webnovel

BAB 2

Tahun 500 Masehi.

Di sebuah taman yang asri dan dipenuhi pepohonan yang rindang, seorang bocah berusia 5 tahun sedang membaca sebuah buku. Bocah ini memiliki ciri - ciri rambut merah darah panjang yang dikuncir kuda dimana ada dua poni yang membelah kiri dan kanan, dia memiliki wajah imut dan cantik, dia juga memiliki mata dengan iris mata berwarna ungu gelap. Dia adalah Ardius Gremory - Orobos, putra angkat dan baptis dari Sirzech Lucifer dan istrinya Grayfia Lucifuge.

Ardiussebenarnya memiliki orang tua, hanya saja mereka sudah meninggal di masa perang saudara iblis. Dia adalah anak kandung dari Patriak Cabang Kedua Gremory bernama Sirham Gremory dengan istrinya Sevalia Gremory (nee Orobos) yang merupakan matriak dari keluarga Orobos.

Karena ingin mempertahankan keluarga Orobos yang termasuk dari salah satu keluarga terkaya dunia iblis, Sirzech memberi nama keluarga Ardius dengan dua nama yaitu 'Gremory - Orobos' untuk menyatukan kedua keluarga.

Seperti yang diketahui, setiap rumah memiliki ciri masing - masing. Gremory memiliki ciri kasih sayang terhadap bawahan dan Kekuatan Destruktif, Bael memiliki sifat kaku dan Kekuatan Destruktif, Sitri yang lebih condong ke elemen air dan medis dan Agares yang memiliki kontrol waktu yang luar biasa.

Rumah Orobos milik ibu kandung Ardius memiliki ciri khusus yaitu kecepatan dan listrik, ditambah keluarga cabang Gremory yang sebenarnya memiliki garis Bael lebih dulu dari keluarga utama. Maka kekuatan Ardius adalah percampuran dari kecepatan, kikat milik Orobos dan Kekuatan Destruktif milik Bael.

"Ardius - sama, Venelana - sama mencari anda." Ucap seorang wanita pelayan yang menemani Aldion membaca buku, Ardius memiliki senyum tak berdaya dengan suara tersebut. Karena suara itu tidak lain adalah suara milik ibu angkatnya Grayfia Lucifuge.

"Okaa - sama, berhentilah berpura - pura menjadi pelayan! itu terasa aneh bagiku." Balas Ardius menoleh ke belakang, dimana Grayfia yang menatapnya dengan senyum hangat keibuan.

'Walaupun sudah setengah milenium.... rasanya tetap aneh, aku heran kenapa Otou - sama tahan...Tunggu! Mungkin itu fetish milik Otou - sama?.' Pikir Ardius membalas senyum Grayfia. yah, saat ini Millicas belum lahir, jadi Ardius bisa dibilang anak pertama mereka.

" Tidak, ini menyenangkan. Terutama mengganggumu." Jawab Grayfia dengan senyum licik, matanya terbuka dan memandang Ardius.

"*twitch* *twich*.... baiklah, tolong antar aku ke nenek." Ucap Ardius merasakan kedutan di alisnya, dia lalu menyerah dengan dedikasi Grayfia.

....

Di lorong.

Grayfia menggandeng Ardius menuju ruang kerja Venelana, ibu dari Setan Merah dan bibinya di masa depan, Rias Gremory. Ardius melihat bahwa lorong agak sepi, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang dan itu pun hanya pembantu.

"Kaa - sama, ini agak.... sepi?." Ardius bertanya dengan penasaran.

"Ya... Kakekmu, Zeoticus - sama sedang melakukan pengamanan wilayah dengan pasukannya, mencegah desertir iblis semasa perang masuk ke wilayah Gremory dan Orobos." Jawab Grayfia menghela nafas sejenak, dunia iblis belum pulih sepenuhnya terutama maraknya pemberontakan iblis yang menentang ide revolusioner dari 4 satan baru.

"Ngomong - ngomong kita ke nenek mau melakukan apa?." Tanya Ardius mengalihkan topik, belum saatnya dia mengikuti topik berat seperti itu walaupun dia aslinya bisa - bisa saja masuk.

"Hmm.... mungkin mengecek afinitasmu, terutama Kekuatan Penghancur di darahmu." Jawab Grayfia berpikir sejenak.

