webnovel

Farmakologi Cinta

Dikisahkan dua remaja SMA yang bersahabat. Danu yang tampan, pendiam, dan pintar, bersahabat dengan Pradita si cewek tomboy, tapi punya daya tarik tersendiri. Gara-gara kalah balapan, Pradita dihukum harus menjadi pacarnya Bara selama seminggu. Wah, beneran gak tuh pacarannya? Menurut para cewek-cewek, Bara itu adalah cowok tercakep dan terkeren seantero sekolah farmasi. Udah cakep, keren, tajir, model, pinter lagi. Aaah, sempurna banget sih? Gak juga. Bara juga punya kekurangan. Ia memiliki masa lalu yang tidak akan ia ceritakan pada siapa pun selain ... Pradita. Well, Danu tidak bisa tinggal diam melihat sahabatnya terjerat cinta pada cowok menyebalkan seperti Bara. Danu terus menerus mencari-cari kesalahan Bara hingga membuat Pradita jadi kesal. Padahal Danu sendiri sudah berpacaran dengan Arini, si gadis cantik manis seperti gulali. Pradita dan Danu jadi bermusuhan. Belum lagi, Pradita menjadi rebutan para laki-laki di sekolah. Jadi, sebenarnya Danu itu sayangnya sama Arini atau Pradita ya? Lalu, apa Bara sebenarnya sayang sama Pradita atau semua ini hanya sekedar permainan? Setelah lulus SMA, mereka semua berpisah dan menjalani hidup masing-masing. Suatu hari mereka saling bertemu kembali. Siapa sangka jika Pradita si gadis preman bisa berubah menjadi wanita yang anggun dan cantik jelita? Tidakkah Danu merasa menyesal karena sempat bermusuhan dengan Pradita? Akankah Danu mencoba untuk menyatakan perasaannya yang sebenarnya pada Pradita? Siapakah pria yang akan berhasil mendapatkan hati Pradita? Temukan kisah mereka hanya di Webnovel. PERHATIAN! Buku ini mengandung konten dewasa. Harap yang masih di bawah umur untuk tidak membaca buku ini. Bijaksanalah sebelum memilih bacaan Anda. Terima kasih. Silakan follow IG saya: santi_sunz9

Santi_Sunz · Adolescente
Classificações insuficientes
405 Chs

18. Alisha Gak Setia Kawan

"Iya, iya. Gua pikir kaki gua bakalan baek-baek aja. Taunya malah kayak gini." Pradita cemberut, lalu ia teringat sesuatu. "Eh, Al. Lu percaya gak tadi si Bara bilang apa? Masa dia ngeklaim kalo dia menang terus dia bilang gua harus nurut sama kemauan dia! Sialan banget sih tuh orang!"

Alisha malah tertawa sambil menengadahkan kepalanya ke belakang. "Sukurin! Hahahaha … Gua jadi pengen tau dia pengen apa dari lu."

"Ih lu mah yah. Jadi sohib kaga setia kawan. Dia itu licik, Al. Masa lu gak belain gua sih? Lu kan yang jadi jurinya. Dia tuh gak berhak menang. Gua kan tadi tenggelam gegara kaki gua keram. Harusnya juga balapannya diulang pas kaki gua udah gak sakit."

"Nah, kaki lu kan udah gak sakit, Dit. Gih sana lomba lagi." Alisha malah mengejeknya.

Pradita jadi semakin kesal. Ia tidak menyangka jika sahabatnya itu malah lebih membela Bara daripada membelanya.

Alisha tertawa lagi. "Udah lah. Biarin aja. Emangnya dia mau apaan sih dari lu?"

"Gak tau! Awas aja kalo sampe dia berani macem-macem sama gua." Pradita memasang wajah bengis. "Bakalan gua tonjok tuh muka ampe bengep."

Alisha langsung berhenti tertawa. "Jangan, Dit. Penggemar dia banyak, termasuk gua. Jangan ditonjok ya, Dit. Cukup dielus-elus aja."

"Ah lu mah. Lu jadi gak akan belain gua gitu? Bilangin gitu balapannya gak adil. Biar dibatalin aja gitu perjanjian awalnya." Pradita mengguncang-guncang bahu Alisha.

"Emoh. Udah biarin aja. Biar lu dikerjain sama dia. Pengen tau gua. Dia sebenernya pengen apa dari lu."

"Alisha! Ah lu mah," rengek Pradita.

"Ih lu jaim dikit, napa? Malu tau diliatin nanti sama dia!"

Pradita melirik sedikit ke arah kursi ujung dan melihat Bara sedang berdiri sambil mengelap rambutnya. Pradita jadi menoleh supaya bisa melihatnya lebih jelas. Body-nya Bara memang yahud.

Masih muda perutnya sudah kekar dan berotot seperti roti sobek yang ada di toko kue. Pradita jadi lapar. Ingin rasanya ia menjilati roti itu dan kemudian menggigitnya satu per satu.

Buru-buru Pradita menampar dirinya sendiri. Ia tidak boleh berpikiran kotor seperti itu. Bahaya. Nanti ia jadi menginginkan hal yang lain, yang lebih … lebih … Astaga, cukup.

"Dit, sehat lu? Ngapain tabok muka sendiri?" tanya Alisha membuyarkan lamunannya.

"Kurang sehat, Al. Otak gua ngaco, soalnya tadi gua tenggelem. Kayaknya gua gak sengaja minum air pipis gua sendiri."

"Dita, ih jorok banget sih lu?!" rengek Alisha sambil menggeplak bahunya. "Emangnya lu pipis di kolam?"

"Kayaknya. Gua lupa."

