webnovel

Ditektur Menyebalkan!

artkaa_2706 · Realistic
Not enough ratings
42 Chs

Story Tiga Puluh Enam

"Karina lo ngapain duduk di situ?" Alvano langsung jongkok menatap Karina.

Karina hanya meringis perih.

"Kaki lo berdarah?" Alvano menatap ke kaki Karina.

Alvano membelakangi Karina dan menaruh kedua tangan Karina mengelilingi lehernya hingga ke depan.

"Jangan banyak gerak" Alvano mengendong Karina menuju tempat mobil mereka di parkir kan.

"Kok ke sini? Emang kamu bawa kunci mobil nya?" Karina mengerutkan kening.

"Bawa" tiba-tiba mobil itu bersuara layaknya mobil yang di pencet tombol remot nya.

Alvano membuka pintu mobil bagian tengah dan menaruh Karina duduk di kursi mobil.

"Makanya, kalo suruh nunggu ya nunggu. Ngeyel banget sih. Berdarah kan. Untung gak kena air pantai. Apa sih susah nya nunggu duduk diem aja tadi. Coba kalo aku tadi masih lama gimana?!" omel Alvano panjang lebar pada Karina.

Alvano mengambil kotak obat yang ada di depan mobil.

"Habis lama banget" tampak wajah Karina kesal karena di omelin.

"Kalo suruh nunggu ya nunggu. Jangan suka ngeyel." Alvano membersihkan darah di telapak kaki Karina dengan kapas dan betadine.

"Kok malah di omelin mulu sih...kan aku-aku..." Karina gugup.

Alvano menaikkan salah satu alisnya menatap Karina.

Alvano berdiri, jarak antara Karina dan Alvano sangat dekat.

"Aku? Kenapa? Kok gak di lanjut in?" Alvano masih menatap Karina dengan salah satu alis terangkat.

"E-enggak. Gak papa" Karina salting di tempat nya.

Alvano hanya menahan tawa.

"Udah aku perban. Lain kali hati-hati lagi...aku gak mau kamu kenapa-kenapa" Alvano mengembalikan kotak obat ke mobil bagian depan.

Karina terdiam...mencerna kata-kata

aku gak mau kamu kenapa-kenapa

Alvano peduli padanya?

"Ayo turun. Atau mau duduk di mobil aja?" Alvano membuyarkan lamunan Karina.

"En-enggak eh...iya. Em maksudku iya aku mau turun" Ucap Karina gugup mencari kata-kata.

°°°

"Kamu tadi ngapain pas ninggalin aku?" tanya Karina saat mereka sudah di depan pantai, duduk di atas salah satu karang.

"Enggak jadi. Besok aja aku kasih tau..." ucap Alvano dengan tatapan menatap ke laut luas di depan nya.

Sunyi...hanya terdengar desir ombak.

Sedangkan di atas bukit hampir di tengah pantai sana.

Callista dan Deren terdiam gugup akan kejadian tadi.

"Ta..." Deren membuka pembicaraan duluan.

"Iya?" Callista masih memandang ke depan.

"Jangan pernah tinggalin aku ya?"

***

"Akhirnya sampe ke rumah...gua capek banget sumpah" Karina duduk membaringkan tubuhnya di sofa.

Callista hanya ikut duduk.

"kaki lo kenapa?" Callista menatap Kaki Karina yang di perban.

"ohh...ini ga sengaja nginjek karang tajam..." Karina meringis kikuk.

Callista hanya menggeleng karena tingkah Karina.

Seperti anak kecil.

"gua masuk kamar dulu" Callista bangkit berjalan menuju kamar di sertai anggukan dari Karina.

Callista duduk di atas kasur.

Mengambil hape yang ia taruh tas selempang kecil nya.

Ada banyak panggilan telfon dari Nathan.

"Dia ngapain nelfon gua banyak banget?" ucap Callista pada diri nya sendiri.

Callista pun membuka pesan.

Nathan:

Ta, lo lagi kerja apa di apartemen?

Lo di mana?

Angkat dong telfon gua

Lo dimana sih?

Callista...

Ta

Callista

Parah lo ta

Ta

Gua nyariin lo kemana-mana gak ada.

Banyak sekali pesan yang terkirim

Membuat Callista bingung.

Callista lalu menelfon Nathan balik.

