webnovel

CRAZY RICH MAN

<p class="ql-align-justify"><strong>Author Pov</strong></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">"Apa nenek sudah gila?" Geram Julian menahan nada suaranya agar tetap sopan.</p><p class="ql-align-justify">"Kenapa Julian?" Pegangan Ema pada tongkatnya mengerat. "Kau mau menolak permintaan ibumu?"</p><p class="ql-align-justify">"Apa maksud nenek?."</p><p class="ql-align-justify">"Kejar dia" perintah Ema mengisyaratkan agar Julian segera pergi, "Nanti aku jelaskan" tambahnya lagi meyakinkan keraguan Julian.</p><p class="ql-align-justify">Tanpa fikir panjang lagi Julian langsung pergi menyusul Yura yang sudah pergi keluar.</p><p class="ql-align-justify">Sementara, di tempat lain Yura tengah berusaha menggapai tombol di lift dengan susah payah. Seorang karyawan perusahaan menatapnya iba dan menawarkan bantuan.</p><p class="ql-align-justify">Perkataan Ema sudah menakutinya, Yura benci dengan kehidupan orang-orang di sekitarnya. Ema memperkenal dirinya jika dia ibu Thomas. Andai yang berbicara bukan Ema, Yura akan memakluminya.</p><p class="ql-align-justify">Namun Ema bukan orang sembarangan, dia seorang ratu. Sangat tidak mungkin jika Ema berkata dengan bercanda. Yura masih ingat betul bagaimana dulu ayahnya berkorban untuk melindungi keluarganya yang retak di tengah-tengah konflik dan tugas yang Ema berikan untuk mempertahankan kerajaan.</p><p class="ql-align-justify">Kerajaan memang selamat. Namun Yura di buang demi keamanan, dan semuanya berakhir dengan penghiatan ibunya yang tidak tahu diri dan kematian Ayahnya yang tidak wajar.</p><p class="ql-align-justify">Lalu, dimana Ema waktu itu?. Dia tidak melindungi Ayahnya yang sudah banyak berkorban.</p><p class="ql-align-justify">Yura benci kekuasaan, uang dan segala konflik yang tidak berujung. Yura benci memiliki keterkaitan dengan kerjaan.</p><p class="ql-align-justify">Yura ingin kebebasan dan hidup normal, sama seperti dia ketika masih di Hong Kong..</p><p class="ql-align-justify">Yura sangat kecewa. Dia berfikir Thomas membawanya kembali ke Neydish, dengan ketulusan agar dia bisa hidup lebih tenang. Nyatanya Thomas memiliki alasan lain.</p><p class="ql-align-justify">Lift terbuka menandakan jika dia sudah berada di lantai satu. Ruangan luas membentang jauh menuju ruang pintu keluar, robot-robot penjaga bergerak lalu lalang bergerak di atas marmer.</p><p class="ql-align-justify">Yura menggerakan tuas kemudi roda menuju pintu keluar. </p><p class="ql-align-justify">Dari kejauhan Yura dapat melihat Nately dan Daniel berlari ke arahnya.</p><p class="ql-align-justify">"Yu, apa yang terjadi padamu" heboh Nately melihat keadaan Yura.</p><p class="ql-align-justify">"Kecelakaan kecil" senyuman Yura memaksakan, menutupi perasaan takutnya.&nbsp;"Kau mau apa kesini Nat?"</p><p class="ql-align-justify">"Ya ampunn.." dalam satu gerakan Nately membungkuk dan memeluk Yura, "Bagaimana ini bisa terjadi?."</p><p class="ql-align-justify">Daniel menarik kursi roda Yura, menjauhkannya dari jangkauan Julian yang baru keluar dari pintu. Setelah kejadian di club, Daniel sudah bisa memastikan jika Yura harus jauh dari pria seperti Julian.</p><p class="ql-align-justify">"Juls, kenapa kau tidak dapat di hari pelulusanmu, aku menunggu!" Cecar Nately langsung bergelayut manja di lengan Julian, kakinya berjinjit dengan hilsnya untuk mengecup sudut bibir Julian.</p><p class="ql-align-justify">Yura membuang tatapannya ke arah Daniel, perasaan canggung langsung membanjiri hatinya.</p><p class="ql-align-justify">"Lepas Nat, aku ada urusan dengan Yu" tekan Julian menepis sentuhan Nately.</p><p class="ql-align-justify">"Juls, kenapa kau marah?. Aku hanya bertanya."</p><p class="ql-align-justify">"Kita harus bicara" Julian menarik kursi roda Yura dan mengabaikan Nately.</p><p class="ql-align-justify">Dengan cepat Daniel merebut kursi rodanya lagi, "Yu ikut denganku."