Kabar baik hari ini. Aku update cepat dan waktunya untuk tidur cepat.
Good bye insom. Walaupun cmn malam ini.
Yang kangen Aiden tunjuk tangan. Tapi sayang nya dia kagak muncul wkwk. Sorry guys.
Happy reading!
_________
Semua persiapan sudah matang sempurna. Dimulai dari gedung pernikahan yang sudah siap dengan dekorasi pernikahan yang serba bernuansa putih.
Undangan yang sudah tersebar kesemua kolega serta keluarga besar Abhivandya, kehadiran mereka sudah bisa kita saksikan saat ini.
Hidangan tamu sudah tersusun rapi diatas meja beserta hiasan bunga mawar putih yang makin membuat para tamu tergoda untuk mendekatinya. Waktu sudah menunjukkan bahwa satu jam lagi acara akan segera dimulai.
Dibalik semua kemegahan dan kemewahan acara itu, Lova hanya terus menatap pantulan wajahnya yang nampak sedih dan sendu melalui cermin.
Ia tau. Seharusnya di hari penting dalam hidupnya seperti hari ini, bukan ekspresi sedih seperti ini yang harus ditunjukan tapi sebuah raut kebahagiaan karena telah menemukan seseorang yang akan menemani sisa hidupnya hingga sampai janji kita di dunia ini telah usai tapi keadaan seperti ini malah terasa kebalikannya. Rasanya pria yang kelak akan dinikahinya akan lebih menghancurkan hidupnya.
Lova mengusap pipi nya yang telah basah oleh air matanya.
Baginya tak ada kebahagiaan yang perlu ia sambut dalam sisa hidupnya.
Bagi sebagian orang mungkin menganggap sebuah pernikahan adalah sebuah akhir yang bahagia lantas apakah kehidupan pernikahan akan berjalan mulus seperti yang kalian pikirkan selama ini?.
Sepertinya tidak. Pernikahan adalah awal dari segala perjalanan hidup yang sesungguhnya. Kehidupan yang akan menuntunmu pada kebahagiaan atau kehancuran.
Kepercayaan nya pada rasa cinta telah hilang saat ayah nya menyakiti ibunya. Saat itu rasa percaya pada rasa cinta dan kasih sayang dari seseorang yang rasanya tidak akan mungkin menyakiti siapapun seketika hilang dan sirna. Tergantikan oleh rasa nyeri yang menyeruak lalu menyekik hati kecil Lova.
Mungkin jika kejadian itu tidak terjadi, hari ini mungkin akan menjadi hari terbaik didalam hidupnya.
Didampingi oleh seorang ayah yang dengan tangis haru mengantarkan putri kecilnya pada seorang pria yang sudah ia percayakan dan disaksikan oleh ibu yang menatap anak perempuannya yang ia rawat dengan penuh kasih dengan tangis haru. Dan seorang kakak yang menatap calon adik ipar nya dengan tatapan mengawasi seolah memberi peringatan bahwa dia akan berhadapan dengannya jika sesuatu terjadi pada adik kecil nya.
Lova menghembuskan napasnya sambil menatap langit-langit kamar. Tangan kanannya terulur keatas mencoba menghalangi sinar lampu yang menyilaukan matanya.
"Kira-kira seperti apa rasanya?."
"Sangat menegangkan tapi menyenangkan."
Lova tersentak bangun lalu menatap seorang wanita yang perlahan berjalan menghampirinya dengan sebuah senyuman haru.
"Malam pertama memang sangat menakutkan tapi jangan khawatir. Mommy tahu kalau dia itu hebat melakukannya." Ucap Lana yang malah terdengar ambigu.
Lova mengerutkan keningnya lalu menggelengkan kepalanya panik. "Aku tidak penasaran rasa itu-maksudku aku tidak sedang memikirkan hal semacam itu." Ucap Lova dengan panik.
"Aku mengerti. Tidak usah panik." Balas Lana sambil tertawa geli.
"By the way. Do you miss me my beloved daughter-in-law?." Tanya Lana sambil merentangkan kedua tangannya.
"Of course i do." Tanya Lova lalu memeluk Lana erat dengan tatapan berkaca-kaca.
"Apa tidak bertemu denganku tiga hari sudah membuatmu sangat rindu? Aku sangat terharu. Bahkan putra ku sendiri tidak pernah bilang rindu padaku." Jawab Lana sambil terkekeh senang.
"Sangat merindukanmu." Jawab Lova sedih dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Inilah mengapa aku sangat ingin mempercepat pernikahan ini. Agar aku punya menantu cantik yang siap menemaniku kemana-mana." Ucap Lana gembira.
