webnovel

engkaukah bidadari itu

WARNING!!! 21+ Aisyah,gadis yang memiliki kecantikan yang sangat unik,dia pandai, putri semata wayang dari pasangan pengusaha yang sangat sukses,dia dijodohkan dengan Aldo yang merupakan anak satu-satunya dari teman sekolah kedua orang tuanya,setelah menikah,Aldo ternyata tidak seperti kata orang tuanya,sangat bertolak belakang,dia adalah seburuk-buruk seorang lelaki,tetapi berkat kesabaran Aisyah,akhirnya Aldo menyadari kesalahannya dan dia pun berubah menjadi seorang pribad yang lebih baik,Namun cobaan lain datang,sesaat setelah lahir putra pertama mereka,Aldo tiba-tiba saja kembali bersikap tidak baik kepada Aisyah,Aldo yang tadinya sangat mencintai Aisyah,tiba-tiba menghindari istrinya tanpa Aisyah tahu apa kesalahannya,Apakah Aldo dan Aisyah bisa melewati setiap ujian dan cobaan yang mewarnai kehidupan rumah tangga mereka?ikuti terus ya ceritanya...

Sholikhatin_Nikmah · Fantasia
Classificações insuficientes
360 Chs

kehilangan

aku tersadar disebuah bangsal rumah sakit, dan aku melihat aldo berada disisiku, wajah nya terlihat cemas.

" mas aldo...bagaimana keadaan faris...?" tanyaku padanya,aku ingin bangun dari tempat tidur tetapi aldo mencegahku.

" faris masih belum sadar sayang...kamu istirahat dulu...nanti kalau dia sudah sadar kita akan melihatnya." aldo kemudian membaringkanku lagi.

aku menangis mengingat penderitaan faris, baru saja dia bertemu denganku, kini kondisinya malah seperti ini.kulihat jam masih menunjukkan pukul tiga dini hari, aku meminta ijin aldo untuk melaksanakan sholat,dan aldo pun membantuku mengambil air wudhu, begitupun dengannya, kini kami melaksanakan sholat bersama, aku berdo' a untuk kesembuhan putraku,,,seandainya boleh...aku ingin bertukar tempat dengan faris, biarlah aku yang merasakan sakitnya...tetapi semua itu tidaklah mungkin.

" mas...aku ingin melihat faris..." rengekku pada aldo, dan dia pun menyetujuinya kali ini.

aldo memapahku sampai ke ruang iccu, disana ada ibu dan ayahku sementara mertuaku baru saja pulang.

" ibu..." aku pun berlari menghampiri ibuku, dan beliau memelukku, memberikan kekuatan kepadaku, aku menangis dalam pelukan ibuku.beberapa saat kemudian aku melihat seorang suster keluar dari ruangan faris dengan wajah cemas, dan dokter pun segera datang dan mereka kembali masuk ruangan tempat faris dirawat, kami semua panik, kami berdiri didepan jendela ruang iccu yang kini tertutup.kami tidak dapat melihat keadaan didalam,

" ya Allah...kumohon sembuhkan rasa sakit putraku...buatlah dia kembali berada dalam pelukan kami..." pintaku, kini satu- satunya harapanku adalah kepada sang pemilik kehidupan.

" tenang sayang...kita haris kuat..." aldo membesarkan hatiku, aku kini menangis dipelukan suamiku, aku mencoba menyerahkan semuanya kepada sang pemilik kehidupan.

setelah beberapa saat, kulihat dokter keluar dan kami langsung menghampirinya, dokter menggelengkan kepalanya dan meminta maaf kepada kami.

" maafkan kami pak,bu...putra bapak dan ibu tidak dapat kami selamatkan, dia sudah pergi..." katanya tertunduk dan berjalan meninggalkan kami, aku tak kuasa menahan tubuhku yang tiba- tiba melemah,tubuhku merosot kelantai, tidak ada airmata yang keluar, meski dadaku terasa sesak,aku sudah tidak menangis,aku berfikir tuhan lebih menyayanginya,aku menghibur diriku sendiri,

" aisyah...kamu harus ikhlas,,ingat aisyah, faris itu milik Allah yang dititipkan kepadamu,saat sang pemilik ingin mengambilnya maka kau harus ikhlas mengembalikannya dan membiarkannya pergi." bisik hatiku,aku masih terduduk dilantai dengan bersandar didada suamiku, aku melihat kearahnya, wajahnya terlihat sedih, matanya memerah, detak jantungnya kudengar tak beraturan, dia pun berdiri dan menarik tubuhku dalam pelukannya, kami melihat para petugas medis itu melepaskan alat- alat yang menempel ditubuh faris, saat itu aku melihat tabhita dan dr adrian berlari kearah kami, dan tabhita langsung memelukku sedangkan adrian memeluk suamiku, aku tetap diam membiarkan mereka memeluk dan memberikan kami semangat, tetapi mataku tetap terpaku kearah tubuh putraku yang terbujur kaku dibalik ruangan itu.

aku dan aldo berada didepan jasad putraku, wajahnya yang tampan terlihat sangat pucat, dia tersenyum dalam tidur panjangnya, aku menatap nya tanpa berkedip sedikitpun, bibir ini juga tidak mengucapkan apapun, aku tidak pernah menyesali kejadian ini,,aldo kemudian merengkuh pundakku dan kepalaku bersandar didadanya kini,tetapi mata kami tetap tertuju kearah jasad putra kesayangan kami, kami berdua diam menatapnya, dan tak terasa ambulance yang membawa kami sudah tiba dikediaman kami,,sudah banyak kerabat dan tetangga yang hadir ingin mengantarkan putra kami,aku juga melihat banyak yeman- teman faris yang datang...banyak sekali...mereka sampai memenuhi halaman rumah kami yang luas, dalam hatiku bersyukur,putraku pasti anak yang baik, dan ini terbukti dari banyaknya sahabat dan teman yang mengantarkan ke peristirahatannya yang terakhir, semua guru- gurunya juga hadir, aku tersenyum dalam hati...putraku disayangi dan dicintai semua orang...kini kami bisa melepasmu dengan ikhlas sayang...selamat jalan faris...putraku...

" aisyah...." ibu mertuaku memelukku erat, beliau merasa sangat kehilangan faris, selama aku koma orang tuaku dan mertuaku juga aldo yang merawat dan membesarkan faris, tak heran mereka akan bersedih.

" ibu...ikhlaskan faris...dia sudah bahagia sekarang..." aku kemudian meninggalkan ibuku dan masuk kekamar,aku berganti baju dan jilbabku dengan yang bersih,aku melihat aldo melakukan hal yang sama, kami pun mengambil air wudhu dan mengambil buku yasin, kami berdua mengaji didepan jasadnya, kami juga yang memandikannya untuk yang terakhir kali, tubuhnya utuh, hanya luka lebam yang terlihat, tetapi organ dalamnya yang terluka parah hingga faris tidak bisa bertahan.setelah disholatkan aku mengantar putraku sampai ke pemakaman...sesudah semua orang kembali,aku dan aldo tetap tinggal, menemani faris sesaat lagi dengan membaca surah yasin sekali lagi.

" faris...sayang...kamu sudah tidak akan merasakan sakit lagi sekarang nak...berbahagialah..." aku mencium nisan putraku dan aldo merengkuh tubuhku kemudian kami pun pulang.