</p><p class="ql-align-justify">"Sudalah Juls, biarkan saja mereka" timpal Nately menahan Julian untuk tidak mengejar Daniel yang membawa yang membawa Yura menuju mobilnya.</p><p class="ql-align-justify">Dengan tangan terkepal Julian menepis sentuhan Nately lagi, "Urusi saja urusan mu Nat. Jangan melanggar batasanmu."</p><p class="ql-align-justify">"Oke oke aku minta maaf" suara Nately melembut dengan sikap mengalahnya yang lebih dewasa. "Aku mengadakan pesta untukmu di rumah. Datanglah."</p><p class="ql-align-justify">"Aku tidak bisa."</p><p class="ql-align-justify">"Aku tidak mau tahu, kau harus datang Juls."</p><p class="ql-align-justify">"Nat jangan memaksaku!."</p><p class="ql-align-justify">"Aku tidak peduli" dengan keras kepalanya Nately menjawab.</p><p class="ql-align-justify">Penolakan Julian tidak akan berpengaruh apapun dengan kemauan Nately. Bahkan jika Julian menolak maka dia akan mengadu kepada orang tuanya, dengan begitu Julian tidak akan pernah bisa menolak.</p><p class="ql-align-justify">Julian tidak pernah takut dengan keluarga Nately yang sesungguhnya tidak ada bandingannya sedikitpun dengan kekuatannya.</p><p class="ql-align-justify">Namun, ibu Nately adalah adik angkat dari ibu Julian. </p><p class="ql-align-justify">Kebesaran cinta dan rasa hormat Julian terhadap ibunya tidak terbatas, dan rasa hormatnya pun berpengaruh kepada ibu Nately yang selama ini menjadi pengganti ibunya.</p><p class="ql-align-justify">Ibu Nately tidak tercatat dalam keturunan keluarga Giedon, karena itu dengan kepercayaan diri yang tinggi. Nately dapat menikah dengan Julian.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify">Decitan suara mobil terdengar kasar saat membelok melakukan drift dengan cepat dan kembali ke posisi semula melaju dengan cepat seperti seekor lebah terbang.</p><p class="ql-align-justify">Yura duduk di kursi rodanya tersenyum melihat Daniel melewatinya sekilas karena kecepatan mobil.</p><p class="ql-align-justify">Sudah hampir setengah jam mereka di Cirquit setelah Daniel mengantar Yura ke Rumah Sakit, Daniel menunjukan semua kegiatannya sebagai pembalap profesional.</p><p class="ql-align-justify">"Zicola menelpon" suara Daniel memecahkan keterdiaman Yura. </p><p class="ql-align-justify">Sudah cukup lama Yura termenung memikirkan cerita Daniel jika orang yang di cintai kakaknya adalah Julian.</p><p class="ql-align-justify">Perasaan bersalah dan malu menyengat hatinya. Sudah seharusnya Yura menolak Julian, dan dia sudah melakukannya. Yura telah melakukan hal yang benar.</p><p class="ql-align-justify">Yura mengambil handpone Daniel mengambil alih, "Ada apa?" Tanyanya dingin dan datar.</p><p class="ql-align-justify">"Aku mengkhawatirkanmu, kenapa kau pergi dengan Daniel. Apa Julian berbuat tidak baik padamu?. Aku tidak suka kau bersama Daniel, terakhir kali kamu pergi dengannya kau menangis Yu!" Cecar Zicola tidak memberikan kesempatan untuk Yura menjawab.</p><p class="ql-align-justify">"Daniel mengantarku ke rumah sakit dan Julian sibuk. Kau puas?."</p><p class="ql-align-justify">Helaan nafas lega Zicola terdengar jelas, "Maafkan aku tidak bisa mengantarmu ke rumah sakit. Aku akan menjemput sekarang"</p><p class="ql-align-justify">"Tidak perlu. Aku masih ingin berasama Daniel"</p><p class="ql-align-justify">"Kau sedang sakit! Aku akan menjemputmu. Sekarang!."</p><p class="ql-align-justify">Belum sempat Yura menjawab sambungan telepon langsung tertutup.&nbsp;Sikap keras kepala Zicola memang tidak bisa dia bantah jika semuanya menyangkut kehidupannya. </p><p class="ql-align-justify">Gelak tawa Daniel terlepas begitu saja melihat wajah Yura memerah menahan emosi.</p><p class="ql-align-justify">"Ya ampun, berhentilah cemberut seperti itu" ejek Daniel di sela-sela tawanya, dengan gemas dia mencubit pipi Yura.</p><p class="ql-align-justify">Dengan kesal Yura menepis tangan Daniel dan menggerakan kursi rodanya, "Dia sangat posesif. Aku akan di perlakukan seperti bayi jika berada di rumah."