webnovel

Dandelion.

Menaruh harap kepada orang lain adalah suatu kesalahan besar. -Anna Mengisahkan tentang seorang gadis yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Kerasnya hidup yang harus dijalani memaksanya menjadi pribadi yang kuat. Belum lagi, pada malam ulang tahun kekasihnya, Anna mendapati sang pujaan hati bermain bersama wanita lain. Hatinya hancur tak tersisa. Namun di malam yang sama, secara tak sengaja ia bertemu dengan seorang pria asing yang ternyata adalah pemimpin sebuah perusahaan besar. Melalui malam dengan pria yang tidak dikenalnya, terbangun dipagi hari dengan keadaan tubuh tanpa sehelai benang pun membuatnya kaget sekaligus takut. Sejak malam itu, Anna menghilang. Apa yang akan terjadi selanjutanya? Silahkan dibaca..

Gloryglory96 · Adolescente
Classificações insuficientes
311 Chs

Bab 20. Hidup Bukan Hanya Tentang Cinta

Hanya berselang satu menit, dan Brian menarik wajahnya menjauhi bibir Anna.

"Kamu membalasku, Sayang."

"Itu berarti kamu masih menginginkanku."

Mendengar ucapan itu, Anna mematung di tempat dan merutuki kebodohannya sendiri.

Mengapa ia bisa terbawa suasana seperti ini.

"Tapi bukan berarti aku masih ingin melanjutkan hubungan ini Brian. Aku ingin kita sampai di sini saja," ucap Anna sekali tarikan napas. Ia sadar bahwa ia masih mencintai pria yang berdiri di hadapannya.

Namun, Anna bukanlah orang bodoh hanya karena cinta. Sebisa mungkin ia tanam di dalam hatinya bahwa ia hanya di peralat oleh pria itu.

Rasa benci yang ia rasakan hanya sebagai pelarian dari amarahnya.

Meskipun rasanya sakit, namun harus tetap ia lakukan. Mengakhiri hubungan dan cinta sepihaknya.

"Setelah kamu menghilang, sekarang tiba-tiba kamu mengatakan hal seperti ini. Ada apa Anna? Bukannya kamu masih mencintaiku?" ujar Brian menatap manik mata Anna lekat-lekat.

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin sendiri."

"Apa karena pria itu?"

"Apa yang kamu katakan? Pria siapa? Semua keputusanku ini tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain."

"Jangan membohongiku Anna. Jelas-jelas aku masih bisa merasakan bahwa kamu mencintaiku. Cepat katakan, apa yang dilakukan pria itu padamu? Apa dia mengancammu?"

"TIDAK. Sudah aku katakan, keputusanku ini tidak ada hubungannya dengan orang lain, Brian. Aku hanya ingin sendiri."

"Lalu apa yang kau lakukan di hotel ini? Bersama pria itu?"

"Sejak kapan kalian saling mengenal?"

"Ohh....Apakah selama ini kamu bermain tangan di belakangku Anna?" tuduh Brian tiba-tiba dengan sesuka hati.

"JANGAN UCAPANMU!!"

"Mengapa begitu marah? Aku hanya bertanya Anna. Aku tidak bisa menerima keputusanmu yang sepihak ini."

"Dan aku juga tidak bisa terus menjalani hubungan sepihak ini," sambung Anna dengan deru napas memburu.

Salah satu alis Brian terangkat, "Hubungan sepihak? Apa maksdumu?"

"Sudah, lupakan saja," balas Anna segera.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu ketika menghilang Anna? Mengapa tiba-tiba sikapmu berubah seperti ini? Apa karena pria itu?"

"Berhenti melibatkan orang lain, Brian. Dia hanya orang asing bagiku."

"Lagipula, jangan tanya aku kenapa. Seharusnya kamu sadar diri dengan apa yang telah kamu lakukan selama ini di belakangku."

"Dan setelah semua itu, kamu masih ingin aku bertahan di sisimu? Aku bukan orang bodoh Brian. Meskipun aku tidak memiliki harta yang banyak, tapi bukan berarti aku juga tidak memiliki otak dan akal pikiran yang sehat," ujar Anna panjang lebar, bisa di lihat bulir bening nampak menumpuk di puluk matanya.

"Apa yang telah aku lakukan? Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan, Sayang?" balas pria itu berpura-pura tidak tahu.

"Oh.. mengenai wanita yang bersamaku di pesta tadi? Dia bukan siapa-siapa, Sayang."

" Wanita itu hanya sekedar teman. Aku bersamanya ke pesta ini, sebab aku tidak bisa menemukanmu dimanapun."

"Hanya teman, oke? Tidak lebih. Ini adalah pesta temanku, dan aku merasa tidak enak kalau sampai tidak datang."

"Jika keberadaan wanita itu membuatmu seperti ini, maafkan aku."

"Aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku janji."

"Tidak. Keputusanku sudah bulat Brian, dan tidak bisa di tarik kembali," balas Anna.

Mendengar semua ucapan manis pria itu, jika saja ia tidak melihat dengan mata kepala secara langsung Brian bercumbu dengan wanita lain, mungkin kali ini, hatinya akan goyah, seperti hari-hari biasanya.

Anna terus menguatkan hatinya, meskipun rasanya sakit sekali, namun ia harus menahannya. Lagipula umurnya masih sangat muda, ia tidak ingin terjebak dalam kebodohan hanya karena perasaan cintanya.

Kehidupan harus terus berlanjut, dan bahwa hidup bukan hanya tentang cinta.

Jika perasaan cinta itu melukainya, maka tak ada pilihan lain selain menghentikannya. Sebab jika ia masih terus melanjutkannya, itu bukanlah cinta tapi sebuah kebodohan.