Di malam hari.
Ketika Ardius sedang tidur dikamarnya, ruang utama Gremory tidak sepi melainkan ramai. Terutama setelah mengetahui tingkat kekuatan Ardius, Sirzech dan Zeoticus yang sedang tidak di rumah dipaksa pulang oleh istri mereka terutama ada Runeas Gremory yang merupakan nenek moyang rumah Gremory.
"*slurp* Jadi, dia mencapai High Rank High Demon...." Ucap Sirzech sambil menyeruput kopinya, dia mencerna apa yang dikatakan ibunya.
"Tapi sayangnya dia tidak tertarik dengan sihir...." Tambahnya menghela nafas.
"Lalu, Runeas - sama. Bagaimana Solusinya?." Tanya Zeoticus prihatin, cucunya ini tidak tertarik dengan sihir yang akan merepotkan bagi keluarga nantinya.
"Yah~ aku rencananya ingin membawanya ke Tanah Hibernia milik Dewa Lugh, tapi sebelum itu kita harus mengetahui persenjataan apa yang dia inginkan." Jawab Runeas mengangguk, dia mengajukan proposal membawa Ardius pergi jalan - jalan dengannya.
" Ini...." Sirzech dan Zeoticus ragu - ragu, karena dua pria ini adalah korban gadis remaja di depan mereka.
" ...." Venelana dan Grayfia saling pandang, hati mereka bertentangan. Di satu sisi mereka ingin melihat Ardius kuta, tapi disisi lain mereka enggan dan ingin memanjakannya.
"Ayolah! lama banget!." Runeas melihat kesunyian keempat orang tersebut dengan tidak puas, terutama membiarkannya membawa keturunan kecilnya jalan - jalan.
Pada akhirnya keempat orang tersebut hanya mengangguk setuju, mereka hanya bisa berdoa demi setan agar bocah itu selamat dan hidup.
Di sisi Runeas, setelah mendapat persetujuan dia bangkit dan berjalan menuju kamar bocah tersebut. Tapi langkahnya di hentikan oleh Grayfia.
"Runeas - sama, tolong biarkan Ardius istirahat." Grayfia memohon, setidaknya mereka harus membiarkan Ardius dalam kondisi fit saat pergi.
"... baiklah, kalau begitu aku akan kembali ke kamar bawah tanahku." Ucap Runeas setelah berpikir sejenak, dia mengangguk dan pergi meninggalkan Grayfia sendirian disana.
"Hah~." Grayfia menghela nafas tak berdaya, siapa sangka bahwa nenek moyang Gremory akan bangun untuk melihat sekitar.
Dia lalu berbalik menuju kamar Ardius, Grayfia membukanya perlahan dan melihat putra angkatnya sedang tidur dengan meringkuk dimana wajahnya yang polos terlihat lucu.
Grayfia kemudian berjalan masuk dan duduk di pinggir tempat tidur, dia mengelus rambut putra angkatnya dengan penuh kasih.
....
Keesokan harinya.
Ardius bangun dari tidurnya dan meregangkan tubuhnya, dia lalu berdiru dan membuka gorden kamarnya dan memperlihatkan langit ungu kemerahan. Tidak seperti dunia manusia yang diberkahi dewa - dewa permukaan dan Yahweh, alam iblis dan neraka adalah tempat terkutuk. Bahkan tidak ada perbedaan siang dan malam, itulah sebabnya iblis memiliki kulit pucat kekurangan vitamin D.
*Tok* *Tok*
Ardius mendengar pintu kamarnya diketuk, lalu suara seorang terdengar.
"Ardius - sama, sudah waktunya sarapan." suara tersebut mengingatkan Ardius untuk sarapan.
"Ya!." Balas Ardius, dia lalu membasuh mukanya sejenak di sebuah baskom yang ada dikamarnya dimana itu selalu dia gunakan untuk membasuh muka.
Setelah merapikan dirinya, Ardius lalu membuka pintu kamar dan melihat sesosok pelayan iblis milik Gremory, dimana ada tanduk kecil di kepalanya, yang menandakan bahwa dia berasal dari sub kelas Succubus. Walaupun tidak terlalu benar juga, karena kebanyakan iblis kelas bawah dan menengah akan memiliki ciri tanduk dan beberapa tubuh demonikfikasi.
Menurut apa yang Ardius baca mengenai 72 pilar dan 6 rumah tangga lucifer, Gremory dan Lucifuge pada awalnya adalah keluarga yang berspesialisasi pada mata - mata dan intelejen dimana kebanyakan adalah wanita dan itu merupakan asal mula succubus muncul, yang disalah artikan manusia sebagai ras sub iblis. Nyatanya mereka adalah anak buah Gremory atau Lucifuge yang mendapat berkah keluarga yang berasal dari kelas bawah hingga menengah.
"Pagi Reina - san." Sapa Ardius ke maid succubus tersebut.
"Pagi juga, Ardius - sama. Silahkan ikuti saya." Reina lalu berjalan di depan Ardius untuk membawanya ke ruang makan.
"Uhm." Ardius mengangguk.
....
Di Meja makan.
Ardius yang sedang menyantap daging panggangnya dengan standar aristokrasi, mendengarkan ucapan neneknya Venelana Gremory. Dimana Venelana mengatakan bahwa besok Ardius akan belajar di luar negeri, dimana Runeas akan menjadi walinya selama itu terjadi.
' Luar Negeri?.' Pikir Ardius, lalu dia mendengar pintu terbuka.
*creak*
Pintu terbuka dan sosok cantik gadis remaja berusia 17 tahunan muncul disana, dia adalah Runeas Gremory yang juga nenek moyang keluarga Gremory.