</p><p class="ql-align-justify">"Nanti malam Nat membuat pesta, kita bisa pergi dan kau terlepas dari kakakmu yang memperlakukanmu seperti bayi."</p><p class="ql-align-justify">"Kakakku sudah tidak percaya lagi padamu."</p><p class="ql-align-justify">"Aku tidak peduli."</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Semenjak di bawa pulang Zicola menjadi pelayan Yura yang siaga. Pria itu tidak keberatan melakukan apapun, bahkan dia terlihat senang melakukannya meski kekasihnya Jane ada di sampingnya juga.</p><p class="ql-align-justify">"Rambutmu mau di kepang?" Tawar Zicola di sela-sela kegitannya menyisir rambut Yura.</p><p class="ql-align-justify">Dengan menahan senyuman gelinya Yura menggeleng halus, "Kau bisa mengepang rambut Jane."</p><p class="ql-align-justify">Zicola tersenyum gugup, "Jangan menggodaku" bisiknya malu.</p><p class="ql-align-justify">"Kenapa aku harus menggodamu?. Sebentar lagi kau menjadi ayah, lamar Jane secepatnya" ucap Yura dengan lantang.</p><p class="ql-align-justify">"I..itu tidak mungkin terjadi" sanggah Jane dengan wajah merah malunya.</p><p class="ql-align-justify">Zicola membungkuk dengan senyuman gelinya dia berbisik, "Sebentar lagi aku akan melamarnya. Bisakah kau mengajariku merangkai kata-kata?" Zicola terdengar senang dengan berita yang di bawanya.</p><p class="ql-align-justify">Tawa senang Yura menghiasi kesunyian, dengan antusias dia mengangguk dan meraih leher Zicola untuk memberikan ciuman di kening dan kedua pipinya.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Beberapa orang membungkuk memberi hormat, saat melihat kedatangan Julian ke rumah sakit.</p><p class="ql-align-justify">Mereka sudah tahu kemana arah tujuan pria itu. Meski ada beberapa spekulasi yang menguasai fikiran mereka.</p><p class="ql-align-justify">Banyak media yang memburunya, isu keretakan keluarga Giedon setelah kedatangan Rebeca merebak, bahkan isu pembatalan pencalonan Julian sebagai presiden pun hangat di perbincangkan. Karena itu Julian tidak datang di hari pelulusan.</p><p class="ql-align-justify">Namun orang yang sedang semua orag perbincangkan ini terlihat santai, tidak ada pengaruh apapun bagi semua pekerjaannya.</p><p class="ql-align-justify">Julian melangkah lebar memasuki ruangan khusus, di lihatnya wanita seksi yang duduk di kursi kerjanya kini megalihkan perhatian pada Julian.</p><p class="ql-align-justify">"Apa yang membawamu kemari?" Tanya Stela yang menyambut kedatangannya.</p><p class="ql-align-justify">Dengan nafas memberat Julian melepaskan jassnya dan melamparkannya ke sofa.</p><p class="ql-align-justify">Julian menjatuhkan dirinya di kursi pasien, dengan tatapan tajam dan serius, dia berkata, "Ada yang salah denganku."</p><p class="ql-align-justify">"Apa maksudmu?" Stela mendekat dan meneliti kekusutan wajah tampan teman semasa sekolahnya itu.</p><p class="ql-align-justify">"Periksa saja dengan teliti! Aku tidak bisa menjelaskannya. Yang jelas aku sakit!" Kukuhnya seperti anak kecil yang kebingungan.</p><p class="ql-align-justify">Semenjak perkataan Ema dan kepergian Yura di tangan Daniel siang tadi, Julian merasakan sesuatu yang aneh dengan dirinya. </p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Julian yakin jika dia sakit.</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Dengan patuh Stela memeriksa semua keadaan tubuh Julian. Namun, dia tidak menemukan apapun, kecuali sifat pria itu yang semakin aneh.</p><p class="ql-align-justify">"Kau sehat Juls, semuanya normal" helaan nafas Stela memberat, ke kukuhan Julian dengan pengakuan sakitnya sangat tidak bisa di mengerti. </p><p class="ql-align-justify">Julian terdiam menerewang, "Amygdala di otakku memerintah pada neutrotransmiter untuk membuat jantungku berdegup kencang, hatiku panas." Jelasnya panjang lebar dengan kegilaan yang dia rasakan.