"Nona Apel. Lu diem aja dari tadi? Gimana hari pertama lu kerja?"
Aku mendongak. "Biasa aja."
"Lu kerja yang bener. Biar dapat nilai bagus dari gue sebagai atasan lu langsung."
Idih songong. Aku mengabaikan ucapannya dengan terus menggigiti tulang ayam penyetku.
"Kok lu panggil Rea Nona Apel?" tanya Mas Dika. "Tapi bener juga sih, Rea itu ibarat buah apel, yang lagi mengkel-mengkelnya."
"Mengkel pale lu!"
Kemudian mereka tertawa lagi. Sial. Masa aku dikatain mengkel.
"Nah kalo Mbak Anin itu, ibarat buah apel yang dimakan separo sama kalong, terus jatuh ke tanah."
"Busuk dong gue!" seru Mbak Anin tak terima. "Kurang ajar lu, Dik. Gue kutuk jadi batu juga nih."
"Tobat, Mbak!"
Axel terpingkal-pingkal. Mau nggak mau aku ikut tertawa. Kenapa aku selalu bertemu orang-orang konyol di kehidupanku sih? Di kampus ada Eko Cs dan sekarang Axel Cs. Mungkin orang-orang ini diciptakan untuk membuat hidupku lebih berwarna.
***
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com