"Eh, Dit. Kayaknya gua punya filing. Si Bara suka deh sama elu," ucap Alisha serius. Pradita mendesah kemudian memasang wajah bosan.

"Gak mungkin, Al. Dia tuh cuman mau ngerjain gua aja. Kalo dia suka sama gua, kenapa dia masih ngeklaim dirinya menang? Itu kan nyebelin."

"Dit, lu tuh ya kalem dikit gitu. Dia kan udah nolongin lu. Gua sempet liat lu ngilang di dalem aer tuh lama banget. Kalo si Bara gak cepet-cepet nolongin lu, wah bisa-bisa lu pingsan, Dit," kata Alisha.

Pradita mendesah kemudian melirik lagi ke arah tempat duduk Bara. Cowok itu sedang minum jus jeruk. Ada orang lain yang juga duduk di meja bareng sama dia. Sepertinya itu adalah teman sekelasnya. Pradita tidak mengenalnya.

"Dit, kalo sampe si Bara nembak lu gimana? Lu bakalan terima gak?"

Pertanyaan Alisha membuat Pradita sesak napas. Ia tidak pernah memikirkan tentang hal itu sebelumnya. Bagaimana mungkin seorang Pradita yang tomboy bisa berpacaran dengan seorang Bara yang keren dan dicintai banyak orang?

"Gak tau, Al. Gua lagi gak kepikiran buat pacaran sekarang," ucap Pradita lesu.

"Loh kenapa? Kan kapan lagi lu bisa pacaran sama cowok keren? Eh, tapi kalo lu gak mau mah buat gua aja, ga papa gua mah." Alisha nyengir.

Baru berenang sebentar saja, Pradita sudah lapar. Jadi ia dan Alisha memutuskan untuk memesan nasi goreng, persis seperti cita-cita Pradita sebelumnya. Uangnya di dompet cukup untuk membayar seporsi nasi goreng mahal di tempat renang.

Kalau di sekolah, seporsi nasi goreng itu hanya seribu lima ratus saja, tapi kalau di tempat renang jadinya lima ribu rupiah. Selama ini Pradita suka menabung uang jajannya dan menggunakannya untuk bersenang-senang seperti sekarang.

Sesederhana itu hal yang membuatnya bahagia. Ia bukan tipe cewek yang suka membeli baju atau sepatu baru. Apalagi kosmetik. Aduh, itu sih mustahil. Kalau Alisha anaknya memang senang bersolek.

Pradita pernah bermain ke rumahnya dan melihat koleksi kosmetik Alisha yang banyak banget. Ada pelembab, toner, pembersih wajah, bedak, lip gloss, eye shadow, blush on, dan beberapa botol parfum mahal. Katanya semua itu karena ibunya yang membelikan untuknya.

Kalau ibunya Pradita sih tidak mungkin membelikan benda-benda semacam itu untuknya, dan lagi Pradita tidak akan mau dibelikan kosmetik. Lebih baik uangnya untuk membeli makanan atau buku novel di Lembarpedia.

Kemarin ini ia sempat mengecek uang tabungannya di celengan yang sepertinya sudah mencapai empat puluh dua ribu rupiah. Uang segitu sudah cukup untuk membeli novel detektif kesukaannya.

Pradita menyendok nasi gorengnya dengan hati bahagia. Memang ya, nasi goreng di tempat renang itu jauh lebih enak daripada nasi goreng di kantin sekolah. Porsinya banyak dan ada suwiran ayam dan baso yang berlimpah. Lalu ada kacang polong, wortel, dan jagung sebagai pelengkap.

Pradita makan nasi goreng itu dengan lahap sampai-sampai timun, tomat, dan selada air yang hanya jadi garnis pun ia babat habis semuanya. Tak ada satu butir nasi pun yang tersisa. Alisha masih menikmati nasi gorengnya dengan cara yang lebih anggun.

Pradita meneguk air mineral dari botol, lalu ia bersendawa keras. "Aaaah, nikmatnya. Enak banget nasi gorengnya."

Alisha tersenyum. "Syukurlah kalo lu suka. Eh, nanti kalo gua udah beres makan, kita berenang lagi yuk. Gua kan belum berenang sama lu. Dari tadi lu sama Bara terus. Gua kan lonli."

"Oke deh. Hayu. Kita jauh-jauh dari Bara aja ya. Gua takut dikerjain sama dia. Kenapa ya gua malah punya firasat buruk kalo dia bakalan ngerjain gua habis-habisan?" Pradita menautkan alisnya sambil melirik lagi ke arah meja Bara.

Cowok itu sedang tertawa-tawa dengan temannya, lalu ia menoleh pada Pradita. Hal itu membuatnya tersentak dan buru-buru mengalihkan pandangannya.

"Tenang aja," ucap Alisha. "Dia gak akan mungkin ngebuli lu. Kalo sampe dia ngebuli, bakalan gua laporin ke kepsek. Kan udah berapa kali Ibu Nadya bilang, gak boleh ada pembulian di sekolah. Yang berani buli akan ditindak tegas. Gitu."

"Iya deh. Semoga aja apa yang lu bilang itu bener."

Setelah Alisha selesai makan nasi goreng. Mereka kembali masuk lagi ke dalam kolam. Alisha tidak sehebat Pradita dalam hal berenang. Merea memang senang bermain di area kedalaman tiga meter, tapi yang mereka lakukan hanyalah berenang bolak-balik dari kiri ke kanan yang pendek saja, tidak seperti saat Pradita dan Bara berlomba dari ujung ke ujung.

Lalu Alisha dan Pradita menarik napas dalam-dalam dan masuk ke dasar kolam tiga meter. Mereka tersenyum di dalam air setelah kaki mereka menyentuh dasar kolam dan kembali naik lagi ke permukaan.