</p><p class="ql-align-justify">Kening Stela mengerut tidak mengerti, tanda-tanda kegilaan teman sekaligus bos besarnya mulai nampak lagi.</p><p class="ql-align-justify">"Jelaskan lebih rinci" pinta Stela.</p><p class="ql-align-justify">Dengan kesal Julian mengacak-ngacak rambutnya frustasi, "Aku kesal dan marah. Hatiku panas, telingaku berdenging. Frontal cortexku mengurangi akal sehatku. Aku tidak bisa berfikir rasional"</p><p class="ql-align-justify">"Yang jelas Juls!" Bentak Stela mulau kesal.</p><p class="ql-align-justify">"Aku.. aku merasakannya saat melihat dia bersama pria lain" bentak Julian pada akhirnya mengaku.</p><p class="ql-align-justify">Pelototan di mata Stela berubah menjadi menyipit, tawanya langsung meledak tak tertahan.</p><p class="ql-align-justify">"Katakan padaku. Kau punya obatnya?, jantung dan hatiku sangat tidak nyaman sejak tadi."</p><p class="ql-align-justify">Tawa Stela semakin keras sampai-sampai air matanya keluar. Dengan sisa-sisa tawanya yang tersendat Stela menunjuk Julian. "Aku mengerti sekarang"</p><p class="ql-align-justify">"Katakan!."</p><p class="ql-align-justify">"Kau sedang cemburu. Karena itu kau marah melihat orang yang kau suka bersama orang lain"</p><p class="ql-align-justify">Julian menggeleng tidak setuju. Dalam hidupnya Julian hanya memikirkan uang dan kesuksesan, dia tidak pernah berfikir untuk menyukai seorang wanita.</p><p class="ql-align-justify">Stela bersedekap menatap kebingungan di wajah Julian, "Aku tahu kau manusia gila Juls. Mungkin sudah saatnya jalan otakmu di luruskan oleh jatuh cinta."</p><p class="ql-align-justify">"Omong kosong. Aku tidak akan pernah jatuh cinta" kukuhnya menolak.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Kesunyian rumah Zicola menyambut kedatangan Julian yang baru sampai.</p><p class="ql-align-justify">Elena, pelayan kepercayaan Zicola menyambut kedatangannya dengan penuh hormat, dia menyempatkan diri untuk mengucapkan selamat atas kelulusannya.</p><p class="ql-align-justify">"Dimana semua orang?" Tanya Julian setelah memastikam tidak ada siapapun di dalam rumah.</p><p class="ql-align-justify">"Tuan Zicola pergi dengan nona Jane satu jam yang lalu. Nona Yu ada di kamarnya"</p><p class="ql-align-justify">Julian mengangguk dengan senyuman simpulnya, setidaknya masih ada Yura di dalam rumah.</p><p class="ql-align-justify">Semenjak kepergiannya dengan Daniel, Julian merasa frustasi dan setelah menemui Stela kebingungannya semakin bertambah.</p><p class="ql-align-justify">Julian mengambil kartu untuk akses membuka pintu kamarnya. Julian memasuki kamar barunya yang sudah di atur oleh Robin. Meski tidak sebesar kamar di rumah kesayangannya, kamar barunya cukup luas dan menjadi mewah sesuai seleranya.</p><p class="ql-align-justify">Langkahnya bergerak mendekati dinding, Julian berdiri sejenak melihat lukisan besar di hadapannya.</p><p class="ql-align-justify">Tangannya terulur menyentuh lukisan abstrak bergaya kubisme, Julian menariknya ke atas.</p><p class="ql-align-justify">Perlahan bingkai Lukisan bergerak sendiri dan memberikan jalan untuk Julian melintasi dinding kamar Yura.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Robin telah melakukan tugasnya dengan baik.</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Semerbak wangi lembut dan musik kecil menyambutnya, Julian mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Yura.</p><p class="ql-align-justify">"Dia benar-benar seniman" gumamnya melihat kanvas di depan jendela, kanvas itu kosong dan bersih tidak bertinta menandakan Jika Yura belum menyentuhnya.</p><p class="ql-align-justify">"Astaga" pekikan kaget Yura mengalihkan perhatian Julian yang kini sepenuhnya menatapnya.</p><p class="ql-align-justify">Yura berdiri di ambang pintu dengan seutas handuk yang membelit tubuhnya, gips dan penyangga tangannya terlepas menampakan luka di kulitnya.