webnovel

Panggil Aku Sayang

Satu bulan sudah berlalu sejak pernikahan Leon dan Clara yang di langsungkan dengan sederhana karena semuanya dilaksanakan secara mendadak.

Kini Clara sudah pindah tinggal di rumah Leon. Tempat tinggal Leon mempunyai dua pintu gerbang yang menghadap ke jalan raya, pintu yang satu menuju rumah utama, sementara pintu gerbang yang satunya lagi menuju ke klinik pribadinya. Pada dua area ini mempunyai pintu penghubung antara halaman samping rumah, ke halaman samping klinik.

Di rumah peninggalan orang tua Leon yang luas itu, mereka hanya tinggal berdua bersama dua orang pembantu rumah tangga. Sementara beberapa satpam selalu berjaga secara bergantian di pos mereka di kedua pintu gerbang depan.

Semakin hari terlihat sekali jika Leon sangat perhatian dan menyayangi Clara, bahkan setelah pernikahannya, dia mengurangi jam praktiknya di klinik supaya mempunyai banyak waktu untuk menemani Clara.

Usia kandungan Clara yang sudah dua bulan membuat Clara jadi banyak permintaan dan lebih manja. Namun dengan sangat telaten Leon selalu berusaha memenuhi segala keinginan Clara.

Seperti biasa setelah makan malam Leon lebih banyak bersantai menghabiskan waktu di sofa di dalam kamar sambil menonton televisi. Tiba-tiba pintu kamar di buka dari luar dengan gerakan terburu-buru, terlihat Clara muncul sambil memanggilnya.

"Kak Leon..."

Yang di panggil diam saja, ide keusilannya yang selalu ada saja untuk mengerjai Clara tidak pernah bisa berhenti, tanpa menoleh ataupun menjawab, matanya tetap fokus pada televisi. Clara menutup pintu kamar dan berjalan mendekati Leon. Dia memanggil Leon sampai tiga kali tapi masih saja Leon terdiam pada pisisi semula.

Merasa agak kesal akhirnya Clara mengguncang lengan Leon sambil berdiri tepat di hadapan Leon menutupi televisi dengan tubuhnya. Aroma tubuh Clara tercium oleh Leon, membuat detak jantung lelaki ganteng ini berdetak lebih cepat. Sebuah rasa dan keinginan yang belum pernah tercapai semenjak dia menikahi gadis itu, karena dia tidak mau memaksa Clara yang dia tau di dalam hati Clara masih terikat pada Frans, sementara hati Leon sendiri semakin mencintai Clara.

Terbersit sedikit rasa kesal yang tiba-tiba menyeruak di hati Leon membuatnya saat ini ingin meneruskan mengerjai Clara.

"Kak Leon..! Apa'an sih di panggil-panggil sejak tadi diam saja.", mulut Clara cemberut.

Sampai pada posisi seperti ini Leon malah melongokkan kepalanya di ruang kosong yang tidak terhalang oleh tubuh Clara dan matanya kembali tertuju ke arah televisi. Clara tersadar jika Leon saat ini sedang mengerjainya, dia langsung mendorong bahu Leon menggunakan kedua tangannya sambil berteriak.

"Kak Leoooonnnn..!"

Dengan wajah pura-pura bodoh dan sorot mata serius, Leon memegangi lengan Clara, wajahnya mendongak ke atas memandang wajah Clara.

"Kamu memanggilku?"

"Memangnya sejak tadi aku memanggil siapa, yang namanya Leon itu siapa..?"

"Leon itu siapa?"

"Ya kamu itu Leon..!"

"Leon itu siapamu?"

Clara terdiam seperti termangu oleh pertanyaan Leon barusan, mata mereka saling bertatapan beberapa saat. Clara menemukan sorot mata Leon yang berbeda dari biasanya, dengan ragu dia menjawab.

"Su...Suamiku..."

Melihat ekspresi wajah Clara saat ini yang terlihat imut sekali di mata Leon, lelaki itu tak tahan menarik Clara ke arahnya sehingga jatuh terduduk di pangkuannya.

Tangan kirinya melingkar di pinggang Clara sementara tangan kanannya memegang dagu Clara.

"Jika aku suamimu kenapa selalu memanggilku kakak, aku bukan kakakmu."

Clara kebingungan melihat sikap Leon yang tidak biasa.

"Ka...Kak Leon, ak..." tangan Clara berusaha melepaskan tangan Leon yang menjepit dagunya. Bukannya di terlepas, malah jepitan itu semakin kuat bersamaan dengan Leon yang semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Clara.

"Masih juga memanggilku kakak, panggil aku SAYANG."

Nafas Leon terdengar mendengus sesak, di ciuminya bibir mungil Clara dengan penuh nafsu yang selalu di tahannya selama ini. Di tengah ciumannya dia bergumam.

"Kamu milikku Clara. Kamu istriku, panggil aku sayang."

Clara agak bingung menerima perlakuan Leon malam ini, dengan sulit mencari celah agar dia bisa membuka mulutnya.

"Iy...Iyaa..say..sayanggg.. Tapi aku.."

Leon tidak memperdulikan Clara yang berusaha melepaskan diri dari hujanan ciumannya.

"Tidak ada tapi. Kamu istriku.. Aku mencintaimu.."

Leon semakin tidak bisa menahan dirinya, nafasnya tidak beraturan semakin liar menciumi bibir Clara, sesekali dia menciumi telinga dan leher Clara, sementara tangannya menelusuri setiap inci tubuh mulus Clara.

Clara yang ikut terengah-rengah oleh ciuman Leon yang bertubi-tubi akhirnya dia mendapatkan kesempatan untuk bicara dengan nada setengah merengek.

"Sayanggg....tapi aku pengen makan ice cream..."

Mendengar ucapan Clara, seketika Leon langsung menghentikan kegiatannya. Dia memandang wajah Clara masih dengan nafas tak beraturan.

"Hah..? Sekarang?"

"Iya sekarang. Aku tadi mencarimu untuk minta tolong mengantarkan aku beli ice cream..."

Leon menggoyangkan kepalanya seperti orang bodoh. Di tariknya nafas panjang berulang-rulang, lalu mengecup kening Clara sambil mengacak rambut Clara.

"Baiklah.. Ayuk kita pergi sekarang."

Clara kesenangan mendengar jawaban Leon, dia segera meloncat berdiri dari pangkuan Leon dan berlari kecil ke arah meja rias untuk menyisir rambutnya yang berantakan.

Sementara Leon yang masih duduk di sofa agak linglung memandang ke area bagian bawah perutnya yang masih mengeras, dia bergumam pelan.

"Boy bobo dulu ya.. Kita mau beli ice cream."