webnovel

Ditektur Menyebalkan!

artkaa_2706 · Realista
Classificações insuficientes
42 Chs

Story Tiga Puluh Lima

  "Gua suka sama lo...tapi lo seakan menganggap perhatian gua cuma biasa aja" -Alvano Adhitama-

"Gua suka sama lo...tapi apa daya gua ga berani bilang ke elo. Dan gua juga tau kalo hati lo bukan milik gua..." -Nathan Ivander-

"Aku yang sakit. Dia yang kamu rawat" -Friska Girnandar-

"Ra..."

"Hem..."

"Gw bingung..."

"Kenapa lagi"

"Gua sebenernya suka ga sih sama Vano?"

"Tanya sama diri lo sendiri lah"

"Diri gw juga bingung..."

"Yaudah jalanin aja dulu"

"Nanti pas di jalanin terus udah ngerasa nyaman, malah dia yang pergi"

"Ya pikiran lo negatif mulu"

"Kan waspada"

"Kata seseorang...jatuh cinta itu gabisa memilih...tuhan yang memilihkan...bahagia itu bonus...sakit itu konsekuensi..."

"Kata siapa tuh? Manis banget kek harapan"

  Callista terkekeh.

"Udah...jalanin dulu...yang tulus biar gak sakit...nanti kalo kenyataan nya dia emang gak suka, yaudah...lo gak akan nyesel karena lo tulus...gitu aja..."

    Karina melamun.

"Gitu ya?..."

  Callista mengangguk cepat, dan meninggalkan Karina sendiri di depan tv.

***

"Sayang, kamu mau gak besok ke pantai?"

"Ngapain?"

"Lomba makan kerupuk"

"Apaan sih" Callista terkekeh mendengar ucapan Deren.

  Deren mendegus kesal.

"Ya habis pertanyaan kamu aneh banget. Di pantai ya main air lah"

"Kenapa jauh-jauh ke pantai? Kan ada kamar mandi"

"Terserah deh" Deren membuang muka, menyedot jus nya.

      Callista terkekeh  lagi.

"Iya-iya...gitu aja ngambek" Callista memakan daging yang ada di garpu nya.

  Deren hanya diam.

"Mau kapan emangnya?" Callista menatap Deren.

"Besok" Jawab Deren dengan cuek.

"Kita berdua aja?"

"Iya lah, siapa lagi"

"Alvano sama Karina"

  Deren berdecak.

"Biar apa?"

"Biar rame"

    Deren menatap Callista.

Callista balik menatap dengan wajah imut.

"Iya-iya" Deren mengehla nafas.

  Callista menyengir.

°°°

"Na, besok mau ikut gak?" Callista duduk di depan Karina yang sedang mengutak-atik laptop.

"Kemana?" tanya Karina dengan tatapan masih ke arah laptop.

"Ke pantai" Callista tersenyum lebar.

  Karina langsung menatap Callista.

"Tumben...mau main jauh" Karina menatap curiga.

"Di ajak Deren...mau gak?"

"Emm..."

"Mau ya...ya...ya..." Callista terus memohon.

"Iyaudah iya"

  Callista tersenyum lebar.

"Ajak Alvano juga"

     Karina menatap tajam Callista.

"Ngapain?"

"Biar rame...lo.mau jadi nyamuk doang nantinya?"

   Karina terdiam memikirkan perkataan Callista.

"Iya juga sih...ga mungkin Pak Deren gak ada mksud apa-apa dengan ngajak Callista ke pantai. Pasti mau romantis-romantis an...gua gak mau lah jadi nyamuk" ucap Karina dalam hati.

"Yaudah"

"Lo yang ngajak dia"

"Ha? Gua? Kenapa gak lo aja?" Karina mengerutkan kening.

"Kan lo yang deket"

"Apaan, gak ah"

"Rin..."

"Pak Deren aja sana"

"Ihh...yaudah iya" Callista pergi ke kamar nya.

"Halo, Der..."

"Karina ga mau ngajak Alvano...kamu aja ya?"

"Der...plis...daripada ga jadi"

"Makasihh"

  Telfonnya pun mati.

***

"Kamu udah bawa ganti kan?"

"Iya, udah..."

  Deren mengelus kepala Callista.

    Sedangkan di kursi mobil belakang ada Karina dan Alvano yang menatap sebal.

"Udah cepet berangkat" ucap Alvano.

"Sabar, gua turunin lo nanti" Ucap Deren pasa Alvano.

  Alvano mendengus kesal.

°°°

   Beberapa menit kemudian, mereka sampai di pantai.

"Sepi ya pantai nya" Callista tersenyum tipis.

"Emang sengaja pilih yang sepi" ucap Deren dengan tangan yang melingkar di leher Callista.

"Kenapa?" Callista menatap Deren.

"Gak papa...suka aja...bagus kan?" Deren menatap Callista.