</p><p class="ql-align-justify">Julian langsung menjatuh dirinya untuk duduk di ranjang, dengan bersedekap dia melihat Yura lebih teliti.</p><p class="ql-align-justify">"Apa yang kau lakukan disini!" Protes Yura berjalan menyeret satu kakinya menahan rasa sakit.</p><p class="ql-align-justify">"Aku ingin melihatmu."</p><p class="ql-align-justify">"Kau sudah melihatku, keluarlah. Aku tidak nyaman." Perlakuan dingin Yura sama sekali tidak berubah untuk Julian.</p><p class="ql-align-justify">"Aku tidak tahu jika kita di jodohkan sejak kecil" Julian mengalihkan pembicaraan mereka, sesekali dia melihat bagaimana telapak kaki Yura bergerak kaku karena gadis itu masih&nbsp;berdiri.</p><p class="ql-align-justify">Yura tersenyum masam menekan kekecewaan di dalam hatinya. Rasa linu di kakinya semakin kuat dan membuat Yura duduk di sisi ranjang.</p><p class="ql-align-justify">"Kau tidak perlu mengatakannya. Karena jawabannya sudah jelas." Yura terdiam, fikirannya menerawang pada masalalunya.</p><p class="ql-align-justify">Orang tuanya mengalami kegagalan dalam pernikahan karena penghianatan ibunya. Trauma itu semakin di pertambah dengan orang tua angkatnya yang selalu bertengkar dan tempramen.</p><p class="ql-align-justify">Yura sudah sering mendapatkan pukulan dan cambukan dari ayah angkatnya. Semua itu membuat Yura semakin tidak bisa mempercayai pria, apalagi sebuah hubungan. Apalagi bila harus berpasangan dengan Julian yang sombong, arogan dan gila. Yura tidak akan pernah mau!.</p><p class="ql-align-justify">"Kau pria tua mesum dan sombong, dan aku tidak suka dengan semua yang ada pada dirimu." Jelas Yura menegaskan penolakannya.</p><p class="ql-align-justify">Rahang Julian menengang seketika. "Asal kau tahu nona" Julian mendekat dan mengurung Yura. Dengan lemah Yura mundur karena tubuhnya yang terluka tidak dapat memukul dan melawan Julian. Dengan mudah Julian mendorongnya terbaring dan mengurungnya lebih dekat.</p><p class="ql-align-justify">"Jangan pernah berfikir aku benar-benar tertarik dengamu, kau bukanlah tipeku" bisik Julian penuh ejekan, tangannya terulur menyentuh bahu telanjang Yura dan menyelami kedalaman matanya.</p><p class="ql-align-justify">Mata kecokelatannya membulat sempurna, dengan tetesan air masih membingkai wajah cantiknya.</p><p class="ql-align-justify">Pandangan Julian menurun ke arah dadanya yang naik turun beriama dengan nafasnya. "Apa aku boleh memperkosamu?"</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify"><strong>Julian Pov</strong></p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Yu melotot dengan bibir mencebik penuh kekesalan di tatapannya.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Apa aku salah bicara?</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Aku sudah bicara sopan dengan segala kerendahan hatiku.&nbsp;Aku meminta izin untuk memperkosanya, mengapa dia harus marah?.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Jika dia mengatakan <strong>Ya</strong>, aku tentu saja senang.</p><p class="ql-align-justify">Jika dia mengatakan <strong>tidak</strong>, tentu aku akan memaksa.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Sebenarnya aku berdusta dengan perkataanku barusan kepada Yu.&nbsp;Hatiku terlalu penasaran dengan keadaan Perasaan ku. Keyakinanku jika rasa ketertarikanku pada Yu hanya sebatas Visual sedikit goyah.</p><p class="ql-align-justify">"Dasar gila!" Umpatnya seperti biasa. Dia mendorong dadaku tanpa tenaga. "Minggir"</p><p class="ql-align-justify">"Tidak."</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Kita lihat saja, siapa yang akan menang mempertahan posisi sekarang.</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">"Aku mohon, minggirlah"</p><p class="ql-align-justify">"Enggak" aku meremas dadanya yang sejak tadi mengganggu fokusku.</p><p class="ql-align-justify">Rasanya benar-benar tidak mengecewakan. Mungkin aku harus meremasnya lebih lama lagi dengan tangan, juga mulutku.