webnovel

Nongkrong di Cafe

Malam ini Bara berencana ingin pergi ke cafe, biasalah anak muda pengen nongkrong cari yang segar-segar. Namun, dia tiba-tiba kepikiran suatu hal. Dia bergegas memakai jaket dan menyalakan motor ninja merahnya untuk segera berangkat. Entah dia mau kemana apakah ke cafe atau ke tempat lain? Namun wajah Bara terlihat sumringah saat melanjutkan motor.

Bara memarkirkan motor miliknya di sebuah halaman rumah. Rumah Bea! Bara segera menekan tombol bel rumah Bea dengan memasang muka yang menurutnya paling cool.

Saat pintu terbuka lebar Bara juga ikut nyengir lebar. "Hai?" sapa Bara sumringah.

"Lo! ngapain lo kerumah gue malem-malem? Mau bayar utang? Emang lo punya utang ke gue?" tanya Bea dengan nada seperti Tante galak.

"Kalo ngomong suka bener," balas Bara tak berdosa.

"Kalo gak ada keperluan gak usah datang."

Bea segera menutup pintunya, namun gagal. Pintu rumah Bea dihadang kaki Bara dengan cepat. Bea melotot mengancam Bara. Namun Bara malah tertawa renyah melihat ekspresi Bea yang melotot seperti itu.

"Lo lucu, kayak mamah tiri yang mau ngejahatin anak tirinya," ucap Bara terbahak geli.

"Serah lo!"

"Ikut gue yuk, Mamah Tiri," ajak Bara menahan tawa.

Belum sempat Bea menjawab Bara sudah dengan cepat menarik pergelangan tangan Bea untuk menuju motor miliknya. Karena Bara tahu kalo dia menunggu jawaban Bea pasti jawabannya sudah jelas Bea tidak mau.

"Punya hak apa lo narik-narik gue?" tandas Bea kesal.

"Punya hak asasi manusia dong," balas Bara tanpa merasa berdosa.

"Gue serius njing," emosi Bea menggebu-gebu.

"Gue punya anjing lo di rumah kapan-kapan main yah ke rumah gue siapa tau lo suka sama anjing gue," ungkap Bara dengan santai.

"Gak usah marah-marah gitu. Itu kepala lo udah ngebul gitu takut meledak. Cepat naik," sambung Bara.

"Mau kemana? Gue belum ganti baju kali. Ini gue pakean kayak gini mah kayak pakean ibu rumah tangga," balas Bea mencari-cari alasan untuk masuk rumah.

"Lo gitu juga udah cantik, Bea. Gak apa-apa lo kayak ibu rumah tangga toh juga nanti kan jadi ibu rumah tangga buat anak-anak kita nanti," ucap Bara menggoda.

Bea menjitak kepala Bara dengan keras, "Mimpi lo!"

Bara terbahak, "Aow, sakit, Matir."

"Matir? Apaan tuh?"

"Mamah Tiri, hehe." Bara terbahak tanpa henti. Bea berdecak sebal di panggil mamah tiri oleh Bara. Nih cowok emang ngajak gelut mulu, heran.

Bea segera naik ke motor Bara agar Bara tak menertawakannya lagi.

"Cepat jalan sebelum gue berubah pikiran," suruh Bea. Bara segera mengajukan motornya dengan girang. Dia terus tersenyum penuh kemenangan.

Bara Dan Bea berhenti di sebuah cafe. Cafe tongkrongan anak muda jaman sekarang. Bara dan Bea memilih bangku paling pojok agar mereka bisa melihat lalu-lalang mobil dan motor di malam hari lewat jendela.

"Lo pesan apa?" tanya Bara.

"Serah lo."

"Mbak kita pesan spaghetti carbonara 2 sama es cappucino ya," ucap Bara kepada pelayan.

Bea melongo mendengar pesanan Bara. Karena dua menu itu adalah makanan dan minuman favoritnya Bea, dari mana Bara bisa tahu makanan dan minuman favoritnya?

'Untung gue tanya-tanya ke Vidia makanan kesukaannya Bea. Kalo gak, bisa kebingungan gue mau pesan apa. Kalo salah pesan bisa jadi perang dunia di cafe entarnya' _batin Bara.

Pesanan mereka akhirnya datang, mereka segera menyantapnya walaupun sesekali Bea marah-marah gak jelas tanpa perduli dia sedang mengunyah. Namun Bara selalu bisa membalas makian Bea dengan santai.

