Jam delapan lewat lima belas menit, tiga orang yang sedang duduk di meja makan hampir selesai dengan makanan di piring mereka masing masing.
Sejak tadi hanya Sheyla dan Clara yang lebih banyak mengobrol sambil makan, sementara Frans lebih banyak diam menyantap makan malamnya, terlihat canggung ketika sesekali tatapannya tidak sengaja bertabrakan dengan mata Clara.
" Bu guru masakannya enak." Clara menyeletuk dengan senyumnya yang tidak pernah lepas dari bibir mungilnya.
" Bu guru ?" tanya Frans heran dengan sebutan Clara pada Sheyla.
Sheyla tertawa kecil sambil menjawab keheranan di wajah Frans.
" Aku tadi menyetujui permintaan Clara untuk memberikannya les privat. Hitung hitung biar aku tidak terlalu menganggur, kan sudah hampir setengah tahun aku berhenti menjadi guru les privat semenjak aku hamil."
Terlihat sekali Frans semakin canggung mendengar jawaban Sheyla.
" Apakah itu tidak akan membuatmu kelelahan nanti Sa.. "
" Hanya satu anak saja tidak akan membuatku lelah hmm "
Sampai di situ pembicaraan mereka terhenti. Clara sesekali mencuri pandang ke arah Frans dengan senyum manisnya. Frans melemparkan ekpresi yang tidak bisa di jelaskan, yang pasti bukan ekpresi menyetujui kesepakatan yang sudah di buat oleh dua orang wanita yang sedang duduk semeja makan dengannya saat ini.
Setelah selesai makan malam, Clara dan Frans membantu Sheyla merapikan meja makan.
Senyuman tipis dari bibir Clara tak kunjung berhenti melihat sikap Frans yang canggung.
" Tidak terasa sudah malam, saya mau pamit pulang dulu ya.."
Ucap Clara ke arah Sheyla dan Frans secara bergantian.
" Iya, waktu berjalan cepat sekali tau tau sudah jam segini. Tapi di luar masih hujan, lagian anak gadis jangan berjalan sendirian malam malam begini.."
Suara Sheyla lembut melihat ke arah Frans.
" Fa.. Sebaiknya antarkanlah Clara pulang. Tidak jauh juga kan rumahnya.."
Deg... " Apa pula ini " teriak hati Frans yang sempat terpaku sebentar.
" Tapi Sa..." sikap Frans serba salah.
" Ayolah.. Kamu juga tidak mau kan jika Monic berjalan di tengah hujan malam malam sendirian."
Sementara Clara yang berdiri agak jauh dari pasangan suami istri itu, menunjukkan sorot mata berbinar memandangi Frans.
Terdengar Frans berdehem kecil sambil menjawab pelan.
" Baiklah..."
Ingin rasanya Clara meloncat kegirangan mendengar jawaban dari mulut Frans, tapi bagaimanapun dia masih bisa menguasai dirinya untuk bersikap wajar.
Sesudah Clara berpamitan pulang pada Sheyla, Clara dan Frans keluar dari dalam rumah lalu berjalan memasuki mobil Frans untuk mengantarkan Clara pulang.
Suasana di dalam mobil terasa sunyi beberapa saat. Wajah Clara yang berbinar bahagia, sejak tadi tertuju ke samping memandangi wajah Frans.
Sesekali Frans menoleh ke arah Clara sambil menyetir, semakin sering menoleh karena mendapati Clara yang tidak bergerak sedikitpun dari posisinya semula, hanya mata indahnya saja yang kelihatan bergerak dan berkedip mengikuti gerakan Frans.
" Kenapa kamu mesti memintanya untuk memberikan les privat padamu ?"
Kalimat pertama yang terdengar memecah kesunyian.
" Memangnya kenapa, bukankah dia memang guru les privat sejak dulu, tadi dia bercerita padaku sebelum kamu pulang."
Jawaban Clara meluncur cepat.
" Bukan begitu, dia sudah istirahat lama sejak dia hamil.."
" Ohh..? Apakah hanya dengan memberikan les padaku, kamu takut aku melukai Sheylamu ?"
Suara Clara terdengar berubah dingin dengan wajah cemberut.
Frans terkesiap mendengar kalimat dari bibir gadis yang duduk di sebelahnya. Pertanyaan yang menembak tepat di titik keresahannya saat ini, tapi juga sulit untuk menjawabnya.
Frans menghela napas panjang, tangan kirinya bergerak ke arah Clara, mengusap rambutnya pelan, sekilas menoleh lagi ke arah Clara.
" Bukan itu maksudku, aku hanya tidak..."
Suara Frans tiba tiba terhenti bersamaan arah mobil yang agak oleng sedikit karena dalam sekejap kepala Clara sudah berpindah ke dadanya.
Kedua lengan gadis itu melingkar ke leher Frans, wajahnya menengadah memandang wajah Frans.
Frans kebingungan antara melihat ke arah jalan dan ke arah mata Clara bergantian.
" Clara... Jangan begini. Nanti ada yang melihat kita, ini sudah hampir sampai."
Clara tidak menanggapi kata-kata Frans, dia semakin mempererat pelukannya di leher Frans seraya mengecup bibir Frans.
" Aku rindu kamu memelukku lagi. Aku rindu ciumanmu. Aku rindu tentang kita... "
Frans semakin sulit melihat ke arah jalanan karena terhalang oleh wajah Clara yang timbul tenggelam di hadapannya, dia terpaksa menghentikan mobilnya di pinggiran jalan.
Setelah mobil berhenti, kedua belah tangannya meraih kepala Clara dan menatap mata Clara dengan perasaan yang becampur aduk.
" Clara... Berhentilah. Jangan begini.."
" Kenapa..? Kenapa aku harus berhenti? Bukankah kau tau sudah sejak dulu aku menyukaimu. Dan hari itu bukankah kau menikmati apa yang kita lakukan...?"
Sepasang mata indah di hadapan Frans itu berkerjap dengan sorot mata yang membuat Frans kesulitan untuk menjawab tidak.
Dan bibir merah ranum itu seperti magnet yang menarik narik jantung Frans mau meloncat keluar dari dadanya.
Perlahan wajah Frans semakin menunduk mendekat ke wajah Clara, bibir Frans mendarat di bibir Clara.
Suara ciuman dan desahan, di iringi pelukan dua tubuh yang saling menghangatkan mewarnai suara rintik hujan yang jatuh di atap mobil malam itu.