</p><p class="ql-align-justify">"Aku mohon, minggirlah" suara Yu bergetar ketakutan, matanya berkilauan menahan air mata. </p><p class="ql-align-justify">"Berjanji dulu padaku" saatnya membuat kesepakatan. "Kau akan bersikap lembut padaku."</p><p class="ql-align-justify">"Iya, aku janji."</p><p class="ql-align-justify">Aku mendekat dan mengecup bibirnya sekilas, lalu bergerak ke satu sisi dan membantunya untuk duduk.</p><p class="ql-align-justify">Dengan keadaan menyedihkannya dia menyeret kaki kecilnya menuju lemari untuk mengambil pakaian.</p><p class="ql-align-justify">Rasa ketertarikanku hanya untuk menonton semakin menguat. Aku merangkak naik ke ranjang dan berbaring miring dengan kepala bertumpu pada satu tanganku.</p><p class="ql-align-justify">Yu memasuki ruangan <em>walk in closetnya</em>, sementara aku terbaring merasa nyaman di ranjang kecilnya.</p><p class="ql-align-justify">Dia terlihat menggairahkan saat marah, ekspresi ketakutannya sangat cantik. </p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Dua puluh menit..</em></p><p class="ql-align-justify"><em>&nbsp;</em></p><p class="ql-align-justify"><em>Tiga puluh menit...</em></p><p class="ql-align-justify"><em>&nbsp;</em></p><p class="ql-align-justify"><em>Empat puluh menit aku menunggu..</em></p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Dia masih tidak muncul. Apakah terjadi sesuatu dengannya?. </p><p class="ql-align-justify">Aku bergegas turun dari ranjang dan menyusul kemana dia pergi.</p><p class="ql-align-justify">Yu tengah membelakangiku, resleting gaunnya terbuka lebar menampakan punggunya. Dia membungkuk.</p><p class="ql-align-justify">Aku mendekat melihatnya tengah berusaha memakai sepatu.</p><p class="ql-align-justify">"Perlu bantuan?."</p><p class="ql-align-justify">Rambutnya yang indah terurai bergerak menyapu kulit bahunya. Nafasku sesak melihat wajahnya.</p><p class="ql-align-justify">Dia sangat cantik malam ini, dengan make up sederhana karena keterbatasan pergerakan tangannya. Tali gaun terjatuh di lengannya, menampakan belahan dadanya.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Intiku menegang, ingin meremasnya lagi</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Aku membungku memakaikan sepatu pada kakinya. Tanganku meraih sisi punggunya dan merasakan kulit halus itu, terasa lembut seperti sutera.</p><p class="ql-align-justify">Dengan tidak rela aku menarik resleting gaunnya ke atas.</p><p class="ql-align-justify">"Terimakasih" katanya sangat pelan.</p><p class="ql-align-justify">Nafasku terasa sesak, aku tidak dapat menahan kedutan di bibirku agar tidak tersenyum.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Waraskan dirimu Juls! Ini hanya kata Terimakasih!</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Suara interkom di kamar terdengar keras. Yu berjalan di depanku dengan pelan dan hati-hati meski suara ringisan kesakitannya bisa aku dengar.</p><p class="ql-align-justify">Sebenarnya aku bisa saja menggendongnya. Tapi aku tidak mau mengambil risiko.</p><p class="ql-align-justify">Aku sedang terangsang, dan dia tidak mengizinkan aku untuk memperkosanya. Aku harap mungkin lain waktu dia mengizinkannya..</p><p class="ql-align-justify">"Hay Elena. Ada apa" Yu bicara pada intercom.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>"Nona, tuan Daniel sudah datang dan menunggu di ruang tamu"</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Apa? Daniel?.</p><p class="ql-align-justify">Dia mau&nbsp;apa datang kemari?.</p><p class="ql-align-justify">Sialan, mengapa aku jadi panik lagi!.</p><p class="ql-align-justify">"Aku akan kesana" balas Yu sebelum menutup pembicaraan.</p><p class="ql-align-justify">Yu berdandan secantik ini hanya untuk Daniel?. Atas dasar apa mereka pergi bersama?.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><strong>&nbsp;Aku mengharamkannya!.