webnovel

Dandelion.

Menaruh harap kepada orang lain adalah suatu kesalahan besar. -Anna Mengisahkan tentang seorang gadis yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Kerasnya hidup yang harus dijalani memaksanya menjadi pribadi yang kuat. Belum lagi, pada malam ulang tahun kekasihnya, Anna mendapati sang pujaan hati bermain bersama wanita lain. Hatinya hancur tak tersisa. Namun di malam yang sama, secara tak sengaja ia bertemu dengan seorang pria asing yang ternyata adalah pemimpin sebuah perusahaan besar. Melalui malam dengan pria yang tidak dikenalnya, terbangun dipagi hari dengan keadaan tubuh tanpa sehelai benang pun membuatnya kaget sekaligus takut. Sejak malam itu, Anna menghilang. Apa yang akan terjadi selanjutanya? Silahkan dibaca..

Gloryglory96 · Teen
Not enough ratings
311 Chs

Bab 21. Hanya Dimanfaatkan

"Tidak. Keputusanku sudah bulat Brian, dan tidak bisa di tarik kembali," balas Anna.

Pria itu terdiam mendengar ucapan gadis itu.

"Apa? Kenapa? Bagaimana bisa kamu tega mengakhiri hubungan yang sudah sangat lama ini, Sayang."

"Jika terjadi sesuatu, kamu bisa ceritakan padaku. Jangan menyimpannya sendiri," tambah Brian lagi.

"Aku tidak bisa menerima keputusanmu. Sepertinya kamu hanya butuh waktu untuk menenangkan diri."

"Terserah, setelah hari ini aku tidak mau lagi bertemu denganmu."

"Tapi, kenapa?"

"Alasanmu benar-benar tidak masuk akal, Sayang."

"Terserah," balas Anna.

"Biarkan aku pergi, temanku sudah menungguku," dan detik itu juga ia beranjak dan berbalik dari hadapan Brian.

Namun, lagi-lagi usahanya gagal. Pria itu kembali menarik tangannya, hanya sekali hentakan dan Anna sudah kembali memasuki pelukan pria itu.

"Lepaskan aku!" Berontak Anna. Kedua tangan mungilnya memukul-mukul dada bidang pria itu.

"Brian lepaskan aku."

Pria itu tidak menghiraukan Anna, dan malah sebaliknya. Brian kembali mencium Anna, dengan paksa.

Bahkan salah satu tangannya sudah menjelajahi kedua benda kenyal milik gadis itu, merabanya bahkan meremasnya kuat membuat seorang Anna meringis.

Gadis itu menangis, bulir bening bercucuran dari kelopak matanya. Dengan tubuh kecilnya ia bisa apa? Ia terlalu lemah jika dibandingkan dengan Brian yang memiliki tubuh kekar. Ingin berteriak meminta tolong tapi bibirnya sudah dipenuhi oleh pria itu.

BUGGHH...

Tiba-tiba seseorang menarik lengah Anna dan berhasil melayangkan satu pukulan di wajah pria itu.

Brian oleng dan tentu saja pelukannya segera terlepas dari tubuh kekasihnya.

"Jangan memaksanya, Sialan!!" maki pria itu segera membawa Anna ke belakang tubuhnya. Sedangkan di sisi Anna, tentu saja ia kaget dengan kemunculan pria itu secara tiba-tiba.

"Cih.." Brian berdecih, melihat siapa yang mengganggu aktifitasnya, pria itu kemudian terkekeh.

"Oh apa karena pria ini sehingga kamu ingin mengakhiri hubungan ini?"

"Melihat kalian berdua lebih dekat seperti ini, sepertinya hubungan kalian tidak sesederhana itu."

"Tsk.... Apakah karena dia lebih kaya daripada aku Anna?"

"Ataukah kamu sudah menjual tubuhmu ke pria ini?"

BUGGHH.....

Sekali lagi, sebuah pukulan berhasil mendarat di wajah Brian.

"Cukup! Jangan melukainya Devan," ujar Anna segera melangkah ke depan, berdiri di hadapan pria itu dan menahannya agar tidak memukuli Brian lagi.

Segera Devan mengalihkan pandangannya ke arah Anna yang berada sangat dekat dengannya. Kedua tangannya kemudian bergerak dan membenarkan atasan tuxedo miliknya yang menutupi bahu gadis itu yang terekspose sebelumnya.

Sejenak, tubuh Anna menegang tatkala merasakan hangatnya jemari pria itu yang tak sengaja bersentuhan dengan kulitnya.

"Bahumu kelihatan," ucap Devan dengan nada suara lembut.

Sedangkan di sisi lain, Brian terkekeh melihat pemandangan itu.

"Oh... jadi kamu sudah berubah menjadi jalang kecil dari pria ini, Anna?"

"Pantas saja selama ini, kamu tidak pernah mau melakukannya denganku."

"Takut ketahuan jika sudah kehilangan keperawananmu heh?"

PLAAKKKK

Kini giliran Anna yang menampar pria itu, pertama kalinya dalam hidupnya ia menampar seseorang.

"JAGA UCAPANMU!!" teriak Anna dengan napas memburu.

"Kenapa? Apa yang aku katakan memang benar."

"Jika tidak, lalu kenapa kamu ingin mengakhiri hubungan ini?"

"Ternyata anggapanku selama ini padamu salah besar. Kamu tidak jauh berbeda dengan wanita malam di luar sana," ujar Brian dengan nada mencemooh.

"Dan juga kepercayaanku padamu selama ini sia-sia," balas Anna, nada suaranya terdengar sedikit serak.

"Kamu kira aku tidak tahu apa yang kamu lakukan di belakangku selama ini? Bahkan malam itu, aku melihat segala hal menjijikan yang kamu lakukan dengan wanita itu, wanita yang kau bilang hanya teman biasa padaku beberapa menit yang lalu,"

"Kamu kira aku wanita apa? Aku tidak tahu kamu sudah melakukan hal menjijikan itu dengan siapa saja di belakangku."

"Dan setelah aku melihat semuanya, kamu masih ingin aku bertahan di hubungan ini?"

"Aku tahu aku bodoh. Tapi kebodohanku cukup sampai di sini Brian. Aku memang sangat mencintaimu, hingga saat ini. Bahkan setelah semua yang kamu lakukan padaku, perasaanku padamu tidak berkurang sama sekali," ucap Anna dengan suara agak meninggi. Ia yang awalnya hanya ingin menghilang tanpa mengungkit masalah ini pada akhirnya memuntahkan semuanya.

"Dan setelah semua yang aku lakukan padamu, kamu ternyata hanya memanfaatkanku," ucap Anna dengan napas memburu.

"Kita berakhir, aku tidak mau bertemu denganmu lagi." Bisa dilihat bulir bening tidak berhenti membanjiri kedua pipinya.

Setelah mengatakan semua itu, Anna menarik tangan Devan menuju pintu, keluar dari sana.

Meninggalkan seorang Brian yang berdiri mematung di tempat.