Mereka lalu berjalan selama 15 menit, dimana mereka akhirnya berhenti di depan pintu ganda yang merupakan ruangan pribadi Venelana Gremory.

"Venelana - sama, saya sudah membawa Ardius - sama." Ucap Grayfia dengan sopan dan hormat.

"Masuk~!." Suara penuh kegembiraan terdengar dari dalam, lalu Grayfia membuka pintu dan memperlihatkan dua wanita sedang asyik mengobrol.

Ardius mengenal salah satunya, dia adalah Venelana Gremory yang memiliki rambut cokelat hazel dan mata ungu. Tapi Ardius tidak mengetahui satunya, itu seperti gadis remaja berusia 14 atau 17 tahun dengan rambut merah, mata lavender dan mahkota kecil di kepalanya serta dan payudara yang besar.

"Maafkan kekasaran saya, Runeas - sama! saya tidak mengetahui bahwa anda ada di dalam." Grayfia membungkuk lebih dalam lalu meminta maaf.

"Tidak masalah, jadi kamu adalah menantu Zeoticus ya.... hobi yang aneh, dan.... hmm, aku bisa merasakan bahwa bocah kecil itu memiliki kekuatan milik Bael dan Orobos." Gadis muda yang disebut Runeas melambaikan tangannya, dia lalu melihat Grayfia dari atas ke bawah lalu beralih ke Ardius tapi yang terakhir sedikit lebih lama.

'Siapa gadis itu... wajahnya mengingatkan akan Rias....' Pikir Ardius penasaran sambil memiringkan kepalanya, dia lalu menunjuk.

"Um.... Nee - chan, apakah kamu tersesat?." Ucapnya yang membuat Venelana dan Grayfia tertegun, bahkan Runeas juga agak tersesat.

Grayfia dan Venelana hendak meminta maaf, tapi pihak lain malah tertawa terbahak - bahak.

"aku? Nee - chan? pfffttt Ahahahahah ini adalah sebutan paling aku sukai, aahahahaha. Ya, panggil aku 'Onee - chan' lagi." Runeas tertawa terbahak - bahak hingga sakit perut dan menitihkan air mata, dia lalu memandang Ardius lagi.

"Onee - chan?." Ardius mengikutinya, dia agak suka berpura - pura. Menjadi anak kecil ada keuntungan tersendiri, terutama mengenai mandi.

"Aw~ baiklah, datang ke Nee - chan." Runeas menepuk pahanya.

Grayfia dan Venelana saling memandang sebelum mengizinkan Ardius, tapi Venelana akhirnya mengangguk dan membiarkan Grayfia melepaskan Ardius ke pangkuan Runeas.

Ardius berjalan penuh semangat, lalu duduk di atas pangkuan Runeas dimana kepalanya bersandar di dada empuk Runeas. Ardius lalu memandang neneknya yang agak ragu sepertinya.

"Obaa - chan, ada kebutuhan apa memanggilku?." Tanya Ardius penasaran dengan tujuan neneknya memanggilnya kemari.

Venelana merenung sejenak, dia sampai lupa ingin membahas apa. Dia lalu mengingat apa yang inginn dia sampaikan ke cucunya ini.

"Ya, Obaa - chan memanggilmu karena sudah saatnya kamu berlatih seni magismu." Jawab Venelana, dia lalu menyuruh Grayfia mengambil benda mirip bola dari wadah tertentu.

"Ini, Venelana - sama." Ucap Grayfia lalu meletakan benda bola tersebut di meja.

"Oh~ alat untuk mengukur jumlah kekuatan iblis dan afinitasnya?." Runeas terpukau, karena baginya itu adalah benda kuno yang sezaman dengan dirinya.

"Ya, Runeas - sama. Selama Ajuka - sama belum menemukan alat terbaru untuk pengukuran, kami hanya bisa menggunakan ini." Balas Venelana mengangguk mengonfirmasi.

Ya, saat ini dunia Iblis masih dalam masa Transformasi. Bahkan Evil Piece belum di kembangkan oleh Ajuuka Beelzebub, walaupun sudah ada purwa rupanya di laboratorium rambut hijau itu.

"Magis... aku tidak suka...." Gumam Ardius pelan tapi di dengar oleh Runeas yang memangkunya.