Tanpa mereka sadar ada satu pasang mata yang sedang memperhatikan mereka.

Bara izin pamit ke toilet, Bea mengangguk mengiyakan. Bara bergegas ke toilet karena sudah tak tahan ingin buang air kecil.

Saat Bara keluar dari toilet pria tiba-tiba seseorang yang menunggunya dengan tatapan tajam.

"Ngapain lo?" tanya Bara dengan alis menukik tajam.

"Jadi dia. Dia orang yang lo sayang?"

"Gak usah ganggu hidup gue lagi, Gam," balas Bara kepada orang itu. Dia adalah Agam.

"Tunggu tanggal mainnya, Bar," ungkap Agam dengan sinis.

"Apa masalah apa lo sama gue?" tanya Bara dengan tatapan tajamnya.

"Masalah gue ke lo?" Agam tersenyum sinis sebelum melanjutkan bicaranya. "Lo ingat dulu? Dulu gue pernah suka sama Relyn, tapi malah Relyn suka sama lo. Gue kira dulu lo itu sahabat gue karena kita udah kenal dari kecil. Namun katanya lo malah nerima Relyn pacar lo," sambung Agam menjelaskan.

Relyn, dia adalah teman SMP Bara dan Agam. Relyn itu orangnya cantik dan juga smart sampai-sampai Relyn di gilai pria-pria lain di sekolah SMP-nya. Dulu Agam dan Bara adalah sahabat sejak kecil namun semenjak ada Relyn, Agam menjauh dari Bara setelah Agam tahu Bara dan Relyn resmi pacaran. Agam juga yang membuat hubungan Bara dan Relyn hancur dengan menyebar luaskan fitnah tentang Bara kepada semua orang.

Setelah itu Agam sekeluarga memutuskan untuk pindah tugas ke Bandung. Namun sekarang Agam kembali ke Jakarta dan memilih sekolah di tempat Bara untuk membalas dendam.

"Lo suka Relyn?" tanya Bara penasaran.

"Iya! Tapi dulu sebelum Relyn jadi pacar lo," balas Agam menunjuk-nunjuk Bara.

"Gue minta maaf. Gue gak tau kalo Lo juga suka sama Relyn," ungkap Bara.

"Percuma! Semua percuma," balas Agam sinis.

"Gue minta maaf serius, gue gak tau kalo lo juga dulu suka sama Relyn. Gue harap po gak bakal balas dendam sama gue dengan manfaatin Bea. Bea itu gak tau apa-apa ini urusan kita, Gam," tandas Bara mewanti-wanti.

"Lo tunggu aja entar," balas Agam mengancam dan berlalu meninggalkan Bara yang mematung. Saat itu juga, Bara sadar, Agam tidak akan bermain-main dengan ucapannya.

***

Bea terbangun dari tidur pulasnya karena jam weker berdering. Tak hanya jam wekernya berdering namun handphonenya pun berdering. Bea segera mengambil handphonenya dan membuka roomchat untuk membaca chat.

Vidia: Lo berangkat sama siapa?

Bea: Sama cowok.

Vidia: Siapa? Gak cerita nih? oh gitu lo ya.

Bea: Supir taxi.

Vidia: Anjirrr gue serius, Bea.

Bea: Gue juga serius, Vid. Gue mandi dulu takut kesiangan.

Vidia: Gue jemput aja ya.

Bea mengabaikan chat dari Vidia. Bea bergegas ke kamar mandi untuk segera mandi, dia takut dia akan kesiangan.

Saat Bea sedang berdandan, pembantu rumahnya, Bi Ijah mengetuk pintu kamarnya.

"Non Bea," kata bi Ijah.

"Iya, Bi." Bea membuka pintu kamarnya.

"Itu di depan ada teman cowok, Non."

Bea terdiam penasaran siapa pria tersebut.

"Iya, Bi. Gwen masih belum rapih. Bilangin tunggu bentar gitu ya. Bentar lagi Bea ke bawah."

"Iya, Non." Bi Ijah segera turun untuk memberitahu pesan Bea kepada temannya.

"Pasti di depan si kunyuk Bara," gerutu Bea menebak-nebak.

Bea segera mengirim SMS kepada Vidia agar Vidia tak menjemputnya.

Bea: Vid, gak usah ke sini ya. Gue udah ada yang jemput, kita ketemu di sekolah aja.

Send.

***

Bersambung.