webnovel

DILEMA KARENA CINTA

Aku sudah tidak kuat, aku ingin pergi meninggalkannya tapi, karena aku masih cinta ... aku ingin mempertahankannya. Aku tidak bisa menjadi sosok yang kuat hanya karena aku sering meneteskan air mata. Hatiku ini hanya untukmu .... Bisakah kau perlakukan aku seadil mungkin seperti kau memperlakukan yang lainnya .... Jika kamu sudah acuh padaku, aku benar-benar akan pergi .... Meninggalkan orang yang benar-benar aku cintai ....

ANABANTINGAN · Urbano
Classificações insuficientes
20 Chs

012

Nana yang baru selesai dirias itu wajahnya terlihat berseri-seri, rambutnya dibentuk sedemikian rupa dengan menyesuaikan wajahnya, dan diselipkan jepit berwarna putih permata yang kelap-kelip di pinggir kanannya.

Baru pertama kalinya dia ke butik make up dengan perawatan ala artis, dia merasa senang akan hal itu.

Sementara sang laki-laki, rambutnya dibentuk ke arah kiri dan dia juga diberikan sedikit make-up terutama di matanya.

Begitu mereka semua sudah siap, Nana segera menggesek kartu ATM-nya untuk membayar biaya perawatan itu.

Fushimi tidak jauh berbeda dari awalnya, dia malah semakin ganteng, itu yang Nana pikirkan. Dia malah terlihat seperti seorang artis tapi, di kota metropolitan sudah biasa banyak orang tampan seperti ini.

*Maskulin banget pokoknya (>...<)

Lanjut ...!!

Sedangkan penampilan Nana, jauh berbeda dari awalnya. Dia tampak seperti seorang wanita yang terlahir dari keluarga kaya yang sering memakai gaun pesta yang mahal.

"Kau sudah siap?" tanya Fushimi memastikan Nana yang baru keluar dari butik make-up tersebut.

Nana mengangguk pelan, dan dia memasang senyum lembutnya menandakan dia sudah siap untuk pergi bersama Fushimi.

Dalam hati Nana dengan penuh harap, "Biarkan sekali saja Fushimi memuji penampilanku ...." Dia berdoa di dalam hatinya.

Fushimi segera mengulurkan tangan pada Nana, dan berharap Nana membalasnya dengan menggenggamnya tangannya.

Nana segera meraih tangan Fushimi dan melangkah bersama menyamakan irama langkah kakinya. Tapi, Nana berjalan sedikit pelan. Tampaknya dia tidak terbiasa dengan sepatu hak tinggi ....

Begitu mereka hendak turun menuju lift, di dalam lift itu Nana mengeluarkan smartphone-nya dan berharap dia bisa selfie atau mengukir sebuah foto akan kecantikan dirinya.

"...?" Sikap Nana yang mengangkat ponselnya yang sejajar dengan wajahnya membuat Fushimi terheran.

Nana akhirnya menjadi agak malu kalau ingin menjepretnya, padahal di lift ini hanya ada mereka berdua.

Fushimi tentu saja tahu, mungkin ini awal pertama kalinya Nana menjadi seperti ini.

"...." Mereka saling pandang dalam diam.

Kemudian Fushimi fokus menoleh ke nomor lift, "Foto aja, jangan pedulikan aku!" tegasnya sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

*Nana terkesan katrok banget, yak!?

Tapi, apa yang Nana inginkan adalah bukan foto sendiri, dia meraih tangan Fushimi secara tiba-tiba. Fushimi tak menduganya ....

Nana merasa tidak sungkan lagi pada Fushimi tapi, sikap Nana yang seperti itu membuat lelaki tampan ini heran, "Kenapa harus aku juga?" tanyanya memastikan.

Nana yang ceria di depan kamera bersiap-siap mengambil gambar dengan mensetting timer, "Karena ... aku ingin mengukir momen ini bersamamu," jawab Nana yang masih tersenyum ceria, "Fushimi, senyumlah."

Fushimi tidak pernah seperti ini.

"Buat apa aku harus difoto juga?" tanya Fushimi yang masih memasang muka kakunya.

"...."

"Sudahlah tidak apa-apa, aku pikir jika aku tidak berfoto bersamamu sekarang, aku tidak akan punya kesempatan lagi ...." Kata Nana dengan serius sambil tersenyum membentuk pose peace.

Sebelum mereka turun lebih jauh ke lantai dasar, akhirnya Fushimi menuruti keinginan Nana dan berfoto dengan ekspresi yang sama.

Begitu saja sudah seneng Nana.

Tetapi, Fushimi jauh lebih agresif dengan memunculkan smartphone-nya, dia mendekap Nana di sisinya agar jaraknya lebih dekat dan pas layar.

Nana kali ini terkejut melihat Fushimi yang tiba-tiba seperti ini, siapa yang tidak kaget coba? Ponsel miliknya Fushimi sudah siap memfoto mereka berdua dengan kamera depan.

Nana masih menatap Fushimi dengan mulutnya sedikit terbuka.