"Kenapa kamu tidak suka belajar magis?." Tanya Runeas bukan seperti introgasi tapi lebih ke penasaran.

"Ardius?." Grayfia memandang anak angkatnya, dia juga mendengar gumaman bocah tersebut.

"Entahlah, Runeas Onee - chan, Kaa - sama, Obaa - chan. Hanya tidak cocok menurut instingku, instingku menginginkan pertarungan jarak dekat bukannya jarak jauh." Jawab Ardius tanpa sadar sambil memegangi dagunya, wajahnya lucu saat berpikir.

"Hmm, begitukah? kalau kamu mau menginginkan itu, aku akan mengabulkannya. Tapi kamu harus mengisi seberapa banyal kekuatan iblismu." Ucap Runeas setelah mengetahui pikiran Ardius, dia lalu menawari Ardius dan menyuruhnya menghitung kekuatan terlebih dahulu.

"Runeas - sama!!." Venelana dan Grayfia bersamaan berteriak.

"Ada apa? bukankah wajar jika dia menginginkan kekuatan terutama bersenjata?." Tanya Runeas menutup telinga Ardius karena suara kedua wanita itu mirip siren jika berteriak.

" Ya, saya paham. Hanya saja terakhir kali anda membuang Sirzech ke hutan monster." Jawab Venelana yang membuat Grayfia terkejut.

"Hei, itu adalah kewajiban nenek moyang untuk melatih keturunannya! bahkan Bael di seberang masih melakukan itu, betulkan?." Ucap Runeas dengan tegas namun kekanak - kanakan, dia lalu membandingkannya dengan Rumah Bael terutama Zekram yang satu generasi dengannya.

"Ya, Zekram - sama masih melakukan itu." Venelana mengonfirmasi, karena dia berasal dari Bael dan tahu betapa ketatnya rumah tersebut.

Setelah semua yang terjadi, Ardius kemudian diminta Runeas dan Venelana untuk mendekatkan tangannya ke bola kristal. Harus diketahui bahwa batas yang dapat dihitung adalah High Rank High Demon, yang merupakan kekuatan rata - rata iblis murni di masa - masa sebelum reformasi. Mungkin setelah reformasi atau di zaman damai, akan turun ke Medium Rank High Demon.

"Ulurkan tanganmu dan konsentrasi untuk mengumpulkan kekuatan iblismu." Perintah Runeas ke Ardius dengan menepuk kepalanua.

"Um!." Ardius mengangguk paham.

Ardius mulai mengulurkan tangannya sesuai perintah Runeas, lalu bola tersebut yang awalnya putih bening seperti kristal mulai berubah menjadi merah, Ardius masih menyuntikkan kekuatan iblisnya ke kristal hingga batas dan akhirnya bola kristal tersebut menjadi merah darah yang pekat, juga ada beberapa warna biru keunguan di dalam.

*crack*

ada suara retak, setelah itu Ardius menghentikannya dan duduk lemah di pangkuan Runeus dimana gadis tersebut mengelus kepalanya yang sedang bersandar di dadanya.

"Hou... ini sedikit lebih tinggi daru Sirzech dulu, mencapai ambang batas Ultimate di usia 500 tahun." Runeus terkejut, lalu tersenyum melihat Ardius.

"Melebihi Sirzech?!." Baik Venelana dan Grayfia terkejut memandang Ardius yang berbaring lemas di dada Runeus.

"Ya, jika dia dilatih dengan baik maka kekuatannya bisa menyaingi Yang Mulia Lucifer." Jawab Runeas mengangguk, dan yang dimaksud Runeas adalah Satan asli alih - alih Sirzech.

"Juga... Kemampuan Penghancur dan afinitas petirnya tidak kalah tingginya.... harus aku katakan bocah ini sangat menarik di masa depan.." Tambah Runeas ketika merasakan kekuatan milik Bael dan Orobos bersamaa, bahkan sepertinya menyatu dan membentuk kekatan baru.

'Menarik, kekuatannya saling melengkapi....' Pikir Runeas masih menyisir rambut Ardius.

Tanpa sadar Ardius tertidur karena kecapekan karena harus mengeluarkan kekuatan iblisnya, ketiga wanita yang ada di sana hanya bisa tersenyum hangat melihat bocah itu tidur.