webnovel

DILEMA KARENA CINTA

Aku sudah tidak kuat, aku ingin pergi meninggalkannya tapi, karena aku masih cinta ... aku ingin mempertahankannya. Aku tidak bisa menjadi sosok yang kuat hanya karena aku sering meneteskan air mata. Hatiku ini hanya untukmu .... Bisakah kau perlakukan aku seadil mungkin seperti kau memperlakukan yang lainnya .... Jika kamu sudah acuh padaku, aku benar-benar akan pergi .... Meninggalkan orang yang benar-benar aku cintai ....

ANABANTINGAN · Urbano
Classificações insuficientes
20 Chs

020

'Sebenarnya aku khawatir pada orang itu,' Koko mengingat tatapan Fushimi padanya saat menjelaskan sesuatu tadi. Dia merasa kalau lelaki itu sedang disudutkan oleh masalah internal di perusahaannya.

'Di dalam perusaahaan besar pun pasti ada sisi gelapnya, apakah dia sedang menumpas kejahatan atau sedang mencari jalan keluar untuk kabur?' Koko hanya bisa bertanya dalam hatinya. Memang ini bukan urusannya tapi, kenapa dia sampai bisa melibatkan Nana? Pikirnya dengan heran.

Dan, benarkah Nana adalah sekretarisnya yang baru saat ini?

Kecurigaan juga muncul ketika dia memutuskan untuk mencari gadis yang menolong lelaki itu yang berlawanan arah.

Tapi, niatnya untuk mencari sempat ragu dan dia terdiam begitu melihat jalur yang dilaluinya menuju sungai itu tak ada keanehan apa pun.

Dia mencoba mempercayainya, tekadnya sempat goyah ketika dia hendak melanjutkan langkahnya di lokasi yang telah tertera di maps-nya karena tetiba sinyalnya hilang.

"...."

'Mungkin dia benar!' kali ini dia mencoba mempercayainya. Dia yang sempat menghentikan langkahnya karena ragu akhirnya memutuskan untuk kembali menemui Fushimi.

'Walau aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, aku ingin mempercayai orang itu untuk sekali saja.'

'Tadinya aku memang ingin tahu sekilas dan dia meminta bantuanku. Aku pun bersedia membantunya jadi sebisa mungkin aku berguna baginya!'

'Sebisa mungkin kehadiranku bukan beban baginya ....'

'Terutama ....'

'Terutama wajahnya yang pucat itu terlihat kalau dirinya tidak baik-baik saja.'

Koko telah kembali ke tempat di mana dia memarkir mobil rentalannya Fushimi. Dia pikir tadinya tak ada tukang parkirnya di seberang jalan sana karena tak ada orang yang memberinya aba-aba untuk maju mundur atau mengatur posisi mobilnya yang pas, rupanya di sana ada seorang bapak-bapak berkacamata hitam yang sedang minum kopi berwarna hitam pekat.

*Bapak-bapak yang umurnya sudah sepuh biasanya suka minum kopi yang terasa pahit dan nikmat dengan warna hitam pekat. Berbeda dengan kopi zaman sekarang yang memiliki macam-macam warna.

'Syukurlah masih ada pak penjaga ....'

"Dia pasti ke sana ...." Gumamnya sambil berjalan pelan menuju bangunan yang dirasa Fushimi pasti ada di sana. Seingat Koko nama lelaki itu Direktur Furukawa, yang disebutkan oleh bosnya tadi.

Saat dia berjalan di tempat yang terlihat agak asing dan hening ....

Dia bertanya-tanya, 'Benarkah mereka ada di sini?'

Seingat Koko, Fushimi terakhir kalinya bilang ada jalan terabasan di sekitar sini yang menghubungkan dengan suatu bangunan tertentu.

Tak lama kemudian, saat dia memberanikan diri untuk terus masuk ke semacam gang sempit yang terasa menakutkan, di sana memang ada pintu kecil terbuka. Pintu yang menjadikan dinding pembatas bangunan satu dan lainnya, apakah mas-mas itu ke sini?

Tapi, di sana adalah kandang ayam.

Namun, entah kenapa teriakan para ayam-ayam itu terdengar aneh! Seperti ada sesuatu bahaya yang mendekat.

"Eh!! Itu!?" Koko yang dulunya rumahnya ada di kampung juga menyadarinya. Dia juga bisa menjinakkan ayam.

Dan tepat setelah dia berjalan beberapa langkah menggiring ayam-ayam itu ....

Di kandang yang paling pojok, luas dan besar ....