"Nana, fokus kamera!" Fushimi memberi saran padanya, jujur saja kaget dan jarak sedekat ini membuat hati Nana dag dig dug.

Tapi, 'CEKREK' cukup satu jepretan saja.

"...."

"Harusnya kalau kau ingin foto-fotoan, pakai hape seperti ini aja." Kata Fushimi yang menunjukkan hasil jepretannya begitu bagus. Tentu saja ponsel mahal tapi, Nana takkan sanggup membelinya.

*Beginilah nasib hp kentang milik Nana tak sebanding dengan milik Fushimi meskipun masih bisa terlihat jelas hasil jepretannya.

"Nanti aku minta fotonya boleh?" tanya Nana dengan sungkannya kembali.

"Ok, nanti di dalam mobil aku kirim." Kata Fushimi dengan sungguh-sungguh.

"...."

"Nana," Fushimi tetiba menyapanya dengan memanggil namanya.

"Ya?" Nana meresponsnya dengan cepat.

"Kau masih kuat untuk menyetir mobil, kan?" tanyanya serius, Fushimi tampak mengkhawatirkannya.

"Iya, kenapa?" Nana menjawabnya dengan memberi pertanyaaan kembali.

"Tidak ada apa-apa, kok." Jawab Fushimi dengan muka sedatar papan, dia tidak ingin dirinya kelihatan mengkhawatirkannya.

Tapi, Nana sepertinya tahu apa yang Fushimi pikirkan, dia masih kuat menyetir mobil, kok. Dia ingin mengatakan pada Fushimi kalau dia baik-baik saja ....

Suasana keluar ke mall kembali menjadi canggung.

"Fushimi, kau tampak lelah," kata Nana yang menatap Fushimi dengan sangat perhatiannya.

"Eh, benarkah?" tanya Fushimi yang tadinya memasang wajah lesu itu merubahnya ke wajah cerianya.

"Kamu tunggu di sini aja ya," Nana menyuruh Fushimi menunggunya di depan Mall sementara dia ke parkiran untuk mengambil mobilnya. Kunci mobil memang dipegang oleh Nana, Jadi dia otomatis jalan saja meninggalkan Fushimi.

Tapi, Fushimi meraih tangan Nana, "Tidak!" seru Fushimi dengan wajah serius, "Aku tidak ingin menunggu di depan sini."

"Eh?"

"Aku ikut!" wajah Fushimi yang menatap Nana dengan sungguh-sungguh itu terlihat seperti dia mau ditinggalkan sendirian. Sesaat sikapnya itu membuat Nana bertanya-tanya, "Sebenarnya ketakutan seperti apa yang dirasakan oleh Fushimi? Padahal aku hanya menuju ke parkiran sebentar dan membawa mobil ini ke depan mall jadi aku meminta dia menunggunya di sini supaya dia tidak terlalu capek untuk mengikutiku ke parkiran. Bukankah kondisinya masih tidak baik?"

"...."

Nana meraih tangannya sebelum dia pergi ke parkiran, dan mengatakan satu hal untuk menenangkannya, "Kamu tunggu di sini aja dulu, aku akan membawa mobilnya kemari, aku tidak akan meninggalkanmu, percayalah padaku ...."

Entah kenapa Nana merasakan tubuh Fushimi mulai berkeringat dingin karena panik saat dia menggenggam tangannya.

"...."

"Baiklah, aku percaya." Jawab Fushimi yang berpikir tidak ada pilihan lain selain menunggunya.

Dalam hati Nana berkata, "Kenapa dia menjadi cemas itu?"

Beberapa menit kemudian ....

Nana benar-benar datang ke depan Fushimi dengan membawa mobilnya, Fushimi segera naik ke mobil tersebut dan duduk di dekat Nana.

Dia terlihat muram untuk beberapa saat saja.

Nana berpikir, mungkin ada sejumlah ingatan tragis, mengerikan, menakutkan yang dia alami sebelumnya sehingga dia takut ditinggalkan oleh seseorang. Apakah ingatan Itu adalah dirinya dan kekasihnya sebelumnya? Atau dirinya yang diperlakukan buruk oleh orang lain?

'Jika aku bertanya, apa dia akan menceritakan yang sebenarnya padaku?'

Seketika suasana di mobil kembali menjadi canggung. Nana mengemudi mengikuti arah yang tadinya di minta oleh Fushimi, lurus dikit dan belok, "Apa benar ini tempatnya?" tanya Nana memastikan.

"Ya, benar." Jawabnya singkat.

Fushimi dan Nana segera melepas sabuk pengaman dari mobilnya, dan Nana juga memarkirkan mobil di tempat parkir lalu mematikan mesin nya tak lupa setelah keluar dari mobil dia menguncinya agar menjadi semakin aman.

________

'Tempat ini ... tampaknya seperti tempat yang disediakan untuk seorang pasangan yang ingin mengukir kenangan romantisnya ....'

'Kira-kira kenapa dia mengajakku kemari?'

*To be Continued*