"Aku selalu bermimpi ingin memiliki anak perempuan yang cantik dan manis. Kini keinginan ku sudah terwujud."
Lova mengeratkan pelukannya. Semua yang dilakukan ibu Aiden mengingatkan nya pada ibunya. Betapa ia merindukan ibunya. Lova meneteskan air matanya. Betapa bersyukur nya ia bertemu dengan keluarga Abhivandya yang bersikap sangat baik dan memperlakukannya selayaknya manusia. Melimpahkan kasih sayang mereka yang begitu besar padanya.
Walaupun ayah Aiden tak pernah menunjukkan rasa itu tapi jauh didalam lubuk hatinya. Lova yakin bahwa dia adalah orang yang penuh kasih sayang.
Setidaknya ia bersyukur.
Takdir tidak sepenuhnya kejam padanya.
"Hey sweetheart.. don't crying. Maafkan aku yang seharusnya tidak meninggalkanmu menjelang hari pernikahanmu tapi disisi lain bayiku yang lain juga merengek ingin diurus." Ucap Lana dengan penuh rasa bersalah.
"It's oke mom. Don't be worry. I'm fine hanya sedikit terharu." Jawab Lova lalu melepaskan pelukannya.
"Oh.. My baby girl."
Lana menatap Lova dengan senyuman lebarnya. Tangan kanannya terulur kerambut Lova yang sudah disanggul rendah dengan beberapa helai anak rambut yang sengaja dibiarkan jatuh.
Setetes air mata jatuh di pipi kanannya saat mengingat kembali sahabatnya yang pernah mengatakan bahwa dia sangat ingin melihat putri kecilnya tumbuh menjadi gadis cantik dan suatu hari mengenakan sebuah gaun cantik di hari pernikahannya kelak.
"Impianmu menjadi kenyataan. Gadis kecilmu kini sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik melebihi perkiraanmu dulu. Dan kau tahu? kini ia sedang memakai gaun pernikahan yang sangat cantik di hari pernikahannya dengan anakku." Ucap Lana dalam bahasa Indonesia lalu terisak dalam rasa kesedihannya.
"Maafkan aku. Aku tidak cepat menemukannya hingga ia mungkin kesusahan diluar sana." Lana kembali memeluk Lova dengan erat.
"Mommy? why are you crying today? Today is special day right?." Tanya Lova yang berusaha menenangkan Lana yang menangis.
"Orang tuamu pasti sedang menyaksikan anaknya menikah hari ini dan mommy yakin mereka bahagia melihatmu hari ini. Terutama ibumu."
Lova tersenyum tipis dengan tatapan menerawangan. "I wish."
"Ayo kita turun dan beri kejutan pada semua orang terutama anak nakal itu!." Ajak Lana pada Lova.
Pintu ruangan terbuka lebar dan seorang pria yang gagah dengan jas formalnya masuk kedalam ruangan.
"Akhirnya aku menemukanmu." Ucapnya sambil memeluk Lana dari belakang.
"Oh God! Kau membuatku tekejut!." Teriak Lana terkejut dengan kedatangan Samuel. Suaminya yang menurutnya sangat menyebalkan.
"Aku takut kamu pergi." Ucap Samuel dengan nada sedih.
Lana melepaskan pelukan Samuel sambil tertawa canggung didepan Lova yang masih menatap mereka.
"Hentikan perilaku mu itu. Aku tidak akan pergi kemanapun dan apa kau tidak malu bersikap begini di depan menantumu?!." Geram Lana kesal.
Samuel menatap Lova dengan sebelah alisnya yang terangkat. "Apa aku membuatmu malu?." Tanya Samuel.
Lova langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak tuan!."
"Apa kau dengar itu?. Tidak yang membuatku malu bukan?." Ucap Samuel santai sambil menatap istrinya yang masih kesal.
"Sebaiknya kita mulai turun kebawah karena acara akan segera dimulai." Ucap Lana singkat lalu keluar dari dalam ruangan.
"Lova." Panggil Samuel saat Lova hendak mengikuti Lana.
"Iya tuan?." Jawab Lova.
Samuel berdehem singkat lalu terdiam sejenak.
"Mulai hari ini dan seterusnya panggil aku Daddy. Ingat aku tidak menerima penolakan!." Ucap Samuel terburu-buru.
"10 menit lagi aku akan menjemputmu disini. Aku akan mendampingimu sebagai ayah." Ucap Samuel sebelum benar-benar keluar dari dalam ruangan.
Lova menatap punggung yang telah menghilang dibalik pintu yang telah tertutup rapat sambil tersenyum haru.
Apa tiba saatnya ia kembali merasakan hangatnya kasih sayang orang tua?.
___________
To be countinous
Don't forget to vote and give 5 star for me.