webnovel

DILEMA KARENA CINTA

Aku sudah tidak kuat, aku ingin pergi meninggalkannya tapi, karena aku masih cinta ... aku ingin mempertahankannya. Aku tidak bisa menjadi sosok yang kuat hanya karena aku sering meneteskan air mata. Hatiku ini hanya untukmu .... Bisakah kau perlakukan aku seadil mungkin seperti kau memperlakukan yang lainnya .... Jika kamu sudah acuh padaku, aku benar-benar akan pergi .... Meninggalkan orang yang benar-benar aku cintai ....

ANABANTINGAN · Urbano
Classificações insuficientes
20 Chs

001

Di kisahkan seorang wanita yang dirasa sudah cukup umur bernama Anna Reihana yang biasa dipanggil Nana, mencoba menikah dengan pria yang dingin berdarah Jepang alias blasteran Indo-Jepang bernama Furukawa Fushimi.

Mereka bertemu di tengah jalan yang gelap dengan hanya satu senter dari ponsel yang Nana nyalakan. Nana berusaha menghibur diri tetapi dirinya masih takut untuk pulang sembari melewati jebatan bernama Casablanca itu.

'Aku takut, ini sungguh tidak biasa ....'

'Aku selalu pulang kerja lebih awal tapi, tidak dengan hari ini, bosku menyuruh lembur ....'

'Tak ada jalan pintas lain menuju rumah, hanya satu-satunya jembatan ini yang bisa aku lewati. Aku ingin bisa sampai rumah dengan cepat.'

'Aku bisa melewatinya ...!!'

Namun, setengah perjalanan saja membuat kaki Nana sedikit bergetar .... betapa gelapnya malam itu. Tidak ada orang jalan dan lalu lalang di sekitarnya.

Suasana dinginnya terasa amat sangat mencekam menjadikan Nana ingin berteriak kencang.

Di beberapa jalan di pinggir jembatan masih ada lampu jalanan yang menyala ... meskipun gelap masih ada penerangan kecil dari lampu jalanan itu.

Nana berhasil menyeberanginya namun, kakinya masih gemetar setelah melewati jembatan bernama Casablanca itu. Selanjutnya dia harus belok kiri dan lewat jalan depan pertokoan sesuai GPS yang menunjukkan jalan pintas ke rumahnya.

Maklumnya dia adalah wanita perantauan dari kota sebelah. Kehidupannya setelah menginjak dunia kerja jauh lebih rumit.

Nana sudah berjalan lebih dari 10 meter, perlahan rasa takutnya mulai menurun dan jalanan jauh lebih terang walaupun sepi.

Tapi, tiba-tiba!!

Seorang laki-laki yang muncul dari gang sempit terpental ke arahnya dengan wajah penuh luka jotosan!!

"Kyaaaah~" Nana kaget setengah mati, wajah laki-laki itu terlihat lebam berlumuran darah, dia bertanya-tanya mengapa dia terpental dari gang sempit sementara di sana tidak ada apa-apa.

Dia menunjuk ke arah depan ... arah yang berlawanan dengan Nana.

"Selanjutnya, kamu harus mati." Ucap pelan laki-laki itu yang kemudian matanya tersayup seketika dirinya pingsan.

Nana masih membelalakkan mata, dia takut akan melangkahi pria itu.

Nana langsung memejamkan mata dan, tidak tahan melihatnya ....

'Semoga ini hanya mimpi, aku akan pergi.'

Tapi, orang itu ... berkata pada Nana ....

"Tunggu, wahai nona yang berjalan melewatiku." Kata pria jalanan itu yang penuh luka kemudian menyeret mendekati Nana dan memegang kakinya.

Nana menjerit walau tak ada yang menolongnya.

"Rawatlah aku!!" pinta laki-laki itu dengan nada pasrah.

"He?" Nana hanya merespons keheranan.

"Anu, mas ini siapa nggeh?" dia berkata dengan logat jawanya kelihatan medhok banget.

"Kumohon, rawatlah aku." Pinta laki-laki itu membuat Nana kasihan.

"Ta-tapi, aku nggak punya apa pun, tampaknya parah, mas tak bawa ke rumah sakit aja, ya." Jawab Nana meragukannya.

"Tidak!!" Nadanya perlahan meninggi.

"Aku benci rumah sakit!"

"Loh, kok gitu?" Nana terpaksa menanggapinya.

"Mas, ini udah luka-luka gitu loh~ aku tidak ingin mas ini kenapa-napa lagian mas orang asing, aku mana sudi merawat orang asing." Jawab Nana sedikit ketus dan mencoba menepis tangan laki-laki yang memegangi kakinya itu.

"Sudah, ya." Nana berusaha mengabaikannya.

"Dasar laki-laki aneh! huh~ ini nih, gara-gara lemburan bisa kayak gini ah~ besok gak akan mau lembur aku dah, pulangnya yang takut!!" gumam Nana di hatinya.

Nana walaupun dia merasa sangat kesal dengan hidupnya yang merasa serba kentang dan menyebalkan itu tapi, saat dia melihat wajah seorang laki-laki di dekatnya yang penuh luka itu ... dia menjadi tidak tega. Dia mengerutkan alisnya serasa mengkhawatirkan keadaan laki-laki itu.

