Diana masih fokus, gadis ini sejenak minum lalu mengetik lagi.
"Aku memang keren dan tampan, jadi jangan melihatku seperti itu," ucapan Rahmat membuat Lila tersenyum remeh.
Rahmat mendekat jantung Lila kembali berdetak kenjang.
Rahmat tersenyum lalu mengecup cepat bibir Lila, mata Lila seketika terbuka lebar, suaminya mudah memberi kejutan.
Rahmat kembali ke depan kompor.
"Aku meyakinimu, karna aku teman Ayahmu, aku sama sekali tak ragu, walaupun ketika di jodohkan aku belum melihat wajahmu. Kau hadiah dari Allah SWT. Hadiah terindah yang tak pernah terduga. Kau sudah menjadi milikku agar laki-laki lain tak tergoda dengan kecantikanmu maka tutuplah," kata Rahmat yang sudah mematikan kompor dan mengambil piring.
Lila merangkul Rahmat dari belakang. Rahmat terkejut.
"Jangan seperti itu, aku masih kuat jika melakukan ibadah mencetak lagi." Kata Rahmat sambil menuang makanannya di atas piring. Lila melepas pelukan hangat itu.
"Mencetak apa?"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com