Di sana ada seorang wanita yang terdengar meronta-ronta tapi tidak jelas, dan tidak hanya itu, di depan wanita yang diplester mulutnya, ada dua orang yang saling berhadapan memegang senjata mereka.

"Jangan ke sini!!" tegas lelaki yang merupakan seorang direktur itu dengan tatapan dinginnya pada Koko yang baru saja datang untuk menyelamatkan wanita yang tampak kesulitan di sana.

Untungnya kandangnya bersih.

"Lebih baik kau amankan ayam-ayam itu atau kau dan ayam-ayam itu akan menjadi korban!" tegas Fushimi.

"B-baiklah." Jawab Koko gugup yang langsung mematuhi perintah Fushimi.

Dalam pemikiran Koko, ini sih lebih bisa dibilang penculikan dan pemerasan, apa sebaiknya aku telepon polisi saja?

"...."

Meskipun begitu, Koko ragu, dan dia berusaha sebisa mungkin membuat para ayam-ayam itu menjauh dari tempat kedua orang itu kan beradu.

Lagian kenapa harus di kandang ayam?

Pengamatan Fushimi tentang Koko cukup bagus, dia merasa dari langkah kaki dan hati lembutnya kalau orang yang dia bawa itu dapat membantunya.

Tentu saja, kandang ayam di suatu tempat ini bukan sembarang tempat melainkan ....

"Ternyata selama ini rencana jahatmu, ya. Aku salah menyetujuimu bekerja sama dan sebagai teman." Kata Fushimi pada orang yang di duga telah mencuri Nana.

"Ah~ memang benar. Yang aku inginkan padamu adalah harta berhargamu yang tak kunjung habis. Selama kau bisa memenuhi syaratnya, aku tidak akan menyeret orang-orang pentingmu." Jelasnya dengan sungguh-sungguh.

"Hahaha~" Fushimi tak terlihat menyesal sama sekali.

"Apanya yang lucu?"

"Oh, jadi, kamu berpikir aku masih berhutang budi padamu dan pada keluargamu yang sebenarnya, ya? Lucu sekali. Hutangmu padaku sudah lunas, dan aku telah membayarmu jadi, jangan membuat rencana jahat dengan alasan 'menolong perusahaanku lagi,' aku tidak mau berhutang pada dirimu." Fushimi mengatakannya dengan serius.

*Selama ini orang itu tinggal bersama keluarga palsunya.

"Heh~ begitu, ya. Keluargamu sangat menerima–"

Belum sempat orang itu berkata dengan percaya dirinya, Fushimi pun mengayunkan sebilah kayu yang dia alirkan sejumlah energi dahsyat di tangannya, dia berpose layaknya seperti menggenggam sebuah pedang.

"Coba saja! Coba saja kau mencabik-cabikku atau nanti kau akan terlilit oleh keanehan sikapmu sendiri."

"Karena aku juga sudah memutuskan untuk pergi dari keluargaku, jadi jangan ganggu orang-orang yang ada di dekatku! Terutama gadis yang kau bungkam itu, dan laki-laki yang memiliki kemurahan hati di sana."

Dalam hati Fushimi berkata, 'Aku yakin mereka berdua tidak bisa dimanfaatkan semudah itu.'

Lalu, orang yang menculik Nana ini sangatlah licik, diam-diam seorang laki-laki yang berdiri di belakang dinding batu bata berwarna putih itu menunggu saat yang tepat.

"Heh~ boleh juga~" ucap seseorang yang licik itu yang membiarkan Fushimi berjalan menuju ke Nana dan menolongnya tapi, lelaki yang di sana, menarik pelatuk yang melancarkan sebuah kaliber cukup cepat.

DORRR!!!

"Fushimi ...!!!" teriak Nana yang begitu bisa terbebas dari belenggunya. Dia merentangkan tangannya dan berpose melindungi Fushimi. Gadis itu beralih mendekapnya seakan-akan tak membiarkan peluru menembus tubuhnya.

'Jika aku mati ....'

'Jika kali ini aku mati, aku ingin mati di tangan orang yang aku sukai ....'

'Aku ingin mendekapnya walau hanya sekali saja, merasakan kehangatannya, dan berharap kematianku ini membawa harapan besar untuknya ....'

'Kita baru bertemu tapi, aku telah merasakan tekad yang kuat dari lubuk hatinya ....'

'Dan dia terlihat rapuh karena keadaan yang mendesaknya, sekalipun dia memaksakan diri ....'

'Fushimi, aku ....'

________

To be Continued