'Apa aku harus mengabaikannya?'

Tapi ....

Jika dilihat sekilas lagi, "Laki-laki itu terlihat ganteng!!"

Nana selama ini belum pernah punya cowok jadi kalau dia membawa ke rumah dan merawatnya, dia bisa pamer ke teman sosial medianya kalau dia juga bisa punya cowok seganteng itu.

'Hihihi biar yang lain iri!!'

Sementara laki-laki itu masih merintih kesakitan menunggu uluran tangan Nana yang tampak ketus itu. Karena belum tahu apa yang menyebabkan laki-laki ini terhempas di gang dan terluka cukup parah, itu menimbulkan tanda tanya dan masih dianggap sebagai orang asing.

....

Nana berbalik dengan membusungkan badannya, dia merasa tidak tega, setidaknya ada sedikit kepedulian di hatinya.

Dia membangunkan laki-laki itu, "Ayo!!" kemudian memampahnya.

Mereka berjalan bersama.

Logat Nana yang berkata masih terasa medhoknya, membuat laki-laki yang didekatnya merangkulnya ini tersenyum tipis saat mendengarnya.

"Terima kasih." Ucap pelan laki-laki itu dengan mulut sedikit bergetar seperti masih menahan rasa sakit di tubuhnya.

Nana masih berpikir bisa saja orang yang tiba-tiba tergeletak di jalan ini adalah seorang kriminal tapi, dia tidak membawa apa pun ... itu anehnya.

Nana berpikir, "Ah~ palingan dia orang miskin yang kelaparan."

"Tapi, tidak apa-apa! Asal dia ganteng itu sudah cukup buat pamer." Pikir Nana licik yang mementingkan dirinya buat panjat sosial.

....

Sampai di tengah jalan, laki-laki itu terlihat agak lelah ... "Nona, apa masih lama?" tanyanya memastikan.

"Eh?" celetuk Nana menjawabnya.

"Maksudku perjalanan menuju rumahmu."

"Um~ masih harus belok, lalu belok sana, dan belok lagi."

*Btw kenapa harus belok, belok, dan belok!? Ah~ jalanan tak selurus apa yang dijelaskan di surat Al-fatihah

"O-oh," laki-laki itu merespons biasa saja dan berpikir tampaknya jalan menuju rumahnya masih jauh.

Mereka berdua berjalan hati-hati di jalan yang gelap bermodalkan senter ponsel yang digenggam Nana. Namun, belum sampai rumahnya ... saat melewati jalan pintas itu, baterai low!! Membuat senter ponsel tak bisa digunakan lagi karena menguras daya baterainya.

Nana panik dan bingung, kakinya tampak bergetar ketakutan. Dia jadi paranoid membayangkan macam-macam, dan bagaimana jika laki-laki yang ada di dekatnya ini bukan manusia melainkan sosok hantu? Karena apabila dilihat dari dekat wajahnya cukup putih dan pucat seperti salju musim dingin.

....

"Anu mas," sapa Nana dengan canggung ke laki-laki yang masih memejamkan mata kesakitan itu.

Laki-laki itu membuka mata sipitnya dan wajahnya hampir berdekatan dengan wajah Nana.

"Apa?" dia meresponsnya!

"Punya ponsel gak? Buat senter." Nana berkata langsung to the point.

"Ada, nih." Laki-laki itu memberikannya begitu saja tapi, dia tidak bisa memberikan ponsel yang dirasa harganya mahal pada Nana begitu saja. Dia masih menggenggamnya di saat Nana megang ponsel yang disodorkannya.

"Loh kok?" gumam Nana heran.

"Kamu tidak bermaksud merampokku, kan? Dan meninggalkanku di tempat gelap gini?" tanya laki-laki itu memastikan dirinya tidak dalam bahaya.

"Ya, ampun jangan berpikir buruk mas. Baterai ponselku ini gak cukup. Bentar lagi sampai rumah, kok. Sini pinjem ponselnya bentar! Kok pelit amat." Gerutu Nana dengan wajah kesalnya.

"Oke, ini. sandinya xxxx."

Sip, Nana kembali melanjutkan langkahnya.

Mereka sudah tiba di rumah Nana.

Di depan rumah Nana ada bangku kecil biasa disebut 'Amben,'

"Sek, tunggu di sini dulu ya, mas."

"Um, ya." Dalam pikiran laki-laki itu, rumahnya kecil sekali~

Nana masih sibuk membuka kunci rumahnya.

Begitu pintu dibuka dan Nana memampah kembali laki-laki itu dan meletakkan dia duduk di kursi ... ternyata ... dengan tubuh lemahnya itu ....

"BRUUUK!!!"

"Loh! Mas, mas? Mas? Bangun mas, jangan tidur di sini!"

Apa dia akan mati?

-To be Continued-

Ah~ kenapa ceritanya malah terkesan misteri-fantasi? ('-' ) buat yang penasaran, nantikan saja kelanjutannya, di episode berikutnya.

ANABANTINGANcreators' thoughts