"Pagi semuanya~!." Sapa Runeas dengan ceria, semua orang berdiri termasuk Ardius yang agak bingung.
'Kenapa mereka semua sangat hormat?.' pikir Ardius bingung dengan sekitar, tapi masih mengikuti.
"Selamat pagi, Runeas - sama! Nenek Moyang Gremory." Jawab semua orang yang membuat Ardius membelalakan matanya, dia mendongak ke arah wanita itu yang sepertinya melihatnya dengan senyum menggoda terpampang disana.
'Oh sialan.....' Pikir Ardius, dia lalu mengingat bahwa dia tidur di atas dada Runeas kemarin dimana wajahnya memerah malu dengan apa yang dia lakukan.
Yah, di satu sisi dia tidak bisa disalahkan karena pihak lain yang menyuruhnya duduk di pangkuan, juga dia terlalu lelah setelah mengeluarkan semua kekuatan iblisnya.
"Ya~ silahkan duduk. Ardius - chan ayo duduk di pangkuanku!." Runeas mengangguk membiarkan keluarfa yang lain duduk, lalu mamandang Shota berambut merah tertentu yang sekarang berkeringat panik.
"Ti- Tidak Runeas Nee - chan! aku duduk sendiri saja." Jawab Ardius menolak ajakan Runeas dengan agak kaku, dia tidak menyangka bahwa yang memberinya pangkuan kemarin adalah leluhurnya!.
"Aw~ hati Nee - chan sakit.." Runeas tidak puas dengan jawaban Ardius, tapi masih duduk ke kursinya sendiri.
Lalu di mulailah topik yang sebenarnya ingin dibahas, Runeas bertanya Ardius jenis persenjataan apa yang disukai Ardius. bocah tersebut sepat terdiam merenung sejenak, dia mempertimbangkan persenjataan apa yang cocok. Setelah merenung, Ardius akhirnya memilih tombak sebagai senjatanya.
"Kenapa kamu memilih tombak?." Tanya Runeas penasaran, ingin mengetahui isi pikiran Ardius.
"Aku memilih tombak karena area serangnya lebih luas, dan sangat fleksibel dalam pertarungan." Jawab Ardius sambil membayangkan Zhao Yun Zhao Zhilong dari game Dynasty Warrior yang dia mainkan di dunia masa lalunya.
"Apalagi jika ditambah dengan penggunaan Kekuatan Penghancur dan Kekuatan Petir, itu lebih mematikan dari pada tombak biasa..." Tambah Ardius yang menelusuri kekuatannya, yang sebenarnya saling melengkapi satu sama lain.
"Kenapa?." Ardius mendongak dan melihat semua orang memandangnya dengan wajah terkejut.
"Yah, aku agak terkejut dengan jawabanmu serta kesimpulanmu.... harus akui bahwa kekuatan penghancur milikmu dan kekuatan petir malah saling melengkapi. Bahkan itu mencapai sesuatu yang baru." Jawab Runeas yang pertama kali berbicara, dia mengangguk setuju dengan kesimpulan Ardius.
"Sesuatu yang baru?.... Jangan bilang..." Sirzeche menyadari kata - kata Runeas terutama yang terakhir.
"Ya, Kekuatan Penghancur dan Kekuatan Kelincahan milik Ardius - chan bergabung menjadi sesuatu kekuatan baru, mungkin mutasi lebih tepatnya." Jawab Runeas lalu menjelaskan kekuatan milik Ardius yang mulai menyatu.
....
Beberapa saat kemudian.
Ardius berdiri di depan gerbang mansion keluarga Gremory, dia membawa tas besar berisi pakaian dan barang - barang kebutuhannya. Di sebelahnya ada seorang gadis berusia 17 tahunan yang memiliki rambut merah dab mata ungu, dia adalah Runeas Gremory yang menjadi nenek moyang Gremory dan juga akan menjadi wali Ardius.
Di depan Ardius ada keluarga besar Gremory, ada Zeoticus dan Sirzech yang memiliki pandangan prihatin dan tabah ,lalu ada Venelana dan Grayfia yang memiliki mata enggan berpisah.
"Ojii - sama, Otou - sama, Kaa - sama, Obaa - sama.... Aku akan berlatih dengan giat, jangan khawatirkan aku. Aku mencintai kalian." Ucap Ardius memandang keluarga besarnya, dia memiliki rasa enggan sebenarnya. Tapi karena dia ada di DxD yang pernuh dengan makhluk kuat, maka dia harus menjadi kuat sedini mungkin untuk melindungi keluarganya.
"Ardius..." Gumam Grayfia, dia sebenarnya memiliki rasa enggan dan bangga di waktu bersamaan. Enggan karena tidak ingin jauh dari putra angkatnya dan bangga karena putra angkatnya mulai mengembangkan sayapnya sendiri, sungguh bertolak belakang.
"Oh, ya ampun~ aku tahu kenapa generasi sekarang sangat rentan, berpelukanlah tapi kita tidak punya banyak waktu." Ucap Runeas memutar matanya melihat drama perpisahan ini.
Setelah Runeas mengatakan itu, Venelana dan Grayfia sudah berlari menuju Ardius. Zeoticus dan Sirzech hanya bisa tersenyum canggung, mereka berdua lalu menyusul istri mereka.
Setelah berpelukan, Ardius bersama Runeas pergi meninggalkan Kediaman Gremory menggunakan teleportasi menuju Pantheon Hibernia yang menurut sejarah yang dibaca oleh Ardius merupakan Pantheon Celtic Irlandia.