webnovel

0. Prolog

Sebuah Alasan

Suara gemuruh itu hanya terdengar pelan di pikiranku

Semua terasa hanya titik-titik bayangan dalam pandanganku

Hampa, Kosong dan hanya sakit yang terasa dalam hati

Apakah ini benar terjadi?

Pertanyaan yang muncul dari hatiku yang terus-menerus menggema dalam pikiranku

Hela napas yang berulang kali dan menuntunku untuk pergi

Apa salahku sebenarnya...

Mengapa harus ku dapatkan luka yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya

Mengapa harus kurasakan sebuah kesedihan yang membuatku tak sanggup tuk menerimanya

Benarkah ini terjadi?

Sekali lagi pikiranku berkata dengan pasti bahwa aku harus pergi

Aku mencoba untuk menolak kenyataan

Saat semua kenanganmu menjadi luka yang menggores hatiku

Di saat kenangan kita kau tukar dengan kata mendua

Aku tak mengerti...

Aku semakin tak mengenalmu..

Kamu yang dulu ada dalam hidupku

Dan menumbuhkan sebuah cinta yang bersemi di hatiku

Menghilang dan meninggalkanku dengan sebuah luka yang dalam

Apakah kamu tahu?

Kamu telah membuat semua harapan dan kepercayaan itu hancur

Kamu yang telah berpaling dan berlari jauh dari hidupku

Mengapa kamu lakukan ini padaku?

Mengapa kamu berikan harapan palsu

Di saat aku ingin berlalu menjauh darimu

Kau mengejarku tuk kembali

Buat apa?

Pertanyaan baru muncul dalam pikiranku...

Apa alasanmu berhak untuk kembali

Aku tak tahu isi hatimu..

Aku tak tahu apa yang ada di pikiranmu

Namun aku hanya tahu satu

Aku tak ingin kembali

Bersama luka itu, bersama kamu dan kenanganku

❄❄❄

Jakarta, Maret 2019

Suasana bandara Seotta sore itu cukup ramai dipadati penumpang. Tampak seorang perempuan cantik, tinggi dan memakai kaca mata hitam dengan memakai tas selempangan hitam seorang diri sedang berjalan sambil menenteng sebuah koper ditambah sebuah tas berwarna biru gelap di atasnya menuju bagian keberangkatan internasional.

Dia pun mengambil sebuah trolley dan memindahkan barang-barangnya di atas trolley seorang diri. Lalu kembali berjalan menuju tempat check-in bandara.

Ya, namanya Reina. Usianya dua puluh enam tahun. Dia merupakan seorang keturunan Korea Indonesia yang berasal dari Seattle dan telah tinggal di Jakarta selama tujuh tahun. Mamanya yang berasal dari Jakarta, sedangkan Papanya adalah orang Korea yang tinggal di Amerika. Hari ini dia akan pindah dan menetap di Korea seorang diri. Karena kedua orang tuanya kembali tinggal di Seattle.

Dia pun mampir ke sebuah restoran cepat saji di dalam bandara untuk membeli makanan. Reina yang tinggal sendiri tak sempat membeli makan siang karena dia harus melalui beberapa jam dengan kemacetan kota Jakarta untuk menuju bandara. Dia juga tak ingin ketinggalan pesawat lantaran tak berangkat ontime.

Sebuah perjalanan yang akan panjang dan melelahkan. Namun dia masih tersenyum dan berterima kasih ketika petugas salah satu makanan cepat saji tersebut memberikan makanan yang dia pesan. Setelah membeli makanan, Reina kemudian berjalan menuju pintu check in bandara dengan trolley yang dibawanya.

Namun langkahnya pun terhenti ketika ada seseorang memanggilnya dari kejauhan.

"Reina! Tunggu Rei..!!! Ucap seseorang dari belakang berjalan dan memanggil nama Reina dari kejauhan.

Reina pun segera memberhentikan trolley yang dia bawa dan mencari asal suara yang memanggilnya barusan. Dia pun menoleh ke arah kanan dan kiri, namun belum tampak seseorang yang memanggilnya tadi.