"Iya sih..." Callista menatap ke arah pantai.

"Der, gua ke sana ya" Alvano menunjuk ke arah kanan.

   Tepat ke sebuah karang besar yang bawah nya bisa di jadikan tempat berteduh.

"Serah lo" Ucap Deren ketus.

"Santai aja kali" Alvano berjalan meninggalkan Callista dan Deren.

"Karina...ikut gua yok? Daripada sendiri di sini" Alvano berhenti di depan Karina.

"Kemana?" Karina mengerutkan kening dengan salah satu tangan yang menempel ke siku tangan satu nya.

"Ikut aja.." Alvano mengulurkan tangannya.

  Karina menerima ulurannya.

    Alvano berlari menarik tangan Karina.

      Karina hanya mengikuti nya salah satu tangannya membawa topi berbentuk bundar lebar berwarna cokelat.

"Alvano jangan lari"

"Biar cepet sampai" Alvano masih berlari menggenggam tangan Karina dengan senyum lebar di wajahnya.

  Karina hanya menurut.

"Ke bukit itu yuk?" Deren menatap sebuah bukit di depan sana.

"Gimana caranya?"

"Itu ada jembatannya"

"Ayuk" lanjut Deren. Lalu langsung mengandeng tangan Callista.

"Nah...gak kepanasan kan?" Alvano menatap Karina dengan senyum lebar nya.

    Mungkin yang melihat senyum itu rata-rata pasti baper...bukan rata-rata lagi...kebanyakan sih lebih tepat nya.

"Kenapa mesti ke sini? Liat apa coba di sini...mending di atas karang itu" Karina menatap karang yang besar.

"Gak ah...aku pengennya di sini...deket sama air..." Alvano masih tersenyum.

  Karina menghela nafas.

"Iya deh" timpal Karina.

"Tuh...dari sini keliatan semua kan?" Deren tersenyum lebar menatap pemandangan dari atas bukit.

  Callista mengangguk.

"Bagus gak?" Deren menatap ke Callista.

  Callista mengangguk.

"Banget" ujar Callista.

"Kamu denger debaran ombak nya gak?" Deren tersenyum menatap ke bibir pantai.

     Rambut Callista dan Deren tertiup angin.

Membuat wajah Callista sedikit tertutup rambut.

"Iya...denger...kenapa?" Callista tersenyum tipis.

"Suara jantung aku saat ini sama kaya suara debaran ombak yang kamu denger" Deren tersenyum lebar memperlihatkan gigi rapi nan putih nya itu, menatap ke Callista.

    Kalau orang lain yang di tatap, dengan gombalan dan senyum seperti itu, sudah pasti meleleh. Baper lah woyy, gilakk.

"Apaan sih" Callista tertawa geli.

"Tau gitu aku jawab gak denger aja tadi" lanjut Callista.

"Ya berarti aku jawab, sama kaya aku yang gak pernah denger kejelekan tentang kamu" timpal Deren.

"Ohh, pinter gombal ya sekarang" Callista menatap Deren dengan senyum lebar nya.

"Calon suami siapa dulu dong" Deren tersenyum.

"Emang calon siapa?"

"Calon kamu lah, calon siapa lagi dong"

"Ohh...iya baru inget" Callista terkekeh.

"Kamu tau gak, Ta? Apa yang paling bisa nengangin aku?" Deren menatap ke Callista.

"Apaan?" Callista menatap Deren.

"Kamu...senyum kamu, suara kamu, kehadiran kamu, nama kamu...kamu, orang yang aku sayang dan cinta..."

  Suasana hening, hanya ada suara angin dan debaran ombak.

    Deren menyelipkan rambut Callista ke belakang telinga Callista.

      Lalu Deren mendekat ke wajah Callista.

Satu kecupan mendarat di bibir Callista.

"only you I love...and forever only you." cukup membuat Callista merinding dan deg-deg an.

  Lagi-lagi satu kecupan mendarat di bibir Callista.

"Percaya deh..." Ucap Deren.

"Gausah selamanya...seumur hidup aja cukup..." jawab Callista.

     Walau jantungnya masih berdebar kencang.

  Deren menatap Callista dengan senyum tipis.

"Bentar deh...lo tunggu sini" Alvano bengkit dari tempat duduk nya.

"Mau kemana?" tanya Karina.

"Sebentar" Alvano pergi meninggalkan Karina.

   Karina menunggu nya sambil menatap ke ombak dan menikmati suaranya.

     Sudah beberapa menit Alvano pergi...tapi tak kunjung kembali.

"Kok lama banget sih..." Karina mengerutkan kening.

   Lalu memutuskan mencari Alvano.

Lumayan banyak batu dan karang tajam yanh di lewati Karina.

"Auu..." kaki Karina tak sengaja menginjak karang tajam.

    Karina meringis perih.

jangan lupa kasih peringkat ya :))