Beberapa detik lalu baru di angkat.

"halo? Lo ngapain telfon gua banyak banget?" Ucap Callista tanpa basa-basi.

"Gua mau ngajak lo pergi. Tapi lo udah pergi sama Deren katanya...yaudah gua ga jadi. Maaf kalo ganggu" terdengar suara berat di ujung sana.

Suara nya terdengar kecewa.

"Gua udah sampe di apartemen kok...kesini aja kalo mau kesini..." Callista menatap ke dinding kaca nya.

Menampakkan pemandangan kota.

"Gausah. Gua banyak kerjaan" Terdengar ingin tapi sudah malas.

"ohh. Yaudah, selesai in aja kerjaan lo. Besok kan juga bisa. Yaudah, lo masih mau ngomong yang lain? Kalo enggak mau gua matiin"

"Enggak. Matiin aja"

Callista terdiam sebentar. Lalu mengucapkan salam dan mematikannya.

"Bye..." telfon nya pun di matikan oleh Callista.

***

"lo laper ga, Ra?" Tanya Karina yang malam itu sedang duduk di kamar Callista, ikut memandang perkotaan.

"Enggak. Mau beli makanan?" Tanya Callista dengan headsead yang terpasang di kedua telinga nya.

"Enggak. Kalo lo ga laper yaudah, gua mau tidur...capek gua..." Ucap Karina yang lalu memandang Callista.

"Yaudah sana..."

"Seriusan kan lo ga laper?"

"Dua rius" terdengar Callista agak bercanda.

"Ihh..." Karina terkekeh mendengarnya.

"Yaudah...gua tidur ya? Ya? Iya Callista?" Masih menunggu jawaban.

Callista menatap ke Karina.

"Iya bawel" Karina hanya meringis kikuk mendengarnya.

Lalu pergi dari kamar Callista.

***

Drrt...drrt...drrtt...

Suara getaran dari hape Callista.

Callista yang sibuk mengetik di laptop nya pun menghentikannya.

Menatap ke layar hape nya...Nathan.

Nama itu yang menelfon.

Callista mengangkatnya.

Hening...

"Halo..." suara itu yang memecahkan keheningan.

"Lo lagi kerja ya? Gua ganggu waktu kerja lo ya? Maaf ya...gua cuma mau ngomong sesuatu..."

"Ngomong aja" jawab Callista terkesan cuek.

"Nanti sore gua jemput di apartemen lo ya...kita jalan..."

"Emm..." Callista menimang-nimang...

Sebenarnya Callista ingin menolak, tapi tak tega.

"Ta?" suara itu memecah lamunan Callista.

"Eh-e-iya...maaf...iya nanti gua chat kalo gua sampe di apartemen..." ucap Callista gagap.

"Yaudah...gua matiin ya?"

Hanya di balas anggukan oleh Callista.

Namun Nathan tahu. Lalu mematikan telfon nya.

Callista menghela nafas dan melanjutkan berkerja nya.

***

"Ikut aku" Karina yang sedang berjalan di lorong-lorong kantor pun terhenti karena di hadang Alvano.

   Karina menatap Alvano.

"Kemana?" tanya Karina masih menatap Alvano.

"Cari makan. Ayuk" Alvano langsung mengandeng salah satu tangan Karina.

"Ehh...tapi ini aku mau naruh berkas ini dulu..." Karina berhenti.

   Alvano berbalik badan menatap ke Karina lalu ke kertas yang di bawa Karina.

      Lalu Alvano menyahut kertas itu dan melanjutkan berjalan.

"Lohh...kamu mau apain?" Karina kebingungan.

   Sesampai di luar lorong, Alvano mencegah seorang perempuan yang juga salah satu pegawai kantor Deren.

"Taruh di ruangan Karina Fredella" mata Karina melotot mendengar perkataan Alvano.

    Pegawai yang di suruh itu pun hanya nurut, karena dia tidak mau di pecat hanya karena membantah seorang yang merupakan sahabat direkturnya.

"Vano...kasihan!" Karina menatap tajam Alvano.

"Enggak. Udah ayo" Alvano menarik tangan Karina berjalan.

"Kamu tuh—" ucapan Karina berhenti saat Alvano menatap Karina tajam.

   Alvano membungkukkan badannya supaya menyamai tinggi Karina.

     Dekat dengan wajah Karina.