Kebetulan sore itu merupakan hari weekend sehingga semua penumpang ramai memadati bandara untuk berpergian menghabiskan hari libur bersama keluarga atau banyak juga yang liburan baik di dalam maupun luar negeri. Mereka pun kebanyakan pergi bersama-sama dan jarang sekali yang melakukan solo travelling seperti dirinya.

Karena suasana Bandara Seotta sore itu terlihat makin ramai, Reina yang membawa trolley kopernya menghentikan langkah sejenak dan berusaha mencari kembali dimana sumber suara berasal. Terlihat seseorang yang familiar berlari menghampiri Reina dengan nafas terengah-engah karena berlarian.

"Reinaaaa! Tunggu.." Panggil lelaki tersebut dengan suaranya yang lantang.

Teriakan kedua kali dari lelaki itu yang semakin jelas membuat Reina tahu siapa yang memanggilnya. Reina masih diam dan tak ingin menjawabnya. Ada rasa enggan dalam hatinya dan dia ingin segera check-in dan boarding. Pikirannya dia ingin berhenti berjalan, namun dalam hatinya berkata dia harus kembali berjalan dan menghindari lelaki ini.

Reina pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya untuk check in pesawat. Namun lelaki yang memanggil Reina kini sudah ada dan datang di depan mata dan berusaha menghentikannya untuk pergi.

"Rei..Bisakah kamu tak pergi..." ucap lelaki itu kembali sembari menatap mata Reina.

Reina diam seribu bahasa dan mengacuhkan lelaki tersebut dan bersiap kembali untuk pergi dan melanjutkan perjalanannya.

"Rei... please tunggu..! Please katakan sesuatu, Rei. Jangan diem aja.. Reinaa.. please tolong dengerin aku..." panggil pelan dan kali ini sembari memegangi lengan kanan Reina.

Mau nggak mau akhirnya Reina pun berhenti dan berbicara padanya.

"Kamu mau apalagi Reno...?" ucap Reina kesal dan akhirnya Reina membalikkan badan dan mengenali yang memanggilnya adalah mantan kekasihnya, Reno.

"Please...aku bisa jelasin semuanya Rei....ini semua adalah salah paham… maafkan aku Rei. ..tapi please aku mohon kamu dengerin aku dulu...." balas Reno perlahan.

"Kamu mau minta maaf apalagi? Semua sudah jelas. Apa yang ku lihat dan apa yang aku dengar semuanya sama. Kamu sudah tidak bisa mengelak lagi, Ren. Dan kamu tahu kan, hubungan kita sudah berakhir. Kamu sendiri yang memutuskan aku.." Balas Reina dengan nada kecewa.

Rei..aku minta maaf atas semua yang aku lakuin...aku memutuskanmu saat itu karena aku terpaksa melakukannya. Tapi ternyata aku nggak bisa lupain kamu, Rei.. Please maafin aku yaa." Ucap Reno yang kali ini meminta maaf pada Reina dengan tulus.

"Kamu mau minta maaf apa lagi, Ren. Semua sudah cukup jelas. Aku pikir mungkin karena aku yang tidak bisa memberikan waktu banyak untukmu. Aku pikir karena aku kurang perhatian dan terlalu sibuk bekerja. Tapi ternyata.. kamu telah mengkhianatiku." Ucap Reina yang tak kuasa mengeluarkan isi dalam hatinya.

"Maafkan aku, Rei.. aku sangat bersalah padamu.." ucap Reno yang kini tak bisa memberikan banyak alasan.

"Minta maaf karena sudah menghancurkan hubungan kita yang kita bangun dari bangku SMA? Minta maaf karena mau nikah atau udah tunangan sama orang lain? Minta maaf karena sudah selingkuh di belakangku? Sudah cukup Reno..aku sudah tahu semuanya..apa yang ingin kamu jelasin.. maaf, tapi aku tak mau mendengarnya lagi." Ucap Reina yang terlihat kesal melihat Reno tak bisa berkata apa-apa untuk membela dirinya.