</strong></p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Tenang Juls, jaga harga dirimu..</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">"Kalian mau kemana?" Tanyaku dengan segala ketenangan yang tersisa di dalam nada bicaraku.</p><p class="ql-align-justify">"Daniel mau mengajakku pergi ke pesta Nately malam ini. Aku harus pergi</p><p class="ql-align-justify"><em>Pesta Nately?.</em></p><p class="ql-align-justify">Yu akan datang kesana, sementara aku menolak datang.</p><p class="ql-align-justify">Haruskan aku juga kesana?.</p><p class="ql-align-justify">Untuk apa?, aku sudah menolak tawaran Nately.</p><p class="ql-align-justify">Tapi bagaimana jika banyak pria pedofil di luar sana yang tertarik dengan wajah loli Yu dan menculiknya?.</p><p class="ql-align-justify"><em>Memperkosanya?.</em></p><p class="ql-align-justify">Otak kiri dan kananku mulai bertengkar lagi seperti tadi siang. Dengan perasaan tidak menentu aku berlari ke kamar dan bersiap-siap.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Ya, aku akan pergi dan memantaunya dari kejauhan sebagai kakak yang baik untuknya.</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify"><strong>&nbsp;</strong></p><p class="ql-align-justify"><strong>Author Pov</strong></p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Seorang artis bernyanyi di atas panggung dengan suara lembutnya, orang-orang berbincang berkerumun dengan kelompoknya masing-masing. </p><p class="ql-align-justify">Mobil-mobil mewah berdatangan memadati halaman rumah. Acara itu sudah di rancang hanya untuk orang-orang kalangan bangsawan yang memiliki banyak uang dan kekuasaan.</p><p class="ql-align-justify">Nately sudah berdiri meyambut para tamu dengan gaun putih yang anggun dan seksi sebagaimana menggambarkan imagenya yang liar.</p><p class="ql-align-justify">Di sisi lain Yura tengah berbincang dengan Daniel yang dengan senang memperkenalkan gadis itu kepada teman-temannya.</p><p class="ql-align-justify">Kedatangan Yura cukup menyita perhatian karena memakai kursi roda yang menggambarkan suatu kekurangan di dalam dirinya.</p><p class="ql-align-justify">Yura merasa nyaman duduk di antara teman Daniel yang ramah dan menyenangkan. Mereka tidak menampakan kegilaan seperti Julian.</p><p class="ql-align-justify">Suara musik semakin mengeras ketika seorang DJ mulai memainkan musiknya.</p><p class="ql-align-justify">"Datanglah ke club golf kami, dengan senang hati aku akan memasukanmu kedalam grup" Nick mendorong kartu namanya kepada Yura.</p><p class="ql-align-justify">"Terimakasih."</p><p class="ql-align-justify">"Kau mau minum?" Tawar Nick lagi mendorong segelas anggur yang masih utuh.</p><p class="ql-align-justify">Dengan gerakan cepat Daniel merebut gelasnya dan menegaknya sampai tandas, "Dia tidak boleh minum. Zicola akan benar-benar membunuhku jika adiknya mabuk."</p><p class="ql-align-justify">Nick tersenyum geli manatap kekesalan Yura yang menekuk wajahnya menatap protes Daniel.</p><p class="ql-align-justify">Sementara itu, Julian yang baru datang di sambut penuh kebahagiaan oleh Nately. </p><p class="ql-align-justify">Dengan beberapa patah kata Julian mengucapkan kata terimakasih sebagai basa-basi kepada temannya.</p><p class="ql-align-justify">"Aku senang kau datang" senyuman Nately semakin lebar tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya.</p><p class="ql-align-justify">Tidak ada jawaban apapun dari Julian, dia lebih suka berbincang dengan para konglomerat lainnya dan mengacuhkan Nately yang menempel begelayut manja menyentuh tubuhnya dimana-mana.</p><p class="ql-align-justify">"Aku dengar kau pergi ke panti asuhan hari ini. Apa itu sebagian dari awal kampanye?" kata James, pria itu berambut putih dengam kulit putih pucat dan goresan kecil di pelipisnya.</p><p class="ql-align-justify">"Tidak. Aku hanya mencari tempat yang tepat untuk membuang uangku" jawabnya sombong.