedua kakinya dari pangkuan Anton.

"Ada luka di bagian selangkangan kamu yang menembus kebagian yang berada didalam celana dalam kamu." ujar Anton sembari mencolekkan ke bagian luka pada selangkangan tersebut.

Seketika itu pula, Dewi merintih.

"Aoh ...." rintihan Dewi saat jari Anton menyentuh selangkangannya yang sedang terluka, lalu ....

"Sakit tau! Lagian, itu, kan, bagian privasiku, mana boleh kamu seenaknya gitu, Anton ...." kata Dewi sembari memukul Anton lirih dengan tangannya.

"Tenanglah ..., aku tidak akan melihatnya, usai melepas celana dalammu, aku akan menutupi bagian vaginamu saat aku mengobati lukamu, aku ini adikmu ..., aku cuma ingin mengobati nya saja, kalau bukan aku, siapa lagi yang akan merawatmu ...?" ujar Anton.

Ucapan Anton membuat Dewi terdiam dan berpikir sejenak. Setelah di pikir-pikir oleh Dewi, kata kata Anton ada benarnya, juga! Lalu Dewi mengijinkannya untuk melepas celana dalam miliknya.

"Benar juga, kata Anton. Kalau bukan dia, siapa yang bakal peduli'in aku, Kak Risma sama Kak Bayu, kan, nggak ada disini? Lagian Anton, juga adikku, nggak mungkin dia macam-macam padaku." kata Dewi dalam hati, lalu ....

"Baiklah ..., tapi janji ya, kamu nggak bakal liat?!" tegas Dewi.

"Iya ...." sahut Anton dengan lembut.

Mendengar ucapan Anton yang berjanji untuk tidak melihat privasinya dan akan menutupinya saat ia mengobati luka tersebut, Dewi segera menutup matanya dengan kain yang diberikan oleh Anton.

Ketika melihat Dewi sudah menutup matanya, Anton segera melepas celana dalam tersebut dengan perlahan-lahan agar tidak menyenggol luka di bagian paha Dewi yang baru saja ia obati.

Dengan pelan Anton melepas celana dalam itu, otomatis ..., Anton secara  sengaja dan tidak sengaja dia melihat bentuk dan model dari vaginanya Dewi yang masih dalam posisi terhimpit oleh kedua paha tersebut.

"Bagus juga vaginanya, masih merah, bulunya juga sedikit lebat, imut banget sih, Dew ... Dew!" ucap Anton dalam hati saat melepaskan celana dalam tersebut sembari sesekali menatap vagina Dewi yang menurutnya sangat imut dengan warna kemerah-merahan dan bulu yang sedikit lebat tersebut.

Usai melepaskan celana dalam tersebut, Anton segera meminta Dewi untuk mengangkangkan kakinya.

"Mengangkanglah." perintah Anton sembari lekas menyiapkan obat untuk mengobati luka tersebut.

Mendengar Anton memintanya untuk mengangkang, tanpa berpikir panjang, Dewi pun segera mengangkangkan kakinya, karena Anton sedang ingin mengobati lukanya.

Setelah Dewi mengangkang, seketika itu pula, Anton justru terkejut.

"Buset ..., Indah banget, bikin ngiler, aja!" ucap Anton dalam hati saat melihat vagina tersebut terbuka lebar-lebar dengan lubang yang terlihat sangat jelas dan berada tepat di hadapannya.

Usai mengangkang , Dewi merasa kalau vaginanya belum ditutupi oleh Anton, lalu ....

"Tutup nya mana! " teriak Dewi saat merasa lubang vaginanya telah terbuka dan belum ditutupi.

Karena Dewi berteriak, teriakan tersebut membuat Anton kaget dan langsung menutupi vagina tersebut, namun ....

"Kok, anget-anget gini, gerak-gerak, lagi!" ucap Dewi dalam hati saat merasa sesuatu yang menutupi vaginanya tersebut bergerak-gerak dan terasa hangat, lalu ....

"Anton ..., kamu menutupi nya pakai apa? Kok, rasanya aneh dan seperti ada denyut nadinya?" tanya Dewi yang merasa aneh dengan sesuatu yang digunakan untuk menutupi vaginanya.

"Tangan." sahut Anton dengan cepat.

Astaga-naga ..., ternyata Anton menutupi vagina Dewi dengan tangan pada waktu itu, entah apa yang ada dalam otaknya, sehingga Anton pada waktu itu menggunakan tangannya untuk menutupi vagina tersebut.

Mendengar kalau Anton menutupinya dengan tangan. Seketika itu pula Dewi tercengang, kaget, emosi, kesal dan malu. Lalu ....

"Anton! Kamu gila ya?!" tanya Dewi dengan tegas dan kesal.

"Habisnya ..., kamu teriak hingga membuatku kaget, jadi ..., secara spontan aku langsung menutupinya dengan tangan. Lagian ..., aku lupa, nggak siapin handuk nya buat tutupin vagina kamu." ungkap Anton.

"Ya sudah! Tunggu apalagi! Cepat! Ambil handuk sana!" kata Dewi dengan tegas.

"Yah ..., kalau aku ambil handuk, berarti aku melepaskan tanganku dong ..., itu berarti ..., aku akan membukanya, dan pasti, aku akan melihatnya." ujar Anton.

Lagi lagi alasan Anton masuk akal dan membuat Dewi bingung.

"Tapi, itu, kan, daerah terlarang Ton ..., itu privasiku." kata Dewi.

"Yang penting ..., aku, kan, tidak melihatnya." ucap Anton sembari mengobati luka di bagian selangkangan tersebut.

"Tetapi, kan, kamu menyentuhnya ..., dan pastinya, aku merasakan sentuhanmu itu." ungkap Dewi.

Ketika mendengar apa yang telah di katakan oleh Dewi itulah, Anton baru menyadari kalau sentuhan tangannya pasti terasa oleh Dewi.

"Benar juga! Pasti sedikit banyak, Dewi juga merasakan sentuhan dan gerakan dari jariku. Pastas saja! Hingga dia tidak sadar, kalau aku sudah selesai mengobati lukanya, mungkin enak, kali ya, rasanya?" tanya Anton dalam hati sembari senyum-senyum sendiri.