Reno terlihat kaget mendengar kata-kata Reina. Bagaimana Reina bisa tahu kabar pertunangan dan rencana pernikahannya. Bagaimana Reina tahu itu semua. Tapi Reno tak gampang menyerah, dia pun berusaha mencoba untuk menjelaskan dari sisinya. Dan berharap Reina mau mendengarkan dan percaya padanya walau hanya satu kata.

"Aku menyesal, Rei... tolong maafkan aku.. maaf sudah menghancurkan hubungan kita. Maaf karena aku telah menyakitimu. Aku dijodohkan oleh orang tuaku dengan wanita lain. Tapi jika kamu mau maafin aku, aku akan membatalkan pernikahanku. " Balas Reno yang sekali lagi membuat Reina semakin marah.

"Apa maksudmu Reno.. aku sudah nggak bisa ngertiin kamu lagi. Apa yang sebenarnya kamu pikirkan? Bagaimana kamu bisa bilang akan membatalkan pernikahan jika aku menerima kamu lagi. Kita sudah jalan masing-masing. Dan tak ada jalan untuk kita kembali bersama." Ucap Reina mencoba mengingatkan Reno bahwa dia sudah tak bisa menerima cinta Reno.

"Aku masih sayang kamu Rei.. aku tak ingin kamu pergi meninggalkanku.." ucap Reno sembari berusaha menahan Reina pergi.

Dan tiba-tiba tangan kanan Reina memukul pelan pundak Reno.

"Buat apa kamu mengatakan semua ini Reno. Semua sudah terlambat. Kita sudah tak bisa bersama. Kamu jahat, Reno...!" Reina menghela nafas panjang.

"Tolong maafkan aku Reina, aku sangat mencintaimu.. please jangan pergi!" Pinta Reno pelan berharap Reina tak pergi meninggalkannya.

"dung... dung...dung...dung Pesawat KTXXXX dengan nomor penerbangan KTxxxxx tujuan Seoul telah memasuki area keberangkatan. Diharap penumpang dapat segera check in." Terdengar suara petugas sedang menginformasikan keberangkatan pesawat yang akan ditumpangi Reina.

Reina pun memandangi jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Sudah saatnya dia harus segera check in pesawat. Dia pun bersiap mendorong trolley yang dia bawa.

"Maaf Reno... aku harus pergi. Kita tak mungkin kembali bersama. Mungkin ini adalah takdir kita. Selamat atas pernikahanmu. Aku harap kamu selalu bahagia." Ucap Reina yang segera pergi meninggalkan Reno.

Reina pun mencoba melanjutkan perjalanannya dengann memutar trolley koper menuju tempat check in pesawat.

"Rei.. kapan kamu akan kembali?" tanya Reno yang melihat Reina berlalu meninggalkannya.

"Aku tak tahu..aku mungkin tak akan kembali...selamat tinggal Reno. Semoga kamu bahagia." ucap Reina yang kembali bergegas meninggalkan Reno dan segera check in.

Reno pun telah jauh dan telah tak terlihat. Saat Reina check-in dan menuju gate untuk boarding. Reina pun tak kuasa menahan air mata yang jatuh menetes di pipinya. Perpisahan sesungguhnya adalah ketika kamu sudah tak bisa lagi melihatnya. Dan itu mungkin kini yang dia alami.

Sebuah perpisahan yang terasa menyakitkan. Sebenarnya tak ada lagi yang membuatnya ingin kembali. Mau apalagi dia di Jakarta. Semua keluarganya telah pindah ke Seattle sejak tahun lalu.

Meskipun setahun belakangan dia masih menetap di Jakarta itu pun karena kerjaannya sebagai salah satu editor Majalah Fashion Internasional yang memiliki salah satu cabang di Jakarta, LOOK.

Dan entah kenapa Reno tiba-tiba memutuskannya dengan mendadak dan setelah dia mendengar kabar perselingkuhan Reno dari rekan kerjanya di kantor, sudah tak ada lagi alasan untuk menahannya untuk tetap tinggal di kota Metropolitan ini.