</p><p class="ql-align-justify">Sontak James tertawa terbahak-bahak, tidak ada rasa kesal sedikit pun dengan jawaban Julian. James sudah terbiasa.</p><p class="ql-align-justify">“Juls ayo menari" ajak Nately yang sejak tadi di diamkan meski bergelayut manja pada Julian.</p><p class="ql-align-justify">Julian mengedikan bahunya dan berdiri, sudah saatnya dia bergerak dan terlepas dari Nately.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Daniel berlari ke arah kerumaman penari dan bergabung dengan mereka, kini hanya menyisakan Nick dan Yura.</p><p class="ql-align-justify">Tatapan Nick terjatuh menilai setiap gerakan kecil Yura yang duduk di kursi rodanya. </p><p class="ql-align-justify">"Kau tidak menari juga?" Suara Yura terdengar kecil tenggelam karena suara musik.</p><p class="ql-align-justify">Nick menopang dagunya dan tersenyum manis, "Malam ini aku ingin menjadi pria baik."</p><p class="ql-align-justify">Sebuah tawa geli terlepas dari Yura, Nick tertegun menatap gadis itu tertawa lepas untuk pertama kalinya setelah hampir satu jam mereka bersama.</p><p class="ql-align-justify">"Kau mau minum?, jangan khawatir. Daniel tidak akan melihat" tawar Nick.</p><p class="ql-align-justify">"Benarkah?" Bola matanya membulat sempurna dan berbinar bahagia, tangan Nick terkepal menahan gemas ekspresi kepolosan Yura yang haus pergaulan.</p><p class="ql-align-justify">Dalam intensitas jarak jauh, Julian menatap tajam seperti elang melihat keberadaan Nick dan Yura yang berada di lantai satu.</p><p class="ql-align-justify">Rangkulannya di pinggang Nately terlepas begitu saja, Julian menerobos kerumunan dan berdiri di pinggiran pagar.</p><p class="ql-align-justify">"Apa yang kau lihat Juls?" Nately mengikuti arah pusat perhatian Julian.</p><p class="ql-align-justify">Perasaan tidak senang mengganggu Nately saat melihat bagaimana Julian menatap intens Yura yang jauh darinya.</p><p class="ql-align-justify">"Juls, ayo. Banyak yang ingin bicara denganmu" Nately menarik lengan Julian berusaha menjauhkan perhatian Julian dari Yura.</p><p class="ql-align-justify">"Tidak Nat, aku harus pergi. Terimakasih atas pestanya" tepisan tangan Julian dan penolakannya&nbsp;menghancurkan kesenangan Nately.</p><p class="ql-align-justify">"Juls!" teriak Nately frustasi, namun pria yang di panggilnya sama sekali tidak berbalik.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-justify"><strong>Julian Pov</strong></p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Kegilaan di dalam diriku semakin menguap dari batas biasanya. Aku marah dan tidak suka, ini tidak adil.</p><p class="ql-align-justify">Yu tertawa lepas kepada pria lain, sementara dia sangat dingin padaku.</p><p class="ql-align-justify">Aku tidak tahu apakah hanya alasan itu saja yang membawaku pergi dengan gelombang amarah.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Aku tidak tertarik padanya. Aku yakin itu.</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Aku melepaskan hormon endorfinku agar bisa bersikap rasional saat di depannya.</p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify"><em>Sialan, Nick memberinya anggur dan Yu meminumnya.</em></p><p>&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">Hatiku kalap, pandanganku mengedar mencari apapun untuk menjauhkan Nick darinya.</p><p class="ql-align-justify">Ini untuk yang terkhir kalinya Yu membuatku menjadi pecundang. Aku tidak ingin merasakannya lagi!. Aku di lahirkan untuk menjadi pemenang meski beratus-ratus kali terjatuh.</p><p class="ql-align-justify">Jika aku kalah, lebih baik aku kembali jadi butiran sperma lagi!.</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-justify">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">***</p><p class="ql-align-center">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">&nbsp;</p><p class="ql-align-center">&nbsp;</p><p><br></p>