Air mata dan kesedihan telah membuatnya berhenti untuk terlalu berharap banyak pada seseorang yang telah bersamanya selama hampir enam tahun. Apalagi tiba-tiba dia mendapat tawaran untuk mengisi bagian editor untuk bagian kota Seoul. Lebih baik dia segera pergi untuk menenangkan diri dan melupakan semua kenangan yang dia bangun bersama Reno.

Perpisahan itu memang sangat berat. Namun dia juga tahu, semua ini mungkin jalan terbaik. Daripada setiap hari dia akan berpikir mengapa mantan kekasihnya itu pergi dan berpaling.

Hanya akan membuat luka dalam hatinya. Dan lebih baik dia pergi dan menjauh. Jauh dari semua hal yang menyakitinya. Dan jauh dari Reno.

❄❄❄

Setelah melewati pemeriksaan bagasi dan check in, sore itu akhirnya Reina terbang meninggalkan Indonesia.

Negara yang dicintainya, negara penuh kenangan bersama para sahabatnya dan negara dimana dia menghabiskan masa SMA.

Dan sekarang dia harus memulai hari-harinya yang baru, di sebuah Kota yang terasa familiar namun belum dia tinggali untuk waktu yang lama, Kota Seoul.

Meskipun dia pernah tinggal disana selama seminggu, tapi itu akan terasa berbeda. Dia akan tinggal lebih lama dan Reina sendiri tak tahu akan berapa lama dia tinggal di Seoul.

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih tujuh jam, akhirnya Reina sampai di Bandara Incheon. Reina sampai sekitar pukul lima pagi.

Saat itu Bandara Incheon terlihat sepi. Sudah tidak banyak penerbangan yang ada di list kedatangan. Para penumpang pun tak sebanyak di jam-jam beraktivitas.

Rasa jetlag dan kelelahan mulai menghinggapi Reina. Tak mau berlama-lama di bandara, setelah pengecheckan imigrasi dan pengambilan bagasi, dia pun segera memesan taksi dan menuju apartement yang telah dibeli keluarganya sebulan yang lalu saat dia masih ada di Jakarta.

Setelah tiga puluh menit perjalanan akhirnya dia sampai di sebuah apartement yang tak jauh dari Gangnam. Rasa kelelahan perjalanan jauh baru dia rasakan.

Meskipun dia sudah sering bolak-balik Jakarta-Seattle untuk menemui keluarganya, rasa lelah kali ini terasa berbeda. Mungkin karena lelah fisik dan lelah pikiran.

Meskipun dia mulai lapar, Reina tak ingin memesan makanan atau keluar dari apartement untuk membeli makanan, dia tak ingin beranjak dari tempat tidurnya. rasanya pagi itu dia hanya ingin rebahan di kamar apartement.

Setelah sampai di apartement yang terletak di salah satu kawasan elite Seoul, apartement keluarganya. Reina pun langsung menuju kamar apartement dan memindahkan koper dan barang-barang yang dia bawa.

Entah mengapa, sesampainya di apartemen dia langsung duduk di sebuah sofa yang ada di ruang tamu.

Tak terasa air mata menetes dan jatuh membasahi pipinya. Setelah sekian lama, dia berusaha tegar menghadapi semua permasalahan yang terjadi dalam hidupnya, kini rasanya semua tumpah ruah menjadi air mata yang tak bisa dia bendung lagi.

Kisah perjalanan cintanya selama enam tahun kandas, dan tersisa hanyalah sebuah kesedihan dan penyesalan.

Yang lebih menyakitkan mungkin saat Reno datang dan menghampirinya. Meskipun Reno berusaha menjelaskan apa yang terjadi, namun tak membuatnya merubah keputusannya untuk berpisah dengan Reno. Reina sudah cukup lelah untuk menahan semua kekesalan dan kecewaannya selama ini.

Seperti sebuah luka yang dia berusaha obati namun tiba-tiba luka itu terkoyak kembali. Pikirannya melayang kembali teringat saat dia mulai mengenai Reno enam tahun yang lalu.

❄❄❄

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Creation is hard, cheer me up!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

haru2403creators' thoughts